Pages - Menu

2015-04-29

[Curcol] Tragedi Biji Kedondong

Tragedi Biji Kedondong

Sudah kubilang, kawan, jangan melihat buku dari sampulnya, jangan melihat seseorang dari penampilannya. Kalau masih saja ngeyel, ya rasakan sendiri akibatnya. Rumangsamu penak?

Gitu deh. Akhir pekan adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu. Bagi sebagian orang, akhir pekan digunakan untuk menikmati 'family time' dengan berkumpul bersama keluarga atau teman. Sedangkan yang lain, lebih senang memanfaatkannya untuk kejar setoran atau  mencari lemburan.

Sahabat kita yang terjebak dalam rantai kehidupan di wilayah 853 alias Macau, Anis, memiliki ritme rutinitas yang beti-beti (beda tipis) dengan kita-kita yang berada di area 852. Yang namanya mbabu, pekerjaannya pastilah setipe, ngusek-ngusek jumbleng. Yang sedikit membedakan adalah pada aturan live-in dan stay-out. Sebagaimana kita baca berita fanasss yang sedang ramai digembar-gembarkon akhir-akhir ini agar menjadikan peraturan live-in dan stay-out tadi dijadikan sebagai pilihan, bukan paksaan.

Para pekerja rumah tangga di Hong Kong, dengan peraturan perburuhan yang mengikat antara majikan dan pekerja, nampaknya masih harus tunduk pada kertas 'ijo' kontrak kerja yang mengatur pekerja untuk tinggal sesuai pada alamat yang tertera di sana (live-in). Padahal, ada sebagian majikan yang tidak suka atau kurang nyaman jika tinggal seatap dengan pekerjanya. Alasan lainnya adalah tidak terpenuhinya kelayakan tempat istirahat (kamar) bagi pekerja. Nggak lucu kan lantaran sempitnya hunian majikan lalu pekerjanya dibikinkan petarangan (tempat tidur) di atas kulkas? Emang ada kasus begini? Ada! Rumangsamu penak kerja di Hong Kong?

Di sisi lain, pemerintah Hong Kong belum bisa menyediakan tempat yang cukup untuk pekerja domestik mengingat keterbatasan hunian di Hong Kong. Padahal, menurut asumsi aktivis, live-out dianggap bisa lebih memproteksi pekerja dari kasus kekerasan, pelecehan seksual hingga bekerja melebihi jamnya (over time). Bagi yang sudah menikmati sistem live-out, seharusnya hal itu dimanfaatkan untuk fokus mengumpulkan modal, ilmu atau ketrampilan sebagai bekal setelah pensiun dari pekerjaan ini, bukan mengagungkan besaran gaji atau kebebasan semata. Karena jika kebablasan, OS adalah momok yang sangat menghantui.

Si Anis ini, juga sebagian besar pekerja di Macau, adalah pekerja yang telah bisa menikmati sistem live-out. Makanya, ia pun nyambi bisnis online, di mana ia belum perlu membangun tokonya di dunia nyata, tetapi cukup membesarkannya di dunia maya.

Jumat itu ia pulang dari tempat kerjanya naik bus. Lelah, encok, pegal dan linu menyerangnya dari berbagai penjuru. Maklum, balung tuwa. Musim semi yang diselimuti kabut berhari-hari membuat susasana menjadi ngeri-ngeri sedap. Namun, perjalananan menyebalkan itu sedikit terhibur manakala di sampingnya duduk sesosok cantik memesona menemani perjalanannya. Ahay.

Ia pun ngobrol ngalor ngidul sambil memuji betapa bentuk tubuh sosok itu sesempurna gitar Espanyola, betapa cantik wajahnya serupa putri-putri dunia, betapa halus tutur katanya seperti terigu atau tepung tapioka bin singkong bin ketela. Namun, tatkala bus yang ditumpangi berbelok dan sinar lampu penerang jalan tepat menyinari dari arah jam tiga, siluet leher sosok itu membuat Anis sedikit menyesal dan banyak menganga.

Ia menemukan 'biji kedondong' alias jakun yang naik turun mengikuti irama kata-kata merdu yang mengalun. Pembaca SUARA tahu gimana perasaan Anis ketika menemukan kenyantaan itu? Mungkin seperti mencret dan anyang-anyangen yang terjadi dalam satu waktu. Sebenarnya ia ingin misuh-misuh. Tapi segera ingat pesan nenek dan emak di kampung. Yakni agar ia selalu menjaga nama dan martabat bangsa dengan tidak berbicara so rude (keren kan, nenek dan emak gahoool itu pesannya pakai bahasa Inggris). Kalo ia melanggar nasehat, tidak perlu heran jika ada bakiak melayang atau piring terbang. Hal itu jangan malah dianggap sulapan, ya!

Begitu mengetahui kenyataan tak seindah bayangan, pelan-pelan Anis menjaga jarak dengan pemilik biji kedondong yang ternyata dari Thailand ini. Ia berharap agar bisa sampai di kontrakannya dalam sekejap. Howalah, Nis, Nis. Mimpi apa kamu kok sampai terkecoh dengan biji kedondong yang nyangkut di leher wanita batangan begini. Eh.

Sinna Hermanto.

***

Artikel terkait.

No comments:

Post a Comment