2015-02-07

[Curcol] Ternyata Ada Udang di Balik Batu

Ternyata Ada Udang di Balik Batu

Akhir tahun identik dengan pesta dan makan-makan. Hong Kong pun memiliki budaya seperti ini. Selain Sin Tang Cit dan San Nin, ada ko tung alias perayaan menyambut musim dingin dengan makan bun choi rame-rame dengan teman sejawat atau keluarga. Bahkan ko tung ini dijadikan ajang galang dana/fund rising sebagaimana yang diprakarsai oleh sebuah Rumah Sakit di Sha Tsui road, Tsuen Wan.

Namun, tidak demikian dengan saya. Penutup tahun 2014 ini saya lalui dengan luar biasa. Saya ditinggal di rumah sendirian. Tidak ada belanja, tidak ada masak-masak, tidak ada pesta, yang ada malah menunggu orang-orang serumah yang pulang kelewat tengah malam.

Bukan tidak ada alasan kenapa saya tidak diajak keluyuran. Sore itu, nyonya pulang ke rumah agak cepat. Ia bukan pulang dari kantor tetapi pulang dari exhibition di Cozwebe. Saya hanya kebagian beberes biskuit dan mie instan. Tiba-tiba nyonya menyodori saya sebuah kantong kertas berwarna merah tua. Di dalamnya ada sekotak beludru warna merah menyala. Itu hadiah Natal tahun ini, jelasnya.

Antara kaget dan penasaran, saya mengucap terimakasih dan senyum-senyum nggak jelas. Nyonya bilang kalo isinya adalah sesuatu yang sangat saya mau. Beughhh… amejing. Saya sendiri aja nggak tau apa yang saya mau, bisa-bisanya ia mengeklaim kalo ia tau yang saya mau! Setelah itu, ia masuk ke kamarnya kembali sambil berpesan agar ‘sesuatu’ itu dijaga baik-baik.

Saya bilang “hou aa” sambil mengangguk lalu menyelinap ke pojok dapur di sebelah kukas. Saya buka isi kotak beludru itu dengan rasa was-was. Daaaannn … omaigat! Isinya emas murni. Iya, emas murni, bukan emas Jono atau emas Joni. Tidak disangka-sangka, saya ketiban durian montong. 

Dalam pikiran saya langsung bermunculan ide. Salah satunya adalah melakukan selebrasi dengan memotret beludru berikut isinya lalu diunggah di jejaring sosial sebagaimana yang sering dilakukan oleh teman-teman maya saya. Mereka biasa mengupload uang gajian, uang bonus tahunan, laisi, rumah beserta kebunnya yang ada di Hendonesya sana, motor baru, atau barang-barang berharga lainnya. Entah apa modus mereka. Yang pasti, komen dan jempol membanjiri postingan itu.

Namun, hal tersebut segera saya urungkan. Selain malu dan terkesan norak bin 4L4Y, saya takut teman-teman maya saya menjadi iri atau dengki atau pun sakit hati atas keberuntungan saya hari itu. Akhirnya, yang saya lakukan adalah menyimpan kotak beludru itu berikut isinya ke tempat aman.

Begitu selesai, saya berpapasan lagi dengan nyonya. Ia sudah siap untuk bepergian lagi.

“Sinna, kami kan nggak pulang makan, kamu cuciin AC dan bersihin coretan di dinding kamar thole, ya. Ho wu co.”

Glodaaag!!! Ternyata ada udang di balik batu. Kawan, Anda tahu bagaimana rasanya? Rasanya memang seperti ketiban durian montong sekalian ama pohonnya. Bener-bener capeknya tuh di sini_sambil nunjuk tangan sendiri. 

Sinna Hermanto (SUARA, edisi Januari II, 2015)

0 comments:

Post a Comment