2016-08-30

Catatan Extention of Stay di HK: Ramah, Cepat dan Gampang

Numpang Tinggal di Hong Kong sejak lebih dari satu abad yang lalu (saking lamanya), nggak afdhol kalau nggak ngerasain gimana riweuhnya terjerat dalam lingkar birokrasi. Pertama kali menjejakkan kaki di HK sebagai gedibal alias keset alias babu alias pekerja pelaksana rumah tangga, hal pertama dan utama adalah langsung bikin HKID a.k.a KTP Hong Kong.

Hari itu sudah di di penghujung musim dingin di bulan Februari. Saya masih memakai kaos lengan panjang warna merah saat melakukan perjalanan pertama naik pesawat terbang. Ya ampun, pesawat terbang, Sodarah-Sodarah! Bukan pesawat televisi. Subhanalloh …

Hari berikutnya, setelah bermalam di rumah agen di daerah North Point (jangan tanya nama agennya. Agen? Lupa tuh. Gak pernah diurus, sih. Biasa sendiri, ngapa-ngapain juga sendiri. Maklum jomblo … trus baper). Nggak ada yang spesial di sana kecuali merasakan malam-malam yang duuuingin, kruntelan bertiga dengan Waisah dan Maesaroh (teman dari satu PT), bebersih di rumah agen, sarapan Indomie goreng yang susah banget ditelan (bukan karena masalah rasa di lidah, tapi gegar rasa yang menggerayangi jiwa … hasyahhhh). Usai urusan di sana, cus deh ke Imigration tower di Wanchai naik teng-teng alias tram (video naik tram bisa dilihat di sini).

Menyaksikan dan bersentuhan langsung dengan gedung tinggi, bersih, dan antrean yang rapi, saya ya … nggumun! Maklum, wong ndeso yang tidak pernah ke mana-mana sekalinya main jauhan dikit, langsung naik pesawat terbang … ke Hong Kong pula. Alhamdulillah, ya Allah, saya bisa halan-halan di Hong Kong. Waktu itu saya masih bisu, buta, tuli dan nggak ngerti babar blas bahasa Kantonis yang kalau denger dari native sih terasa legit dan nyusss di telinga. Bedalah pas belajar di PT dulu.

Urusan HKID lancar, sorenya saya dijemput juragan. Menu paling awal berkenalan dengan lidah saya adalah oseng choisum dan sup jagung (kalengan). Enak? Blas! Hawong wes dibilang saya masih gegar rasa og. Kalau sekarang sih malah suka rasa yang light-light gitu di lidah. Kalau rasa di hati mah jangan tanya. Hambar, hambar!

Kesempatan kedua ke Imigration tower adalah satu windu berikutnya ketika saya kecopetan di pasar Causeway Bay. Soalnya pas di pasar, saya masih melakukan pembayaran. Keluar dari kerumunan pasar, tau-tau ransel saya sudah terbuka. Saya cek dompet berisi uang ratusan juta, HKID, KTP, Octopus Card dan banyak kartu isi pulsa bekas, semua raib. Total kerugian hampir satu M …eMber!

Kesempatan ketiga, dan merupakan catatan inti dari tulisan ini, adalah saat perpanjang ijin tinggal di Hong Kong. Kita paham dong ya, kalau kontrak kedua dan setrusnya itu butuh chop visa, kita perlu jutking keluar dari Hong Kong. Nah, Februari 2016 lalu, saya sudah jutking ke Guang Zhou, China, main tipis-tipis bareng juragan sekeluarga. Penak? Pikiren dewe, rek.

Pas balik ke HK via Lok Ma Chau, visa saya tidak dichop "Journey Completed" gitu. Malah dikasih lembaran perpanjangan tinggal sampai tanggal 26 Agustus 2016. Kenapa? Why? Timkai?

"Taklah, nei man kuchu. Dia akan menjelaskan. Ha yat wai …"
Antrean di belakang saya masih mengular (nggak pakai tangga apalagi pakai rumah dan tangga).

Kamis, 18 Agustus 2016, setelah dapet wejangan dari budhe Susana, saya wadul ke juragan. Besoknya saya meluncur ke kantor Imigrasi cabang Kowloon East, di Lamtin.


Selain tidak se-crowded seperti di Wanchai, di Lamtin hanya 4 station dari rumah (juragan) saya alias sekitar 20 menit dengan biaya sekitar 13 dolar PP (Hahaha, masuk budgeting masamu …). Jam 9 pagi saya sudah di sana dan kuota antrean hari itu sudah penuh. Saya pun konsultasi ke tante-tante di loket 4 lalu di lempar ke om-om di loket 7 (yang kayaknya spesialis DH a.k.a Domestic Helper).

Subhanalloh … mereka ramah. Saya terharu. Saya mendengarkan penjelasan mereka dengan hati mengembang. Saya kan babu, saya loh hanya mumpang pip*s numpang bobok numpang makan di Hong Kong. Tapi keramahan pada setiap orang yang berkunjung ke sana itu ... sama. Saya dikasih form, lembar surat buat juragan yang berisi pernyataan bahwa saya masih dipakai hingga kontrak berakhir dan lembar informasi untuk booking via phone atau website.

"Sik yingman, ma?"
"Siu-siu, lor."
"Lor …," om itu menirukah akhiran "lor" saya. "Nah, kamu pulang isi form ini trus kamu coba book di sini (sambil melingkari tulisan Aplication for Extention of Stay dan www.gov.hk.esbooking)."
"Yiukwo, cik yat book, leh? Taigoy keitim, aa?"
"Jamman, coi cou hai lingsan 2:30."

Jederrrr!!! Berarti ramai-ramai yang dibahas di grup FB itu beneran?

Kamis, 25 Agustus 2016, saya balik lagi ke kantor Imigrasi di Lamtin dengan membawa persyaratan lengkap. Yakni:
~ Form yang sudah diisi.
~ Statement letter dari juragan.
~ Kontrak kerja.
~ Paspor lama dan paspor baru.
~ HKID.
~ Hati yang memendam rindu.

Saya naik MTR kloter pertama sekitar jam 6.05 langsung ke Lamtin MTR exit B, yang bersebelahan dengan Sceneway Plaza. Ada penanda, kok. Tenang, iki Hong Kong, broh. Aja dipadakno jalur pendakian ke hatimu yang tidak ada signnya sama sekali.


Sampai sana, sudah banyak yang antre. Berdiri di jalur layang terbuka, di mana di bawahnya adalah terminal bus, rasanya panas dan ungkep. Tapi tidak sepanas ketika ketahuan pacar kamu mbribik cewek lain. Sekitar jam 7.30 pintu area imigrasi dibuka. Kami masuk dan masih antre dengan tertib. Lumayan, di sini area ber-AC. Jam 8.00 ada tiga petugas imigrasi yang mendata pengantre, mencatat nomor HKID dan diberi nomor antrean. Saya dapat nomor 74 dari total antrean 80 kuota perhari (Senin-Jumat). Kalau Sabtu, kuota antre hanya 50.



Lalu, jam 8.30 kantor dibuka dan kami antre lagi. Langsung ditangani 4 loket (loket nomor 1, 2, 3, 4). Mereka mencatat HKID dan nomor antrean kemudian ngasih jadwal jam berapa diproses. Saya dapat antrean jam 2.30-3.00 (pm). Saya pulang untuk kembali ke sana sesuai jadwal. Jadi, saya nggak perlu buang waktu nunggu di sana. Semisal saat antre tadi saya pakai HKID teman, maka saya harus membawa teman saya dan menyatakan bahwa dia antre buat saya sekaligus menunjukkan HKIDnya. Ini sah-sah saja.

Pada jadwal yang dimaksud, saya langsung ke loket 4 menyerahkan persyaratan dan lembar jadwal. Setelah kelengkapan beres, saya disuruh menunggu halo-halo via pengeras suara. Tak berapa lama, saya dipanggil om-om loket nomor 7. Lalu dijelaskanlah kalau masa paspor saya hanya sampai 26 September 2016. Otomatis imigrasi hanya memberi ijin tinggal sebulan sebelum masa paspor habis. Itulah kenapa saya hanya dikasih ijin tinggal sampai 26 Agustus 2016. Untuk memperpanjang masa tinggal, saya harus renew paspor dulu. Postingan bagaimana renew paspor di KJRI akan diposting terpisah nek ra kumat males e.

Urusan di loket 7 pun selesai. Cepat. Ramah. Saya antre di loket 19 untuk menunggu panggilan. Ini loket pembayaran sebesar HKD 190. Agak lama sih antre di sini. Beda jauh saat di dua loket sebelumnya, nunggu di sini kira-kira sejam. Untunglah ada teman sesama horang woles, Wiwindayang menemani saya sambil menikmati jajanan lebaran, oleh-oleh kakaknya yang baru jadi manten pas mudik kemarin. Kami menikmati madumongso khas Ponoro-Go. Kalau   nggak salah, Ponoro-Go itu terkenal dengan sebuta kota Reyog (Resik, Endah, hYang, Omber, Girang-Gumirang) dan masih saudara dekatnya Pokemon-Go dan Go-pro.

Jadi, buat kamu-kamu yang mengalami kasus seperti saya, kamu segera book via web atau phone di (852)28246111. Kalau waktunya mepet, langsung saja datang di kantor imigrasi terdekat. Nggak harus antre atau bermalam di Imigrasi Wanchai (kecuali kasus tertentu). Selain di Lamtin (exit B), bisa juga di Shatin, Sham Shui Po, Yuenlong, dan …… cek sendiri aja ya di www.gov.hk/esbooking .

Hamosok sudah pakai smartphone kitanya ga ikut smart? HPmu regane jutaan mik mbok gawe mbribik, Ndes?

0 comments:

Post a Comment