Pages - Menu

2015-02-17

[Curcol] Tiga Kata Hampa

Tiga Kata Hampa

Pesta ulang Tahun. Tiga kata ini pasti terdengar sangat menyenangkan. Dalam pikiran kita langsung tergambar kegembiraan, kebersamaan, tawa, makanan dan minuman yang nikmat, kue tart bertingkat, foto-foto, hadiah dan masih banyak lagi hal memikat. Namun, pesta ultah yang terjadi di dunia nyata dan alam pikiran kita tidaklah selalu sama. Sebagaimana yang dialami oleh Siti yang ngungyan di Polam, yang berada pada pesta dengan penuh rasa hampa.

Beberapa minggu sebelum hari besar itu dilaksanakan, bu bos Siti sudah berkali-kali menyinggung tiga kata itu di depan anak dan suaminya. Mulai dari menu yang ingin disajikan, hadiah hingga saudara dan teman-teman si anak yang hendak diundang untuk perayaan hari spesial yang hanya terjadi satu kali itu_menurut kalender tahun Masehi. Tetapi, jika si empunya hajat mengikuti kalender tahun Lunar, tahun Hijriyah, atau pun tahun Saka, maka bisa dipastikan pesta ultah akan terjadi berkali-kali.

Mula-mula, di depan Siti, bu bos mengatakan bahwa pesta ultah akan dilaksakan Minggu malam di sebuah resto muuuahal. Otomatis Siti TIDAK PERLU BANTU-BANTU (apalagi bantuin makan) dan ia dipersila untuk libur sepuasnya. Dalam hati Siti sih bilang 'aku rapapa'. Toh malah bisa pulang jam 11 malam, yang artinya jadwal kepulangannya bisa diperpanjang hingga dua jam ke belakang. Namun, ke-rapapa-an Siti menjadi sedikit terusik manakala bu bos meralat ucapannya beberapa hari kemudian.

Pesta yang rencananya akan dilaksanakan di resto itu harus dipindah di rumah dan bu bos meminta Siti untuk bantuin masak. Siti menjawab dengan jawaban diplomatis: lam ha sin aa (tek mikir ndisit mbok). Tapi bu bos segera mengiming-imingi dengan uang lembur sebesar 200 dolar. Kondisi keuangan Siti yang sedang kena kanker (kantong kering) membuatnya menganggukkan kepala tanda setuju. Deal.

Ketika hari H hampir tiba, bu bos mengingatkan Siti untuk memasak ini itu. Ya ga masalah lah yao, lah emang fungsi Siti di rumah emang untuk bentu-bantu. Tapi hal itu berubah total manakala bu bos mengatakan agar Siti mengganti hari liburnya pada Sabtu depan, bukan mengganti dengan uang lembur. Gondoklah Siti _ dengan menampilkan wajah ditekuk 12 kurang seons.

Siti mengadukan hal ini kepada agen yang alamatnya terletak di dekat kampung Jawanya Hong Kong (baca: Victoria Park). Agen bukannya membantu Siti, ia malah menyalahkan Siti yang seharusnya manut dengan bosnya. Agen mengatakan juga bahwa Siti adalah kungyan yang mujur karena bekerja di majikan baik, mau mengganti hari libur di hari lain. Padahal, aduan Siti adalah bu bos yang mblenjani janji, yang seharusnya mengganti hari lemburnya dengan uang ternyata malah mengganti libur di hari lain. Siti terpaksa menjelaskan ulang duduk persoalan yang terjadi pada staf agennya yang ngeyelan itu.

Akhirnya staf agen menelefon bu bos Siti. Siti pun dipanggil bu bos. Bu bos, dengan wajah mbesengut-nya, mengatakan bahwa ia hanya mau mengganti uang libur sebesar HKD 140 bukan HKD 200 sebagaimana perjanjian awal. Menurut bu bos, itu pun sudah kebanyakan bila di bandingkan gaji harian Siti (sebesar 130 dolar 7 sen, diperoleh dari HKD 3920:30 = HKD 130,67).
Lalu agen ganti berbicara pada Siti. Agen sanggup menggenapi uang lembur dr bu bos Siti menjadi HKD 200 sebagaimana janji awal. Ternyata bu Bos meminta agen agar mencarikan anak partime sehari di rumahnya demi pesta ultah itu. Aneh, kan? Punya kungyan kok masih nyari anak partime-an. Sampai menjelang hari H, agen tidak mampu menyediakan anak partime. Sehingga untuk win-win solution, agen menambahi total uang lembur yang menjadi hak Siti.

Namun, pada hari yang ditentukan untuk mengambil sisa uang di agen, staf sedang tidak ada di tempat. Hohoho ... modus, moduuuuuussss!!!

Sinna Hermanto

No comments:

Post a Comment