[Nekad Blusukan] Sam Tung Uk: Hong Kong Tempo Doeloe

"Sam Tung Uk Museum, komplek perumahan tempo doeloe ala Hong Kong ini merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa lampau yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hong Kong, khususnya masyarakat klan Hakka (marga Chan) yang berasal dari propinsi Guang Dong, China. ," lanjutnya.

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

Orang bilang: foto-foto cantik itu biasa, foto-foto ekstrem itu barulah luar biasa.

[Nekad Blusukan] Sheung Wan: Pusat Graffiti di Hong Kong

Tai Ping Shan merupakan daerah Sheung Wan bagian atas. Area ini terkenal sebagai tujuan pecinta seni dengan aneka galeri serta barang-barang antiknya. Sehingga tak salah jika Sheung Wan menjadi salah satu pusat grafiti di Hong Kong.

[Nekad Blusukan] Plesir ke Pacitan

Pantai Teleng Ria berada di teluk Pacitan. Ini adalah salah satu pantai yang menjadi jargon tanah kelahiran presiden SBY. Tanah berumput hijau terhampar luas sebelum mencapai bibir pantai. Bunga bakung ungu menyembul di antara rerumputan itu. Ada juga segerombol pohon cemara jarum dan tunas kelapa yang mesih rendah. Wow, indah bukan buatan.

[Nekad Blusukan] Hong Kong Rasa Kanada

Sweet gum bukanlah mapel. Bentuk daunnya ada yang menjari 3, 4 dan 5. Ukurannya pun berbeda sesuai dengan musim di mana pada musim semi, daunnya lebih lebar.

2014-05-27

[Curcol] Tutorial Cabut Bulket Ala Preman

Tutorial Cabut Bulket Ala Preman


Mamalia, termasuk manusia, adalah makhluk ciptaanNya yang ditumbuhi rambut di seluruh permukaan tubuh kecuali bibir dan telapak tangan maupun telapak kaki. Nah, rambut yang tumbuh di kepala manusia berjenis kelamin perempuan adalah rambut yang paling sering menjadi perhatian. Karenanya, ada ungkapan bahwa rambut adalah mahkota wanita. Model mahkota ini macam-macam pula.

Mahkota ini biasa disisir, disasak, dikepang-kepang, dikuncir hingga perawatan lain yang lebih heboh. Maka tak heran jika ada istilah kuncir ekor kuda, jambul khatulistiwa, sanggul Monas, hingga gimbal disambar petir lalu kesetrum listrik dan ketimpa genset sampai penyet. Benar-benar komplit plit plit.

Namun, salon atawa barber shop hingga rumah spa yang memberi perawatan seluruh tubuh ini juga tidak ketinggalan untuk memberi berbagai layanan. Baik itu pijat, krimbat, ribonding, atau tritmen lain. Bahkan bersih-bersih rambut pengganggu menjadi hal yang tidak boleh dilupakan. Bagi perempuan, salah dua dari rambut-rambut pengganggu penampilan adalah rambut yang tumbuh di kaki dan ketiak.

Sayangnya, sebagian kita sudah latah menyebut rambut-rambut ini sebagai bulu. Padahal, hanya para avian alias spesies burung saja yang memiliki bulu. Misalnya bulu ayam, bulu bebek, bulu merak dan lain-lain. Karena latah itulah, rambut ketiak ini berubah nama menjadi bulu ketek atau bulket.

Seperti halnya Sabtu di pertengah Februari 2014. Teman saya yang sedang belajar tata rias di F-salon daerah Jordan, Susi, woro-woro di grup wotsap bahwasanya dia sedang mencari 'korban' untuk dijadikan bahan percobaan. Yaaa, itu tadi. Korban tritmen rambut pengganggu. Maka, diumumkannya pencarian seorang idol pemilik bulket atau rambut kaki yang tumbuh gondrong dalam satu paket. Maklum, Minggu esok harinya adalah hari ujian. Mau tak mau, dia harus menemukan korbannya.

Woro-woro ini disambut luar biasa oleh teman kami yang lain, Reni. Dikatakannya, dia memiliki kriteria rambut kaki gondrong. Walaupun wajahnya keibuan tapi kaki kesebelasan miliknya tidak dapat disembunyikan. Dia pasrah saja seandainya benar-benar 'dianiaya' Susi di salon itu. Cukup satu syaratnya, bulketnya jangan diganggu-ganggu. Loh?

Rupanya Reni sudah punya tips perawatan bulket yang lumayan murah. Tidak perlu alat cukur dan obat-obat kimia maupun tradisional, katanya. Dia cukup mengambil lakban, lalu ditempelkan di ketiak, didiamkan sebentar, kemudian ... kkrraattaakkkk, lakban itu ditarik dengan tenaga kuda. 

Benar-benar ala preman!

Saya yang membaca sambil membayangkan tutorial cabut bulket ala preman itu ikut-ikutan ngilu. Susi pun gagal menemukan korban perawatan bulket dan bulu kaki dalam satu paket.

2014-05-24

[Sekitar] BMI Belajar Desain Grafis

BMI Belajar Desain Grafis




Causeway Bay. Bertempat di Wunsha Court lantai 6, beberapa Buruh Migran Indonesia (BMI) di Hong Kong mengikuti kelas belajar desain grafis yang diadakan oleh TCK Learning Center. Kelas mingguan gratis tersebut sudah berlangsung sejak 4 Mei hingga 25 Mei 2014. Kegiatan yang dipandu oleh Supriati, BMI asal Malang ini dimulai dari pukul 11-13 WHK. Sedangkan subjek belajar mereka adalah adobe premiere, sebuah software untuk mengedit video.

Selain membuat video, para peserta juga belajar mem-burning video dalam Compact Disc. Menurut Supriati, dengan adanya kegiatan semacam ini, teman-teman BMI umumnya dan para peserta khususnya, bisa memanfaatkan komputer sebaik mungkin. Baik untuk membuat desain, membuat video, dll.

"Selama ini kita kan selalu menggunakan yang praktis dan otomatis (dalam mengedit video) tapi hasilnya monoton. Kalo belajar manual pasti (hasil)nya lain dari yang lain hehehe," ujar pemilik En Es Photography ini.

Ia berharap para peserta menjadi lebin pintar, baik pintar mengoperasikan komputer maupun pintar melihat peluang usaha dari keahlian satu ini.

Salah satu peserta asal Batang, Jawa Tengah, Mujiati menyatakan ketertarikannya terhadap usaha studio foto. Ia yang berencana pulang tahun depan berharap bisa menjadikankan kemampuannya tersebut sebagai modal usaha.

Anda tertarik? Mari belajar bersama.



*Teks dan foto adalah milik pribadi.

[Gallery] Rotate N Flip 'em Up

Memotret bukan hal asing lagi dalam kehidupan kita. Alat untuk memotret pun tidak harus memakai kamera canggih. Handphone masa kini telah dibekali dengan kamera dengan hasil mumpuni. Well, meski tak bisa dimungkiri, hasil foto ditentukan oleh siapa yang berada di balik kamera itu.

Berbicara selera, tentu akan membuat kita memiliki penilaian berbeda terhadap karya foto. Ada yang menyukai kesempurnaan dan ada yang menyukai kegilaan. Nah, foto-foto gila seperti ini sebenarnya tidak jauh beda dengan foto lainnya. Yang membuatnya istimewa adalah sentuhan kreativitas para proses akhirnya.

Orang bilang: foto-foto cantik itu biasa, foto-foto ekstrem itu barulah luar biasa. Apakah benar begitu adanya? Semua kembali kepada diri masing-masing hahaha.

Seperti hari Minggu lalu, saya, Anik dan Asti yang memang sedikit memiliki selera foto nyeleneh dibandingkan dengan teman-teman BMI (Buruh Migran Indonesia) fotografer lainnya. Oleh karenanya, beberapa hari sebelumnya saya telah meracuni mereka dengan ajakan membuat foto-foto gila. Kebetulan, Minggu sore itu Asti mendapat job memotret teman-teman dari Gereja Mongkok. Saya dan Anik ikut membantu pemotretan itu yang mengambil tempat di daerah Diamond Hill. Tepatnya, membantu ngerecokin, eh.

Sejak pagi saya belum makan apa-apa kecuali sebuah jeruk, itu pun telah berbagi dengan teman lain. Dengan nyawa tinggal separuh (*lebay), saya datang juga ke Diamond Hill. Apalagi kalau bukan karena menepati janji. Janji adalah hutang dan hutang itu harus dibayar, bukan, meski perut sedang kelaparan tingkat dewa. Akhirnya, saya minum segelas coklat panas dan kentang goreng di Mc.D bersama Asti untuk menenangkan cacing kremi dalam perut saya. Sedangkan Anik masih dalam perjalanan. Seusai makan, tubuh saya bukannya segar bugar tetapi malah kliyengan seperti mau muntah lantaran lapar akut.

Keanehan terjadi di sini. Ketika pemotretan dimulai, rasa tidak nyaman dalam tubuh saya seperti menguap tanpa sisa. Saya begitu bersemangat mengangkat ’senjata’.

Waktu pun berjalan. Pemotretan pun usai. Tiba-tiba tubuh saya lemas dan langsung duduk tertidur di pinggir pagar. Asti dan Anik menjaga saya.

Ketika terjaga, malam sudah menunjukkan pekatnya. Saya menanyakan tentang rencana membuat foto-foto gila.

“Lah kamunya malah tidur,” ucap Asti.

“Sinna semaput kaless,” sambung Anik.

Sang waktu menunjukkan tidak memungkinkan untuk berfoto. Tak kurang akal, kami yang mania selfie, segera pasang aksi sampai dua kali.

Sekali lagi, keajaiban terjadi di sini. Semangat kami muncul lagi. Di subway menuju MTR Diamond Hill, kami membuat foto-foto, merealisasikan ide foto gila beberapa hari lalu. Hasilnya adalah sebagai berikut.

Nah kan, tanpa melalui proses edit khusus, foto biasa jadi terlihat beda bukan? Just rotate or flip them up. Pingin nyoba? Salam jepret.

*Foto-foto milik Asti, diambil dengan kamera HP.

Rotate 90

Rotate 90
Rotate 90

Flip Flap



2014-05-21

[Curcol] Gegara Leptop Baru Merek Buah-Buahan

Gegara Leptop Baru Merek Buah-Buahan

Adalah mereka, sebut saja Nini dan Nda. Dua orang itu keturunan asli Jawa, Nini dari Jawa Tengah dan Nda dari Jawa Timur. Setelah meluluskan pendidikan menengah, sebagaimana pemudi-pemudi di kampungnya, mereka berkelana dari satu negara ke negara lainnya sebagai pekerja migran.

Entah kebetulan dan atau campur tangan Tuhan, keduanya telah mencicipi tanah, air dan udara Singapura. Oleh-oleh bekerja di Singapura itu membuat keduanya luwes berbicara boso Londo. Terlebih si Nini yang kalo sudah eyel-eyelan, cakar-cakaran, gebug-gebugan, ia bakal hewes-hewes pakai bahasa Inggris terutama pada pak bos bule Amriknya itu.

Keduanya baru bertatap muka sejak mengadu nasib di wilayah kekuasaan pak CY Leung. Jalinan persahabatan makin gayeng ketika jarak, waktu dan ruang semakin didekatkan dengan layanan internet di Hong Kong yang terkenal dengan kecepatan dewa. Mereka pun aktiv di dunia virtual. Maka tak heran jika di mana ada Nini di situ ada Nda. Bila keduanya sedang sehat walafiat, keakraban dan keharmonisasian sudah mirip pasangan Laila-Majenun atau Mimi lan Mintuno. Namun, tak jarang keduanya lebih mirip pasangan Romeo dan Julio yang beradu panco.

Hari itu misalnya. Nda baru saja ngreyen lepi keempat selama di Hong Kong. Kali ini merek lepi baru untuk menunjang kegiatan belajar menulis dan tugas-tugas kuliah adalah merek buah-buahan, pengganti lepi merek jendela yang sudah wafat beberapa bulan sebelumnya. Maklum, persyaratan dari tugas-tugas itu harus memenuhi kriteria tertentu. Seperti: jenis huruf, ukuran huruf, paragraf rata kiri-kanan dan sebagainya.

Nda yang harus mengumpulkan tugasnya via attachment itu harus meraba-raba toolbar lepi merek buah-buahanya. Ia tak menemukan jenis huruf yang dimaksud. Sampai-sampai matanya juling dan kepala jadi pusing 7 keliling, 7 tikungan, 7 tanjakan dan 7 turunan.

Sebagai sahabat yang setia setiap saat dan nempel kayak perangko, Nini pun ingin membantu. Mereka terlibat gingkai-gingkai di sebuah grup obrolan hasil mengunduh dari aplikasi hempun (HP) android. Nda menumpahkan segala kegundahgulanaan yang menimpanya. Seorang teman di grup itu mengatakan bahwa semua jenis huruf bisa ditemukan pada lepi merek apapun. Baik itu lepi merek tomat, jeruk atau merek nanas.

Setelah melewati hari-hari galau, wajah Nda terlihat lebih sumringah. Ternyata lepi merek buah-buahannya tidak kekurangan suatu apa. Hal ini diketahuinya setelah ia berkonsultasi dengan dukun komputer ... eh ahli komputer berikut dengan penambahan aplikasi untuk memudahkan belajarnya. Juling dan pusing pun menguap dari tubuh Nda. Kini giliran Nini yang bermasalah dengan pak bos bulenya yang makin cerewet setelah pindah rumah baru.

Lahhh, ternyata segala hal-hal baru itu ... sesuatu sekali, yes.

***

2014-05-16

[Gallery] Blueist

Beberapa waktu lalu, saya main ke Sai Kung bersama teman-teman. Nah, ketika pulang, kami yang seharusnya naik taksi warna merah menuju Po Lam, ternyata harus naik taksi warna hijau ke daerah Ma On Shan. Ya, gitu deh, aturan taksi di Hong Kong memang asoy geboy disesuaikan dengan warnanya. Biru adalah taksi yang beroperasi di wilayah Lantau. Merah adalah taksi yang beroperasi di Hong Kong Island dan Kowloon. Sedangkan Hijau khusus wilayah New Territories. Itulah mengapa kami yang semestinya ke Po Lam terpaksa mencelat jauuuh ke Ma On Shan disamping karena antrian taksi hijau lebih cepat daripada taksi merah.

Berhubung beda jalur, janjian dengan teman di North Point gagal total. Padahal ybs harus pulang ke Indonesia, selamanya, beberapa hari kemudian. Sambil menunggu waktu pulang, saya mencoba menelefon teman karena ada urusan puuuenting buuuanget. Masalag duit, mennn, duit!!! Di dunia ini, selain perut dan bawahnya perut, duit memang masuk jajaran masalah yang penting, bukan? Hahaha kidding.

Saking pentingnya, saya berencana ke stasiun MTR di dekat rumahnya di Taipo. Padahal Ma On Shan-Taipo ibaratnya dari ujung ke ujung. Untunglah saya tidak ngeyel ke Taipo duluan. Karena ternyata teman saya itu melewati stasiun MTR Kowloon Tong yang merupakan stasiun percabangan ke beberapa jalur. Ya udah, sedikit diuntungkan karena saya tidak perlu memutar dan si teman juga tidak perlu ribet.

Dararaaammm, kami bertemu di stasiun Kowloon Tong yang didominasi warna biru. Ya ya ya, blueist station ini lucu juga. Garis-garis arsitekturnya keren. Tapi sayanya yang ga keren jepretnya, hiks. Whatever …


Seperti apa sih penampakannya? Here we are! Cek dis ot.






Khusus penampakan nomor tiga dan empat adalah BULEist, sok bule gitu. Bwuuuttt lah.
*Foto-foto adalah doc pri.

2014-05-11

[Curcol] Sagu yang Mirip Sagon

Orang bilang, putus cinta atau patah hati  itu sakitnya setengah mati. Tetapi, pernyataan itu tidak berlaku untuk teman saya, Adeka Sari. Kata Sari, sakit paling sakit itu adalah sakit gigi. Maklum, si Sari ini adalah remaja yang menginjak dewasa yang ditandai dengan tumbuhnya gigi. Itu loh, empat gigi geraham paling belakang.

Konon, apabila tulang rahang tidak cukup tempat untuk gigi baru, maka gigi baru itu akan mendesak gigi geraham sebelahnya sehingga terasa sakit luar biasa. Nah kan, nah kan, menjadi dewasa itu menyakitkan!

Bagaimana tidak, jika sakit gigi (terlebih ditambah membengkaknya gusi) maka ketika kita mengkonsumsi makanan apapun, rasanya tidak enak. Mau makan kering tempe, makan sate, makan rempeyek, makan rengginan hingga makan nasi pun bagai jauh di mata dekat di hati. Yang bisa dilakukan hanya makan bubur, agar-agar atau jeli.

Tetapi, perempuan asal Malang ini mengobati rasa bosan dan menuruti naluri kulinernya dengan pergi ke toko "Febuari-Maret" yang menjual aneka produk Indonesia. Niatnya hanya melihat-lihat. Namun, saat matanya menangkap jajaran sagu berbentuk batangan, ia langsung membayangkan sepotong sagon yang ketika masuk mulut, serpihan-serpihan sagon itu langsung mabyur awur-awur, lumer di lidah. Lalu, ia mengambil sebungkus sagu dan menanyakan pada kasir, apakah sagu tersebut bisa langsung di makan?

Si kasir pun menjawab iya. Maka, sesampainya di rumah, segera setelah membereskan barang belanjaan dan mencuci tangan, sagu itu segera digigit dengan gigi serinya. Namun, apa yang terjadi, Saudara-saudara?

Sagu yang mirip sagon itu ternyata keras sekali seperti cuwilan kuwali. Sudah gigi geraham sakit, gigi seri pun menambah penderitaan Sari. Duh Gusti ...

Ah, bukan Sari namanya kalo gampang nyerah. Dengan gigi senut-senut, ia mengambil ponsel pintarnya, bertanya resep dan cara menaklukkan sagu itu pada mbah gukgel. Dan benar, ia sukses membuat bubur sagu bersantan manis gurih untuk bekal libur mingguan yang telah direncanakan mbolang di salah satu sudut liar Hong Kong keesokan harinya.

Ternyata sakit giginya makin parah ketika mengkonsumsi bubur sagu buatannya sendiri. Ia menyerah kemudian dada-dada dan melambai ke kamera. Hari Minggi itu ia putuskan untuk pulang cepat lalu wadul kepada sang lopan tentang gigi-giginya.

Selang dua hari, ia mewek-mewek hampir nangis darah di hadapan dokter gigi agar giginya dicabut paksa. Semula si dokter menolak lantaran gusinya masih bengkak. Tapi airmata perempuan hitam manis ini mampu meluluhkan pendirian dokter. Dan hingga kisah ini selesai ditulis, si Sari harus menerima kenyataan bahwa seusai cabut gigi, pipi kirinya melembung seperti ngemut es loli.

Cepet sembuh, ya, Sari.
***