Pages - Menu

2016-10-14

[Fiksisme] Dee #10: Masalah Hati Tak Sebercanda Itu

D
____________________________________

Hi, D? Everything alright? I am not.

Kamu tahu, rasanya bete banget kalo jalan ama kamu yang ada malah saya diduain sama Pokémon. Kemana-mana selalu ngaktifin Pokemon Go, nyariin monster.

Dih. Pokémon lagi, Pokémon lagi, Pokémon terus. Saya kapan dicariin?

Apakah saya kekanak-kanakan jika meminta quality time bersamamu tanpa diduakan game di gadget? Saya tahu saya kadang suka labil, baperan, galauan dan sedikit alay. Tapi, saya sedang berusaha memintal rasa secara dewasa, bukan remaja yang bisanya hanya menuntut. Iya, saya akui, saya tidak bisa selamanya berada di sisimu, menemani tiap gerak dan aktivitasmu. Ini karena kita terhalang jarak dan waktu. Kamu tentu tahu itu?

Dee, kita masih sama-sama menata masa depan, masih sama-sama membangun karir, masih sama-sama ... belajar. Saya tidak punya kuasa apalagi wewenang mengekangmu. Karena saya tahu berada di posisi mana saat ini. Saya __merasa__ hanya serupa jamban yang hanya kamu datangi saat kamu butuhkan.

Saya cemburu, sangat cemburu, dengan kolaborasimu dengan sosok itu. Inikah jawaban atas keraguan yang senantiasa bergema dalam jiwa saya? Saya takut jika jawabnya adalah iya. Kita sudah berjalan bersama lebih dari setahun. Kenapa kamu masih menyimpan rahasia? Bagaimana mungkin hubungan ini bisa berjalan tanpa rasa percaya?

Saya kecewa, Dee. Jangan menuduh saya memblokir akun jejaring sosial. Saya bukan sosok seperti itu. Saya marah. Saya marah karena kamu hanya memainkan perasaan saya. Ketika hari ini kamu bilang suka, bilang cinta dan meminta saya menjadi kekasihmu  ... lalu besok atau lusa, kamu bilang itu hanya bercanda. Kamu harus tahu, masalah hati tak sebercanda itu.

Kamu pun minta maaf. (Dengan berat hati,) Saya tetap memaafkan. Tapi tolong kamu paham, memaafkan dan melupakan itu dua hal yang berbeda.

Maukah kamu saya tunjukkan sesuatu? Dulu, tentang 'tugas 1', kebohongan apa yang sudah kamu lakukan? Dulu, tentang 'ujian 2', dusta apa yang telah tercipta. Juga tentang initial A, initial D, tak lebih dari dedongeng pengantar tidur untuk menina-bobokan ke-curious-an saya kan? Tentang teman itu, masih sebuah cerita palsu. Sebuah tanya, luka di dua kakimu itu bagaimana bisa ada, tak pernah saya dapatkan jawabnya. Atau ... 'kisah drag-drug-drink' itu tak pernah ada? Sebeginikah jarak yang kamu bentangkan pada orang yang selalu ada saat kamu butuhkan, pada orang yang menyemangatimu saat kamu butuh sandaran? Tapi apa balasannya ketika posisi membutuhkan itu ada di saya?

Kamu tidak pernah ada.

Sekali lagi, saya ini bukan perempuan belasan tahun yang baru lulus SMA. Saya adalah perempuan dewasa yang mengerti apa yang musti dilakukan ketika halangan menghadang. Ketika Saya bicara ke kamu, sesungguhnya saya sudah punya solusinya. Saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan. Hanya saja, saya tetap butuh orang untuk mendengarkan saya, mendukung saya, atau bahkan memberi sudut pandang lain dari sisi saya yang __mungkin__ sedikit egois. Tapi nyatanya ...

Kamu tidak pernah ada.

Saya berusaha menjadi lebih baik, menjadi perempuan baik-baik, menjaga hati saya, menjaga lisan dan tingkah saya agar perubahan kita berdua setara. Saya sengaja sisihkan waktu untukmu, saya sisihkan ide dan kreativitas saya sebagai bentuk perhatian dan hadiah-hadiah kecil untukmu, jangankan mengapresiasi ... mengucapkan terimakasih pun mulutmu beku. Sebenarnya, saya harus bagaimana?

Bila benar suka, bila benar cinta, adalah dua orang yang berusaha dan bersama memertahankannya. Bila hanya salah satunya, maaf saja, kita beda dunia. Saya di alam fana, kamu di akhiratnya.

Saya lelah, Dee. Hentikan sampai di sini.

***

No comments:

Post a Comment