Pages - Menu

2015-08-25

[Curcol] Senjata Makan Tuan



Senjata Makan Tuan


Entah harus mengucapkan syukur atau syukurin tatkala bu bos mbak Siti kena getah atas ulahnya sendiri. Sebagai bos besar yang memiliki beberapa lapak di sebuah pasar basah / pasar tradisional, ndoro juragan ini agak hiperbola alias berlebihan dalam urusan makanan. Puo-puo kalo dalam istilah Jawa.

Bagaimana tidak, untuk sekali jam makan saja yang hanya untuk empat makhluk pemakan segala, Siti ini musti nyuci sang choi dan bak choi masing-masing dua kati. Padahal, menu ini belum termasuk daging, ikan dan kuah hingga pencuci mulut, baik berupa irisan buah, jus, atau es krim. Kalo dipikir-pikir, itu perut atau karung goni, ya, bisa muat segitu banyak.

Suatu waktu, sahabat kita yang gajinya dinaikkan sembilan puluh dolar atas kesepakatan tau sama tau alias dari mulut ke telinga (kalo dari mulut ke mulut kok kesannya jorok ya!), ia mendapat tugas bikin jus jeruk. Bagi kita sih bikin jus jeruk mah enteng, tinggal dipotong jadi dua, diperas, tuang dalam gelas, beres! Lain halnya dengan sahabat kita ini, bu bos memberinya mandat yang tidak tanggung-tanggung. Ngejus sebanyak 35 buah hanya untuk empat orang.

Bayangkan, banyangkan!

Untuk ukuran sedang, satu cangkir 150 ml itu kira-kira membutuhkan 3 buah jeruk. Bila 4 cangkir, maka memerlukan 12 jeruk. Jika 3 buah jeruk seharga 12 dolar, maka 12 jeruk seharga 48 dolar. Tapi, buat apa bikin jus dari 35 buah itu? Ah, biarin nggak nyambung, emang sengaja buat nambahin paragraf aja kok. Plis, hargailah usaha penulis yang harus melakukan eksperimen dan observasi dulu sebelum menuliskan bagian ini.

Maka, bisa diprediksi secara terang benderang macam batu akik usai digosok dan ditahtakan pada cincin emas 24 karat, sisa air perasan jeruk itu harus diinapkan dalam botol – bekas – air mineral sebelum dimasukkan dalam lemari sejuk aka kulkas.

Bagi pecinta makanan atau minuman asem manis sebagai peluntur lemak-lemak di perut, jus ini adalah menu wajib sehari-hari. Lain halnya bagi Siti yang udah dari sononya dianugerahi tubuh seksi meski makan banyak sekali. Entahlah kemana perginya lemak-lemak itu. Kondisi ini akan membuat kita mikir, dia lagi kena busung lapar atau penyakit gizi buruk? Jus jeruk yang udah asem ini makin asem apabila melihat wajah Siti yang juga asem. Belum lagi peluh kerja keras dan rajin yang menjadi ciri khas yannei cece menambah keasemannya pada tingkat maksimal.

Anyway busway subway, penyerapan lemak pada system metabolism tubuh Siti yang zero persen ini sebenarnya idaman banyak wanita terutama para mahmud anas (mamah muda anak satu) yang mengalami kenaikan berat badan secara signifikan serupa nilai kurs dolar HK terhadap rupiah akhir Juli ini. Banyak dari mereka yang mengeluh, minum air bening saja bisa jadi lemak, apalagi minum jus buah atau air putih (baca: susu / milk)?

Minggu pun berganti, stok jus jeruk dalam botol-botol – bekas – air mineral itu pun menyusut secara pelan namun pasti. Hingga tibalah pada stok terakhir yang menjadi inti dari kisah ini.

Bu bos yang baru pulang dari sidak lapak-lapaknya di pasar bawah rumah, tanpa babibu langsung nyucup botol jus jeruknya tanpa mengetes dulu kelaikan untuk dikonsumsi. Siti yang sibuk beberes sayuran menu makan malam tidak memperhatikan lebih detail lagi bu bosnya itu. Dipikirnya, bu bos akan membantu beberes isi kulkas yang mirip gudang penyimpanan stok orang mantu ketimbang kulkas rumah tangga pada kondisi tiap hari belanja. Yaaa, siapa tahu saja bu bos sedang kerasukan jin ifrit yang baik hati dan tidak puo-puo sehingga sukarela meringankan pekerjaan kungyannya. Tapi ini adalah hal mustahil, buru-buru Siti menambahkan.

Betapa kagetnya Siti manakal bu bosnya gibas-gibas macam kambing kena flu seusai nyucup botol jus jeruk tadi. Rupanya, jus itu pin co laa alias berubah jadi merek kadal (iya, kadaluarsa). Ah yang namanya kungyan, yang meskipun benar, tetapi akan tetap salah. Tragedi jus jeruk yang sudah kadaluarsa itu adalah salah kungyang yang tidak membuangnya. Padahal, gaes¸Siti sudah mengingatkan agar segera menghabiskan jus itu sesaat setelah selesai dibuat untuk mempertahankan kesegarannya.

Kalo sudah begini, solusi terbaiknya memang harus bikin jus sesuai kebutuhan atau sesuai besar kecilnya ukuran lambung masing-masing spesies. Jangan sampai malah jadi bumerang yang menyerang balik kita sendiri. Senjata makan tuan, deh.

Risna O *Apakabar+, Agustus 2015


Artikel terkait.

No comments:

Post a Comment