2014-08-22

[Curcol] Papi Ngarit!

Papi Ngarit!

Harga jengkol, cabai dan bawang yang melambung tinggi hingga mencapai Rp 100.000/kg membuat anak bawang dan anak bau jengkol menduduki peringkat teratas tangga OKB alias Orang Kaya Baru di negeri khatulistiwa, negeri saya. Kenapah? Karenah hanyah horang-horang kayah sajah yang mampuh membelih bahan makanan yang mahal ituh (ini bacanya sambil ngunyah cabai sekuintal).

Bahkan, bulan Juli yang seharusnya masuk musim kemarau, di negeri saya sana hujan masih saja mengguyur dengan deras. Tak heran, anak ingusan tersebar di berbagai tempat mengingat wabah flu datang bersama imunitas yang menurun akibat cuaca yang tak menentu.

Lain di tanah khatulistiwa, lain pula di tanah bauhinia. Ada teman kita yang berasal dari Semarang ini bertemu dengan OKB di atas bus 968, yang kala itu membawanya dari Yuen Long menuju Causeway Bay. Sebut saja namanya mas "Bagong ndak suka bohong tapi bahagia hidup di Hong Kong".

Indera pendengaran mas Bagong ini lumayan tajam. Pisau, silet apalagi sembilu pasti kalah bila diadu dengan kedua telinganya. Tiba-tiba, ditengah asyiknya melamun hal-hal ngeres (karena ingat lantai rumah bosnya yang penuh debu belum disapu), ia mendengar perbincangan dua orang berbahasa Indonesia. Biasalah, mbak-mbak BMI di mana pun berada, mereka terkenal berbicara kencang yang kadang tidak sadar telah menjadi sumber polusi suara di sekelilingnya.

Bila yang diperbincangkan masalah selingkuhan di fesbuk atau chatting dengan TKI Korea Selatan, tentu hal itu tak begitu membuat gatal telinga mas Bangong. Tapi, dengan gaya kemayu sok unyu-unyu, mbak-mbak ini berbicara layaknya pejabat yang memiliki rumah bertingkat dan mobilnya berjumlah empat. Rasa-rasanya, karena super duper kayahhh, sah-sah saja memeperbincangkan atau menimbun harta dunia selayaknya hidup abadi tanpa mengenal kiamat atau akhirat.

Mas Bagong ini mencoba bermain nalar. Apa iya, horang kayah kok mau menjadi kacungnya orang China?

Di tengah kegalauan dengan alam fikirannya sendiri, mas Bagong dikagetkan dengan sapaan salah satu dari mereka. Otomatis mbak ini agak asing melihat makhluk berkromosom XY dan berhormon testosteron bebas berkeliaran di Hong Kong. Sebagaimana diketahui, kebanyakan BMI di sini adalah perempuan. Paling tidak, say hi dan menanyakan asal muasal tanah kelahiran di Indonesia adalah bahan perbincangan pokok pada percakapan paling pertama dari sebuah komunikasi.

Mas Bagong serasa mau mati gemas menghadapi gaya bicara mbak-mbak ini bila perbincangan mereka tidak terputus paksa oleh dering telefon. Rupa-rupanya, salah satu dari mereka menerima telefon dari suaminya. Dan ndilalah, speaker mode pada HP itu masih on. Otomatis, apa yang mereka perbincangkan terdengar sampai ke telinga tetangga, termasuk telingan mas Bagong ini.

"Halo, Papi sedang apa?" Mbak itu kembali bersuara.

"Lagi ngarit," jawab dari seberang.

Weladalah... Ternyata si papi horang kayah ini sedang ngarit alias mencari rumput untuk pakan ternak. Well, mungkin saja si papi ini adalah juragan sapi. Atau... si papi ini adalah sapiderman yang tersesat di daerah khatulistiwa setelah menumpas angkara murka Sang mafia sapi.

Ealah, papi ... papi ... Happy ngarit day, yes.

***

1 comment:

  1. Pi, jangan lupa bawa garuk sekalian, habis ngarit kan matun ^_^

    ReplyDelete