Pages - Menu

2014-07-06

[Sekitar] Nyoblos di Hong Kong Rame!


Selamat Datang.

Causeway Bay. Minggu, 6 Juli 2014 adalah harinya para WNI di Hong Kong untuk berpesta demokrasi. WNI yang sebagian besar adalah TKW ini berduyun-duyun ke lapangan Victoria, tempat pengambilan suara.

Saya pribadi sampai di Causeway Bay pukul 11:45 tetapi tidak langsung menuju TPS. Hal ini dikarenakan jadwal pencoblosan di kertas undangan yang dikirim KJRI ke alamat majikannya saya adalah pukul 14:00-17:00. Terlebih saya sempat menelefon teman saya yang sedang mengantri di sana mengeluhkan antrian yang sangat panjang, panas dan nampak beberapa yang pingsan.

Maklum, udara di Hong Kong sedang terik, ditambah suasana puasa membuat kondisi tubuh semakin drop. Saya memilih membelokkan langkah ke perpustakaan umum yang terletak berseberangan dengan lapangan Victoria. Di sana, beberapa teman sudah menunggu untuk. Kami mengerjakan 'PR' sembari menunggu teman-teman yang berada di TPS.

Uzwa, teman saya yang berasal dari Lampung tiba di tempat kami berkumpul jam 12.30 dengan wajah 'gosong' dan kecapaian. Ia mengatakan hampir membatakan puasanya karena antri yang sangat lama, sekitar 3 jam. Meski jadwal nyoblosnya sore, terpaksa ia lakukan siang hari karena menemani kakaknya yang memiliki jadwal siang. Ini murni panggilan rasa kesetiakawanan dan persaudaraan.

Pukul 14:00 teman kami yang lain, Nur dari Ponorogo, bergabung dengan kami. Ia mengeluhkan hal sama seperti yang dikeluhkan Uzwa. Selain urusan 'PR' tadi, kami memilih perpustakaan sebagai tempat nongkrong lantaran di sini suasananya lebih adem karena ber-AC. Toh fasilitas perpustakaan umum ini sangat lengkap. Ada wiFi, scan gratis, mesin copy, meja-meja belajar lengkap dengan colokan lappy, koleksi koran, majalah, buku yang bejibun banyaknya, perpus khusus untuk anak-anak dan tentu saja staf yang ramah.

Di sini kami bertemu dengan beberapa kawan yang mengatakan nyoblos pakai surat. Yakni, ketika 2 minggu sebelum pencoblosan berlangsung, KJRI mengirim surat kepada pemilih untuk memilih: nyoblos di TPS atau melalui surat. Khusus coblosan melalui surat, pemilih harus mengembalikan kartu pos yang ada di dalam amplop maksimal dua hari setelah surat diterima.

Kemudian, pukul 15:30, saya, Nita, WInda dan Uzwa menuju bank Mandiri yang terletak di depan gedung KJRI (bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 5 menit). Namun, ketika pukul 16:00 antrian masih mengular dan seorang antrian menanyakan apakah saya sudah nyoblos, saya dan Nita segera menuju TPS, meninggalkan Winda dan Uzwa.

Kami memang membawa surat undangan dari KJRI sehingga ketika kami tiba di lapangan, kami langsung masuk dari pintu sebelah kiri, bukan pintu di tengah lapangan yang merupakan pintu masuk resmi TANPA ANTRI. Dengan syarat: kami menunjukkan surat undangan yang telah tertulis nomor TPS dan waktu pencoblosan.

Antri menuju bilik suara.

Kami menuju TPS masing-masing, saya ke TPS 7, Nita TPS 6. Tak perlu antri lama, saya segera didata. Beberapa teman BMI di depan saya yang datang dengan KTP Hong Kong pun tetap bisa masuk. Tidak sampai 5 menit, saya sudah keluar, menunggu Nita yang masih berada dalam antrian di depan bilik suara.

Di sini, saya mengamati beberapa petugas yang memberi pelayanan kepada para pemilih. Bahkan Konjen Chalief Akbar Tanjung pun turun lapangan di bawah tenda putuh besar di tengah-tengan TPS. Dua orang polisi Hong Kong juga berada di lapangan, berjalan menuju jalur keluar.

Pak Konjen Chalief terjun lapangan.

Pak Sam (dulu di bagiaan Pensosbud).
Di sekitar pintu kiri, tempat saya masuk tadi, masih nampak para pemilih yang antri. Banyak diantara mereka yang datang tanpa surat undangan. Oleh karenanya, petugas lapangan menyebarkan lembaran khusus bagi pemilih yang datang tanpa surat undangan.

Ini tangannya Fera Nuraini, bantu-bantu nyebar.

Sedangkan antrian di pintu utama juga tak kalah panjangnya. Beberapa pemilih sempat mendapatkan peringatan ketika ber-huuuu sambil mengacungkan dua jari. Memang, capres nomor urut 2 membuat para golput di Hong Kong beramai-ramai meninggalkan status itu. Terlebih, mudah mengakses internet di Hong Kong membuat Pilpres kali ini lebih rame dari Pilpres terdahulu atau Pileg beberapa bulan lalu. Kenapa? Pemilih bisa 'mengenal' capres-cawapres lebih dalam dari berita yang tersebar di internet. Tidak hanya satu dua sumber saja yang condong pada salah satu pasangan tetapi juga berita pembanding agar tidak terjerumus fanatik buta.

Antri untuk didata bagi yang tidak membawa undangan.
Pemilih mendapat teguran karena menggunakan simbol kampanye di dalam TPS.
Lalu, kami keluar TPS dan berhenti di depan pintu utama. Kami bertemu dengan beberapa teman lain menunggu hingga waktu nyoblos berakhir. Sebagaimana izin yang diberikan pemerintah Hong Kong, pesta rakyat ini dimulai pukul 9:00-17:00. Bahkan, mendekati detik-detik terakhir, petugas lapangan ber-'halo-halo' memakai pengeras suara agar para pemilih segera merapat. Para pemilih segera bergegas dan banyak pula yang berlarian. Kebanyakan dari mereka adalah pemilih yang tidak membawa surat undangan. Dalam guyonan, terdengar bahwa mereka tidak diakui sebagai warga negara Indonesia sehingga tidak mendapatkan 'surat cinta' dari KJRI.

Waktu hampir habis tapi antrian masih panjang.
Melihat antusias pemilih, perpanjangan waktu pun diberikan hingga pukul 17:20. Itu pun masih nampak pemilih yang menerobos pagar atas inisiatif mereka sendiri. Pintu utama yang semula dijaga dua orang, terpaksa salah satu dari mereka menghalau penerobos ini dan membetulkan posisi pagar.

Pintu ditutup.

Dan ... teetttt! Semua akses masuk ditutup. Pemilih yang tidak bisa masuk bergerombol di pintu sebelah kiri dengan mengeluhkan sebuah kekecewaan. Jumlahnya tidak banyak, tidak sampai 500-an. Bahkan ketika saya tanya apa solusi yang diberikan bagi mereka, seseorang dari mereka mengatakan agar keesokan harinya menghubungi sebuah nomor telefon. Saya dan teman-teman sempat memprediksi bahwa pilpres hari ini akan 'rame' (atau sengaja dibikin rame?).

"Kita tunggu saja di beranda FB," demikian celetuk salah satu dari kami.

Hubungi ini.

Ini 500 orang?

Setelah itu, saya pergi dari TKP menuju lapangan sepak bola yang terletak bersebelahan dengan TPS. Ketika hari semakin gelap, terdengar suara 'huuuu' yang lumayan keras. Saya sempat berfikir ada insiden di dekat TPS. Namun, saya urung ke sana mengingat urusan saya sendiri masih belum selesai. Bahkan, saya masih harus ke Bank Mandiri untuk merampungkan urusan saya tadi sore yang tertunda. Pikir saya, biarlah nanti saya kroscek melalui FB, tempat kami berkomunikasi.
Sekitar pukul 19:00, mobil yang membawa box suara berhenti dan parkir di depan Mandiri. Posisi saya saat itu hendak kembali ke lapangan. Saya melihat wajah-wajah lelah petugas lapangan dengan bseragam abu-abunya yang sebagian dari mereka adalah staf KJRI.

Dan benar, pukul 23:00 beranda FB rame dengan video yang demonstrasi pemilih yang tidak diperbolehkan masuk. Bahkan ada tulisan yang mengatakan bahwa yang mau nyoblos nomor pasangan nomor urut 1 yang diperkenankan masuk.

Saya pribadi sangat kecewa dengan berita yang dibesar-besarkan seperti ini. Kita berada di Hong Kong sebagai pendatang, sebagai tamu, otomatis harus menghargai aturan Hong Kong. Bila izin yang diberikan hingga pukul 17:00 bahkan diperpanjang hingga 17:20, taatilah! Meteka yang tidak dapat masuk karena telat, saya pikir, adalah kesalah mereka sendiri. Kalau memang berniat datang ke TPS, ya datanglah sesuai waktu yang diberikan.

Kalau takut antri, semua juga antri. Kalau takut panas, semua juga merasa panas. Kalau puasa menjadi halangan, saya kira agama bukan alasan yang tepat sebagai kambing hitam. Toh sebagian besar WNI di Hong Kong adalah muslim dan menjalankan puasa.

Teman saya, Asti yang berada di TKP dari pukul 11:00 hingga 19:00 mengatakan bahwa segerombolan orang yang berdemo itu datang belakangan setelah kepergian saya. Bahkan para pendemo itu sebagian juga telah mencoblos. Ia juga manyatakan tidak mendengar adanya orasi atau pernyataan tentang pemilih yang diperkenankan masuk jika mencoblos pasangan nomor urut 1.

Ya, Indonesia adalah negara yang besar. Tapi bukan berarti membesar-besarkan masalah bukan? Salam damai, orang keren cinta damai.

Narsis
Narsis

No comments:

Post a Comment