[Nekad Blusukan] Sam Tung Uk: Hong Kong Tempo Doeloe

"Sam Tung Uk Museum, komplek perumahan tempo doeloe ala Hong Kong ini merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa lampau yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hong Kong, khususnya masyarakat klan Hakka (marga Chan) yang berasal dari propinsi Guang Dong, China. ," lanjutnya.

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

Orang bilang: foto-foto cantik itu biasa, foto-foto ekstrem itu barulah luar biasa.

[Nekad Blusukan] Sheung Wan: Pusat Graffiti di Hong Kong

Tai Ping Shan merupakan daerah Sheung Wan bagian atas. Area ini terkenal sebagai tujuan pecinta seni dengan aneka galeri serta barang-barang antiknya. Sehingga tak salah jika Sheung Wan menjadi salah satu pusat grafiti di Hong Kong.

[Nekad Blusukan] Plesir ke Pacitan

Pantai Teleng Ria berada di teluk Pacitan. Ini adalah salah satu pantai yang menjadi jargon tanah kelahiran presiden SBY. Tanah berumput hijau terhampar luas sebelum mencapai bibir pantai. Bunga bakung ungu menyembul di antara rerumputan itu. Ada juga segerombol pohon cemara jarum dan tunas kelapa yang mesih rendah. Wow, indah bukan buatan.

[Nekad Blusukan] Hong Kong Rasa Kanada

Sweet gum bukanlah mapel. Bentuk daunnya ada yang menjari 3, 4 dan 5. Ukurannya pun berbeda sesuai dengan musim di mana pada musim semi, daunnya lebih lebar.

2016-11-12

Fansgirl NOAH Yang Hatinya Patah Terbelah-Belah


Fansgirl Noah yang Hatinya Patah Terbelah
================================

Beberapa waktu lalu, sebuah band aseli Indonesia, Noah, mengguncang stadium Elizabeth - Wan Chai, Hong Kong. Konser yang diadakan seharian dan dibagi dua sesi itu telah menyedot ribuan penggemarnya, yang sebagian besar adalah tenaga kerja asal Indonesia di Hong Kong, yang 99%-nya adalah wanita, yang semuanya cantik juwita_kalau ada wanita yang ganteng 'kan hololll.

Gegap gempita makin menyeruak manakala konser itu tiba di depan mata. Salah satu dari ribuan fansgirl garis keras itu adalah Ucan. Ia telah menanti band kesayangannya itu sejak delapan tahun yang lalu. Ckckck, delapan tahun! Otomatis, ia tak mau melewatkan kesempatan maha langka ini dong, ya. Di mana dan kapan lagi ia bakal bertemu muka secara langsung, meski jarak antara panggung dan tempat duduk penonton itu masih terbentang berhasta-hasta. Mau nongtong konser kalok sudah balik ke Indonesia? Fiuhhh, mahal di ongkos, mahal di transport.

Nah, menjelang hari H konser, Ucan membuat video penyambutan sebagai bentuk rasa cinta dan kerinduannya pada Noah dan lalu mengunggahnya di jejaring sosial, pesbuk. Ia nodong teman-temannya untuk turut serta dalam kegilaannya dengan cara setor foto atau video sebagai bahan yang seyogyanya ia olah menjadi video penyambutan itu. Ya maklum, Ucan memang gila-tapi-bangga yang kadarnya mengkhawatirkan, yakni: 1000%. Parahnya, ia juga suka menularkannya.

Virus itu terus ia sebarkan. Teror pun ia lepaskan di wosap dan inbox. Pokoknya, hari-hari menjelang konser adalah hari-hari horor bagi sebagian besar teman-temannya. Saya adalah salah satu korban kegilaannya__tolong selamatkan saya. Pada hari H yang dimaksud, bahkan ketika subuh baru saja memayungi langit Hong Kong, ia sudah menyiapkan diri, mulai dari mandi pagi, semprot parfum wangi, hingga pakai kostum paling kece badai sebelum berlari ke stadium untuk ngantri__ tapi kok tidak menyebutkan gososk gigi?

Pada siuce juragannya, ia pamit dengan takjim serupa murid dari padepokan beladiri turun gunung. Ia mewanti-wanti pada siuce agar 'orok jaman baheula' alias nenek asuhnya, dijagain bener-bener. Ya maklum, kadang siuce kurang sabar menghadapi lansia yang sudah 'munggah mesin itu.

Sebagai makhluk sosialita yang selalunya ngehits dan up to date, ia tak mau kalah dengan para pekerja migran lainnya yang berada di arena konser. Ia sibuk berswafoto, cekrek-cekrek cantik dari berbagai angle serta merekam aksi band kesayangannya itu. Sesekali mulutnya menirukan lagu yang dibawakan vokalis. Pada suatu kesempatan, ia meneriakkan nama idolanya.

Berbeda dengan fansgirl kebanyakan yang mati-urip mengidolakan sang vokalis, Ucan memilih untuk menyembah daun beluntas ... eh bukan, maksudnya ia ngefans pada sang gitaris. Orang yang bisa jago main gitar itu romantis, katanya. Welahhh, masa sampeyan ndak tau, Kak, sang vokalis juga jago metik gitar, keleus. Lagian, apa mau sampeyan dijadikan gitar yang hanya didatangi dan dimainkan kala si pemilik merasa bosan__trus baper.

Konser sesi pertama pun usai. Lima belas lagu mengalun dengan indahnya. Penonton tampak terhipnotis, terkesiap dengan aksi panggung secara live itu. Dan ... bagaimana pun, waktulah yang harus memisahkan (setelah beberapa jam lalu menyatukan). Semua kembali pada titik edar masing-masing. Ucan pun kembali ke jadwal liburnya, menikmati masa istirahat dari peran upik abu sambil glosaran di pojok Victoria sana.

Nah, untuk menajamkan memori dalam labirin otaknya tentang konser maha dahsyat tadi, ia mampir ke perpus untuk mengecek hasil swafoto dan rekaman. Tapi ya gitu, meski raga sudah sampai di perpus tetapi hati masih tertinggal di stadium, konsletlah pesan otak pada otot. Ketika otak memerintah untuk mengeklik sekali, ternyata tangan melakukan double klik. Niat awal hanya mendelete satu video, malah satu folder video raib semua. Hati pun seperti patah terbelah-belah. Rasanya pengen nangis nanah_karena nangis darah sudah mainstreamlah.

"Gampang, Kak. Tinggal ijin nyedot foto atau video yang bertebaran di beranda pesbuk. Unduh di yucup juga bisa. Kan sama aja," saran seorang teman.

"Ya bedalah, di videoku ada suaraku yang meneriakkan nama Uki ailafyu." Gubrakkk ... si teman pura-pura pingsan. 

Duh, pukpuk, Ucan.
***

Apakabarplus, Des 2016.

Artikel terkait. 


2016-10-14

[Fiksisme] Dee #10: Masalah Hati Tak Sebercanda Itu

D
____________________________________

Hi, D? Everything alright? I am not.

Kamu tahu, rasanya bete banget kalo jalan ama kamu yang ada malah saya diduain sama Pokémon. Kemana-mana selalu ngaktifin Pokemon Go, nyariin monster.

Dih. Pokémon lagi, Pokémon lagi, Pokémon terus. Saya kapan dicariin?

Apakah saya kekanak-kanakan jika meminta quality time bersamamu tanpa diduakan game di gadget? Saya tahu saya kadang suka labil, baperan, galauan dan sedikit alay. Tapi, saya sedang berusaha memintal rasa secara dewasa, bukan remaja yang bisanya hanya menuntut. Iya, saya akui, saya tidak bisa selamanya berada di sisimu, menemani tiap gerak dan aktivitasmu. Ini karena kita terhalang jarak dan waktu. Kamu tentu tahu itu?

Dee, kita masih sama-sama menata masa depan, masih sama-sama membangun karir, masih sama-sama ... belajar. Saya tidak punya kuasa apalagi wewenang mengekangmu. Karena saya tahu berada di posisi mana saat ini. Saya __merasa__ hanya serupa jamban yang hanya kamu datangi saat kamu butuhkan.

Saya cemburu, sangat cemburu, dengan kolaborasimu dengan sosok itu. Inikah jawaban atas keraguan yang senantiasa bergema dalam jiwa saya? Saya takut jika jawabnya adalah iya. Kita sudah berjalan bersama lebih dari setahun. Kenapa kamu masih menyimpan rahasia? Bagaimana mungkin hubungan ini bisa berjalan tanpa rasa percaya?

Saya kecewa, Dee. Jangan menuduh saya memblokir akun jejaring sosial. Saya bukan sosok seperti itu. Saya marah. Saya marah karena kamu hanya memainkan perasaan saya. Ketika hari ini kamu bilang suka, bilang cinta dan meminta saya menjadi kekasihmu  ... lalu besok atau lusa, kamu bilang itu hanya bercanda. Kamu harus tahu, masalah hati tak sebercanda itu.

Kamu pun minta maaf. (Dengan berat hati,) Saya tetap memaafkan. Tapi tolong kamu paham, memaafkan dan melupakan itu dua hal yang berbeda.

Maukah kamu saya tunjukkan sesuatu? Dulu, tentang 'tugas 1', kebohongan apa yang sudah kamu lakukan? Dulu, tentang 'ujian 2', dusta apa yang telah tercipta. Juga tentang initial A, initial D, tak lebih dari dedongeng pengantar tidur untuk menina-bobokan ke-curious-an saya kan? Tentang teman itu, masih sebuah cerita palsu. Sebuah tanya, luka di dua kakimu itu bagaimana bisa ada, tak pernah saya dapatkan jawabnya. Atau ... 'kisah drag-drug-drink' itu tak pernah ada? Sebeginikah jarak yang kamu bentangkan pada orang yang selalu ada saat kamu butuhkan, pada orang yang menyemangatimu saat kamu butuh sandaran? Tapi apa balasannya ketika posisi membutuhkan itu ada di saya?

Kamu tidak pernah ada.

Sekali lagi, saya ini bukan perempuan belasan tahun yang baru lulus SMA. Saya adalah perempuan dewasa yang mengerti apa yang musti dilakukan ketika halangan menghadang. Ketika Saya bicara ke kamu, sesungguhnya saya sudah punya solusinya. Saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan. Hanya saja, saya tetap butuh orang untuk mendengarkan saya, mendukung saya, atau bahkan memberi sudut pandang lain dari sisi saya yang __mungkin__ sedikit egois. Tapi nyatanya ...

Kamu tidak pernah ada.

Saya berusaha menjadi lebih baik, menjadi perempuan baik-baik, menjaga hati saya, menjaga lisan dan tingkah saya agar perubahan kita berdua setara. Saya sengaja sisihkan waktu untukmu, saya sisihkan ide dan kreativitas saya sebagai bentuk perhatian dan hadiah-hadiah kecil untukmu, jangankan mengapresiasi ... mengucapkan terimakasih pun mulutmu beku. Sebenarnya, saya harus bagaimana?

Bila benar suka, bila benar cinta, adalah dua orang yang berusaha dan bersama memertahankannya. Bila hanya salah satunya, maaf saja, kita beda dunia. Saya di alam fana, kamu di akhiratnya.

Saya lelah, Dee. Hentikan sampai di sini.

***

2016-10-07

Surat Terbuka Untuk Telin Hong Kong: Cinta Bertepuk Sebelah Dada

YTH:
Telin HK
Di tempat

Selamat siang. Hari yang cerahyes.

Sebelumnya, saya perkenalkan diri dulu. Saya Risna, tapi biasa dipangil Sinna, si princess bolang a.k.a bocah ilang yang tersesat di belantara gedung-gedung Hong Kong. Saya pengguna baru Simcard Telin.

Nah, sebagai new comer di dunia perkungyanan sebagai artis CCTV yang sudah go international dan pengguna Simcard AS dari Telin, saya merasa sangat beruntung. Lah gimana gak beruntung cobak, kalok saya selalu dikirimi SMS telah mememenangkan undian berhadian puluhan juta rupiah. Hapora nggeblag masamuh. Seumur-seumur, paling banter saya nerima duit dengan nominal paling gede yaa cuman sebesar UMR di HK sebelum keputusan 30 September 2016, yakni sebesar HKD 4120. Dan SMS ini bilang kalok saya dapet puluhan juta...

Pengen tau bagaimana SMSnya? Begini bunyinya (tentunya setelah saya sunting sesuai kaidah EBI):
"Selamat, Anda terpilih sebagai nasabah BNI yang memenangkan undian sebesar 75 juta rupiah. Untuk klaim hadiah, silakan klik pemenangundian.bni.blogspot.com".

Rasa seneng sekaligus senep datang secara keroyokan. Seneng karena dipilih sebagai pemenang. Padahal saya bukan pilihan terbaik untukmu. Lagipun, HP ini jadi ramai dengan SMS tersebut. Ya maklum, kan biasanya sepi kayak ambulance tanpa wiuwiu (apa-apaan ini?). Oh, abaikan. Fix.

Dan senepnya ... saya tidak mendapat balasan ketika reply SMS itu. Kan kampret. Saya membalasanya begini.

"Jangan hanya memilih saya, tapi datanglah juga pada orang tua saya." Eh.

Sebenarnya, apa maumu kirim-kirim SMS segitu? Kamu sih apa? Kamu siapa? Buka dulu topengmu.


Buka dulu topengmu.

Dududu, jangan bikin saya ambigu.

Saya perhatikan lagi SMSnya. Ini dari Telin atau bank sih? Okelah jika SMS itu datang sekali dua kali. Tapi ini berkali-kali. Di sini ada hati. Jangan bikin deg-degan, dong. Hati ini bukan gitarnya Lukman Noah yang bisa dimainkan kala bosan, hati ini kondisinya bertolak belakang dengan keyboardnya David Noah yang selalu mendapat sentuhan. Plakself.

Akhirnya, saya mengabaikan SMS itu. Iya, mengabaikan adalah cara yang tepat untuk hal-hal gaje. Iya, mengabaikan adalah tindakan yang tepat ketika usaha dan tindakan kita (kita? Loe aja keleus) tidak dihargai. Aksi 'mengabaikan' ini didukung oleh sebuah SMS yang masuk ke HP saya. Dari Telin, euy. Isinya tuh mengingatkan pelanggan/ pengguna Simcard agar mengabaikan dan berhati-hati dengan SMS tipu-tipu.

Ohya, kemarin itu ada teman saya, Susana, yang kelakuannya sudah mirip Queen of Apes mantu. Heboh.

Hey, Susana. Ada apa denganmu?

Doksi langsung kesengsem sama poster segede gaban yang dipajang di Grapari, Causeway Bay. Itu terjadi awal Agustus 2016 lalu saat kami ngevlog, ngetram tipis-tipis sebagai cara kami menangkis badai/ sorotan negatif pada sesama kami. Video ada di sini.

Balik ke cerita di Grapari, Susana pengen banget foto bareng vokalis Noah, Ariel. Tapi apalah daya, cinta bertepuk sebelah dada_antara artis dan fansgirlnya. Akhirnya bahu Uki Noah yang luckily ... kena aksi doksi yang bergelandotan. Maklum, doksi kan jomblo yang bikin macet jalanan karena sandaran di bahu jalan.
Uki 'uckily' & Susana
Ternyata doksi memendam rindu pada idolanya, Peter Pan, sejak tahun kala bendhu. Doksi menunggu aksi grup ini sejak 2008. Masya Allah, satu windu, sodara-sodara! Satu windu itu kalo buat nyicil KPR tipe 21 udah tinggal separuh aku ... emmm, maksudnya cicilannya tinggal separuh waktu.

Lalu, doksi menganiaya teman-temannya (termasuk saya), agar nyetor video sekaligus mbebeki minta ijin buat nyomot foto-foto profile jejaring Facebook. Doksi mengolahnya menjadi sebuah welcoming video buat NOAH band yang akan konser di Queen Elizabeth Stadium, Wan Chai, Hong Kong, 9 Oktober 2016. Ini semacam ... mimpi yang sempurna. What an effort. Urang mah nyebutnya: ini cinta, ceunah.

Bentar, bentar ...

Susana ... Kamu ngefans Peter Pan atau Noah?

Lalu, saya pun masuk kampus, di Google University. Saya nyari info yang saya butuhkan. Welahhh ... Saya sedikit terlonjak. Kenapa vokalis Peter Pan dan Noah itu mirip ya? (Kemudian digepuk rame-rame  sama orang sestadium Elizabeth).

Ah, ya wes. Tonton video ala-ala kami, Sahabat Noah HK. Sampai ketemu besok, gaes.

Terimakasih, Telin. I have nothing but this. Mohon maaf apabila banyak kekurangan.

Noah, mungkin nanti kita bisa ngopi-ngopi atau swafoto bareng (ah, khayalan tingkat tinggi). Kerinduan ini harus dibayar tunai, diselesaikan dengan tuntas tas tas. Karena, sangat sulit menghapus jejakmu dalam melodi dan diksi yang sekian waktu mengendap dan membeku, memenuhi labirin isi kepala saya, kepala kami.

Sampai jumpa.

Best regards.

*

2016-10-01

Trek tipis-tipis: baby trail di "Punggung Naga"

Ini bukan amunisi buat mbribik, kan?

Bagi kamu-kamu yang selalu ingin kekinian dan baru saja terkena virus narsis di ketinggian, baby trail dengan puncak tidak lebih dari 300 mdpl ini sangat cocok untuk pemanasan sebelum menaikkan level di tingkat kesulitan berikut nya. Yup, kita bisa mencoba trek pendek di "Punggung Naga" alias Dragon's Back baby trail.

Saat saya jalan sendirian alias solo hiking ke sana, cuaca sedang tidak bagus. Mendung gitu, kayak susana hati yang lagi patah terbelah-belah. Mana sepi pula. Duh kah? Seburuk inikah hari yang bakal saya lalui?

Sebodo! Akhirnya saya keluar rumah sekitaran jam 11 siang hahaha sudah siang banget kan, ya. Emang ga niat hiking, sih. Cuman kok lagi pengen melarikan diri dari kenyataan. Eh. Ya sudah, saya pun berangkat dengan hanya membawa bekal 700ml air, 5 jeruk, 3 bungkus biskuit.

Dragon's back yang berarti Punggung Naga ini menjadi pilihan karena emang lagi pengen uji nyali solo hiking aja. Pan lewat kuburan. Tapi tenang, kuburannya tak seseram kenyataan ketika gebetanmu ditikung sahabatmu sendiri.

Apa yang asyik di "Punggung Naga" ini? Cek dis out.






Dengan lama perjalanan sekitar 2,5 jam, kamu masih bisa melakukan aktivitas liburan lainnya. Misalnya: ngirim uang, ketemu teman, les atau sekedar ngemper di sekitaran Causeway Bay.

Perjalanan saya dimulai dari MTR Chai Wan exit A dan berakhir di MTR Shau Kei Wan. Berikut rutenya.













Sebelah puas jepret-jepret di puncak, jangan lupa turun, ya. Karena puncak itu bonus, tujuan kita nanjak kan turun lagi dengan selamat.




Naik bus ini menuju MTR Shau Kei Wan

Sampai ketemu di main tipis-tipis selanjutnya.

***

2016-09-28

HUTRI 71 & BNI Remittance HK

Berikut ini adalah beberapa jepretan saya yang saya ikutkan pada lomba foto di instagram. Mengingat pola warna pada akun instagram saya cenderung hitam-putih dan vintage, maka foto-foto dengan warna ngejreng ini saya pindah di blog. Enggak menang sih, hahaha. Gapapa, yang penting sudah berani berkompetisi dan mendeskripsikan maksud fotonya. Ternyata yang dimaui panitia lebih pada foto, bukan tulisan.

Pukpukself.


Saya itu kadang-kadang merasa aneh. Tiap kali melihat yang bening-bening, kayak salah satu paskibra2016 KJRI Hong Kong ini. Pengennya fokus, fokus, dan fokus buat ngejepret kakaknya. Sama kayak saya yang kadang-kadang juga aneh ketika melihat suara/ status facebook teman-teman pekerja migran di Hong Kong yang mengalami gagal kirim atau uang hilang saat memakai jasa pengiriman non perbankan. Ada @bni46 / @BNI sebagai bank milik negara yang jelas-jelas melayani negeri, kebanggan bangsa. Masih keukeuh dengan jasa pengiriman yang keamanannya masih diragukan? #HUTRI71BNI


Luar biasa!!! Inilah salah satu keistimewaan pekerja migran di Hong Kong. Meski setiap hari disibukkan dengan urusan domestik, tapi wanita-wanita pilihan ini mengemban tugas yang tidak main-main: menjadi pasukan pengibar bendera. Keren, kan? Keren dong. Perayaan HUTRI71 makin hikmat.

Gitu juga dengan @BNI. Saya dulu mikirnya, bank itu cuman buat nyimpen duit doang. Tapi segera merapettttt ke @bni46 deh ... biar ngehitz dan update apa aja prodak-prodak bank. Malu? Takut?

Tanya saya juga boleh, loh. Misalnya tanyanya seputar status saya yang masih jomblo atau sudah punya gandengan, gitu! #eh #HUTRI71BNI


Ekspresi teman-teman saat berada di depan panggung perayaan HUTRI71 di HK, tepatnya di dekat stand/ booth @bni46. Kira-kira kenapa dua orang itu histeria gitu ya, padahal teman satunya lempeng-lempeng aja tuh mimiknya. @BNI bisa nebak?

Saya mah apa, hanya remahan rengginang di dalam blek khong guan, yang ga bisa nebak-nebak ekspresi dan isi hati. Apalagi isi dompet orang? #emaaf #HUTRI71BNI


"Saya menari di bawah pelangi dulu, ya. Hihihi"

Pelangi satu ini muncul seusai hujan pagi tadi (21/8). Eit, jangan salah. Pelangi yang satu ini bukan tercipta dari bias cahaya pada titik-titik air. Tapi dari pabrik payung. Entah daerah mana, saya tidak mengecek labelnya. Hujan tak selamanya membawa kesedihan. Memang, hujan itu satu persennya adalah air dan sembilan puluh sembilan persen sisanya adalah kenangan.
Tapi percayalah, hujan tak akan turun selamanya. Ia akan berhenti ketika masanya tiba. Ia membawa berkah bersama titik-titiknya yang jatuh dari petala raya. Surya 'kan datang, menghangatkan gigil atas turunnya suhu yang sempat tercipta. Dan senyum itu pasti merekah dengan segera.

Ada hal yang pasti di dunia ini. Perubahan adalah hal pasti. Bila jaman kakek-nenek dulu menyimpan uang di celengan kendi atau celengan jago, maka sekarang, menyimpan uang bisa dengan cara berinvestasi atau dengan prodak-prodak bank.

Satu-satunya bank yang bekerja sama untuk pembayaran biaya perbaruan paspor di Hong Kong dan bank milik negara Indonesia yang pertama kali punya mesin ATM di Hong Kong yaaa … @bni46 ini (seenggaknya hingga tulisan ini diposting). Dududu keren beud. Bahkan, gedung @BNI di Admiralty, HK, bisa dipakai untuk berbagai kegiatan loh. G R A T I S GRATIS! Syarat dan ketentuan berlaku, ya. Kepoin aja ke BNI. Kakak-kakaknya ramah, kok. Serius nggak mau ngepoin kakaknya … eh … ngepoin BNInya? #HUTRI71BNI


Becek di mana-mana. Genangan air di mana-mana. Bukti ada di foto tuh. Tapi tenang, tak ada genangan airmata di indera pernglihat saya begitu musik dangdut menggema di iven tahunana perayaan HUTRI71 di Hong Kong. Ingat dengan "Dangdut is music of  my country"? Inget, dong. Ckckck … alunan musik, suara cengkok dan goyangan biduannya tetap melenakan saya. Dilema, memang. Ya gitu, bingung milih antara antara joget atau motret.

Tapi kalau memilih tempat ngirim uang yang aman dan praktis, tentu ga usah bingung kan ya. Ada @BNI a.k.a @bni46 yang siap melayani warga negara Indonesia di HK. #HUTRI71BNI


Begini nih kesibukan stand/ booth @BNI Remmitance di lapangan rumput, Victoria Park, Hong Kong saat iven tahunan dalam memperingati HUTRI71 (21/8). Kakak-kakak ini membagikan payung, kipas, dan 'pong-pong' (ini sih apa? Hahaha). Semuanya gratis tis tis.

Bahkan, kakak itu bantu bukain payung sekaligus memayungkannya ke teman-teman pekerja migran dan pengunjung di sana. Melihat filosofi payung yang melindungi di kala hujan dan terik, cucok banget dengan cuaca di HK yang semestinya berada di puncak musim panas tetapi malah diguyur hujan (dan petir) bahkan sejak pukul 2 dini hari, fungsi bank milik negara ini tentu melindungi nasabahnya.

Untunglah, sekira pukul 11, hujan reda. Langit kembali cerah dan matahari bersinar terang seolah hujan tidak pernah tiba bebarengan dengan dibukanya panggung hiburan secara resmi oleh Konjen Chalief Akbar. Tepuk tangan makin meriah dan menggema berkat pong-pong. Bejibunnya pengunjung ditambah munculnya sang surya, pegap pun meraja. Saatnya kipas-kipas cantik pakai kipas gratis dari @BNI46.
Stttt, kata kakak-kakak di sana, kalau mau buka akun bank, bisa loh merapettt di booth. Tapi kalau mau kirim uang, tetep harus dateng langsung di BNI remmitance terdekat (kalau dari laprut vic.park, paling deket yaaa… di depannya KJRI HK ituhhh). Di sono ada mesin ATM juga kalau mau transfer. Tuh kan, dimudahkan kan kan kan?

Yawes, ini perayaan #HUTRI71BNI ala saya.


Ini salah satu teman saya, Mbak Lika.

***

2016-09-09

Dies Natalis 32 UT: Double Strike dan Sebuah Kelindan


Hai, UTers.

Sebelum membaca lebih jauh, samakan dulu frekuensi kita, ya. Biar gelombang yang kita terima juga sama. Jadi, seumpama ada kata yang kurang ndhakik-ndhakik dan tidak seformal ciri khas civitas akademika, kita bisa menerima dan menelaah dengan terbuka tulisan dari mahasiswi yang embuh ini.

Meski sudah kelewat seminggu, di Dies Natalis yang ke-32, pada empat windu membangun negeriku, saya mengucapkan terimakasih kepada UT yang telah mewadahi mimpi-mimpi anak negeri untuk melanjutkan sekolah tinggi, khususnya bagi yang mimpinya pernah tercerabut paksa karena masalah ekonomi keluarga. Tapi, kami, saya khususnya, adalah anak-anak negeri yang bermental batu, bukan bermental tahu, yang tidak mudah luruh meski jatuh. Meski domisili saya saat nulis ini masih membentang berhasta-hasta dari tanah pertiwi, mimpi itu akan tetap ada. Bila semesta merestui, mimpi itu akan menjadi nyata, pun menggurita.

Jatuh bangun meraih mimpi tidak perlu saya jabarkan. Pahit, taukkk! Tapi cukup hasilnya saja yang saya kabarkan, yang membuat senyum di bibir kedua orangtua saya. Itu sudah sangat-sangat cukup. Bahwa, meski jauh dari mereka, anaknya yang badung dan rada-rada gila ini tetap baik-baik saja berkat rapalan doa-doa yang mereka bumbungkan ke petala raya.

Dua kali berada di posisi pertama pada lomba fotografi yang diadakan Universitas Terbuka (DiesNatalis31UT dan DiesNatalis32UT) membuat saya tertegun. Double Strike. Karya orang kecil nan lumutan (lucu, imut dan menggemaskan) seperti saya ternyata sesuai dengan apa yang dimaui dewan panitia. Saya bahagia sekaligus mengkeret dibuatnya. Karena sebenarnya ... di luar sana masih banyak foto-foto bagus dan menakjubkan. Dan saya akan tetap mengucapkan terimakasih atas kesempatan dua kali berturut-turut ini. Sehingga saya tidak buru-buru gantung kamera dan terus semangat berkompetisi, di Eyeem salah satunya.

Tapi ya ... gitu. Sebagian besar sekolah di Indonesia masih menjunjung tinggi prestasi akademik dan aneka penelitian/ Karya Ilmiah di atas segala-galanya. Mahasiswa/i kelas crustacea (golongan udang-udangan ... IYKWIM hahaha) macam saya ini serupa pelengkap data. Ada tapi tiada. Null.

Bila saya sedang berada di titik nadir seperti itu, saya tidak mencari bahu untuk bersandar karena si bahu itu pergi menghindar. Saya cukup berdamai dengan segalanya. Saya percaya itu cara semesta menyeleksi. Kalah pada hakikatnya adalah cara semesta menempa. Menyerah adalah pilihan terakhir bila tenaga, jiwa, raga bahkan kemajuan teknologi tak lagi bisa sinkron. Menang adalah bonus dan pengobat atas luka jatuh bangun usaha kita. Ada sebuah kisah, pengalaman dan atau peristiwa yang saling berkelindan, yang hal itu akan kita sebut dengan puzzle kehidupan. *Jaka Sembung makan hungkue, nggak nyambung ... suka-suka guwe.

Saya juga mohon maaf belum bisa 'move on' dari status mahasiswi 'rantai karbon'. Memang sih, saya merasa iri pada teman-teman yang lulus prematur di semester VII, yang nantinya mendapat undangan menghadiri UPI (Upacara Penyerahan Ijazah) di Pondok Cabe. Pun pada teman-teman dengan IPK (Indeks Prestasi Komulatif) warbyasyah. Saya masih tercatat sebagai mahasiswa aktif di di UPBJJ 71 saja sudah syukur dan tidak terkena sapuan gelombang pending massal yang santer di sekitar saya (berdomisili saat nulis ini). Lagipula, saya mah apa, hanya remahan rengginang di dasar blek Khong Guan, yang tidak punya wewenang ilmiah untuk cawe-cawe atau menyelami masalah itu.

Ha piye maneh, saya ini tulang rusuk yang merangkap tulang punggung. Usaha, airmata, putus asa, hingga muntah darah pun cukup saya, Tuhan, dan malaikat yang tahu. Semisal hasilnya jauh dari harapan, mungkin piknik saya kurang jauh atau cairan kafein dalam tubuh saya masih mengelana dalam vena. Saya menunggu neuron berstimulasi dengan O2 yang saya hela, kemudian menyaringnya menjadi semacam dopping. Semoga saja masa tunggunya tidak sampai pada masa terdengarnya terompet sangkakala agar semangat belajar terus membara.

Untuk teman-teman yang menanyakan kapan saya lulus atau menyatakan saya sekolahnya lama dan nggak lulus-lulus, saya menjawab: semua akan eaaa-eaaa pada waktunya.

Tenang, gaes, saat ini jumlah semester saya belum sebanyak Asmaul Husna. Eh!

***

Here ... I exhibit my works. Hope you guys enjoy it. Welcome for any advice.



Mood Booster. Tseung Kwan O-HK 2016.

Menciptakan suasana belajar yang nyaman adalah salah satu cara agar materi bisa diserap sempurna. Ada milk-tea sebagai dopping kala kantuk tak mau diajak kompromi, as you know … belajar itu bawaannya ngantukkk. Kalo nggak mood kan bawaaanya ngamukkk. Hahaha.



Keep the eyes on and focus! Kennedy Town-HK, 2015.

Saat test (UAS) gini kita harus tetep fokus dan mata nggak pakek lirik-lirik _ tar juling hahaha. Percaya diri dengan kemampuan sendiri. Bila belajar telah maksimal, tuton dan tugas juga lengkap, percayalah … usaha tidak akan menghianati hasil. Bila masih gagal … bangkit lagi dan coba lagi. Kita 'kan mahasiswa/i kelas rumput teki yang tak mudah mati.



Numero Uno. Causeway Bay-HK, 2016.

Kepala UPBJJ LLN, Maximus Gorky Sembiring bersama mahasiswa UT di Hong Kong melakukan diskusi tertutup yang difasilitasi oleh PENSOSBUD KJRI HK.


Mahasiswi-mahasiswi UT di HK mengikuti karnaval. Tsim Sha Tsui-HK, 2015.

Semangat belajar agar ketika kami pulang nanti membawa nilai plus menjadi sarjana, terus kami gaungkan di seantero HK. Jumlah mahasiswa UT sekitar 250 dan di kampus lain/ program pendidikan lain sekitar 1500 adalah sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah total pekerja migran asal Indonesia di HK (sekitar 150.000). Kesadaran mencari ilmu adalah kebutuhan masing-masing. Tidak perlu propaganda dan atau dipaksa-paksa. Cukup kami tunjukkan dengan contoh nyata. 


Just say hi. Kennedy Town-HK, 2015.

Kamuh dapet calam dari kamih. Celamat belajar, eaaa. *mendadak 4L4Y* Emaaf.

Sampai jumpa.

2016-08-30

Catatan Extention of Stay di HK: Ramah, Cepat dan Gampang

Numpang Tinggal di Hong Kong sejak lebih dari satu abad yang lalu (saking lamanya), nggak afdhol kalau nggak ngerasain gimana riweuhnya terjerat dalam lingkar birokrasi. Pertama kali menjejakkan kaki di HK sebagai gedibal alias keset alias babu alias pekerja pelaksana rumah tangga, hal pertama dan utama adalah langsung bikin HKID a.k.a KTP Hong Kong.

Hari itu sudah di di penghujung musim dingin di bulan Februari. Saya masih memakai kaos lengan panjang warna merah saat melakukan perjalanan pertama naik pesawat terbang. Ya ampun, pesawat terbang, Sodarah-Sodarah! Bukan pesawat televisi. Subhanalloh …

Hari berikutnya, setelah bermalam di rumah agen di daerah North Point (jangan tanya nama agennya. Agen? Lupa tuh. Gak pernah diurus, sih. Biasa sendiri, ngapa-ngapain juga sendiri. Maklum jomblo … trus baper). Nggak ada yang spesial di sana kecuali merasakan malam-malam yang duuuingin, kruntelan bertiga dengan Waisah dan Maesaroh (teman dari satu PT), bebersih di rumah agen, sarapan Indomie goreng yang susah banget ditelan (bukan karena masalah rasa di lidah, tapi gegar rasa yang menggerayangi jiwa … hasyahhhh). Usai urusan di sana, cus deh ke Imigration tower di Wanchai naik teng-teng alias tram (video naik tram bisa dilihat di sini).

Menyaksikan dan bersentuhan langsung dengan gedung tinggi, bersih, dan antrean yang rapi, saya ya … nggumun! Maklum, wong ndeso yang tidak pernah ke mana-mana sekalinya main jauhan dikit, langsung naik pesawat terbang … ke Hong Kong pula. Alhamdulillah, ya Allah, saya bisa halan-halan di Hong Kong. Waktu itu saya masih bisu, buta, tuli dan nggak ngerti babar blas bahasa Kantonis yang kalau denger dari native sih terasa legit dan nyusss di telinga. Bedalah pas belajar di PT dulu.

Urusan HKID lancar, sorenya saya dijemput juragan. Menu paling awal berkenalan dengan lidah saya adalah oseng choisum dan sup jagung (kalengan). Enak? Blas! Hawong wes dibilang saya masih gegar rasa og. Kalau sekarang sih malah suka rasa yang light-light gitu di lidah. Kalau rasa di hati mah jangan tanya. Hambar, hambar!

Kesempatan kedua ke Imigration tower adalah satu windu berikutnya ketika saya kecopetan di pasar Causeway Bay. Soalnya pas di pasar, saya masih melakukan pembayaran. Keluar dari kerumunan pasar, tau-tau ransel saya sudah terbuka. Saya cek dompet berisi uang ratusan juta, HKID, KTP, Octopus Card dan banyak kartu isi pulsa bekas, semua raib. Total kerugian hampir satu M …eMber!

Kesempatan ketiga, dan merupakan catatan inti dari tulisan ini, adalah saat perpanjang ijin tinggal di Hong Kong. Kita paham dong ya, kalau kontrak kedua dan setrusnya itu butuh chop visa, kita perlu jutking keluar dari Hong Kong. Nah, Februari 2016 lalu, saya sudah jutking ke Guang Zhou, China, main tipis-tipis bareng juragan sekeluarga. Penak? Pikiren dewe, rek.

Pas balik ke HK via Lok Ma Chau, visa saya tidak dichop "Journey Completed" gitu. Malah dikasih lembaran perpanjangan tinggal sampai tanggal 26 Agustus 2016. Kenapa? Why? Timkai?

"Taklah, nei man kuchu. Dia akan menjelaskan. Ha yat wai …"
Antrean di belakang saya masih mengular (nggak pakai tangga apalagi pakai rumah dan tangga).

Kamis, 18 Agustus 2016, setelah dapet wejangan dari budhe Susana, saya wadul ke juragan. Besoknya saya meluncur ke kantor Imigrasi cabang Kowloon East, di Lamtin.


Selain tidak se-crowded seperti di Wanchai, di Lamtin hanya 4 station dari rumah (juragan) saya alias sekitar 20 menit dengan biaya sekitar 13 dolar PP (Hahaha, masuk budgeting masamu …). Jam 9 pagi saya sudah di sana dan kuota antrean hari itu sudah penuh. Saya pun konsultasi ke tante-tante di loket 4 lalu di lempar ke om-om di loket 7 (yang kayaknya spesialis DH a.k.a Domestic Helper).

Subhanalloh … mereka ramah. Saya terharu. Saya mendengarkan penjelasan mereka dengan hati mengembang. Saya kan babu, saya loh hanya mumpang pip*s numpang bobok numpang makan di Hong Kong. Tapi keramahan pada setiap orang yang berkunjung ke sana itu ... sama. Saya dikasih form, lembar surat buat juragan yang berisi pernyataan bahwa saya masih dipakai hingga kontrak berakhir dan lembar informasi untuk booking via phone atau website.

"Sik yingman, ma?"
"Siu-siu, lor."
"Lor …," om itu menirukah akhiran "lor" saya. "Nah, kamu pulang isi form ini trus kamu coba book di sini (sambil melingkari tulisan Aplication for Extention of Stay dan www.gov.hk.esbooking)."
"Yiukwo, cik yat book, leh? Taigoy keitim, aa?"
"Jamman, coi cou hai lingsan 2:30."

Jederrrr!!! Berarti ramai-ramai yang dibahas di grup FB itu beneran?

Kamis, 25 Agustus 2016, saya balik lagi ke kantor Imigrasi di Lamtin dengan membawa persyaratan lengkap. Yakni:
~ Form yang sudah diisi.
~ Statement letter dari juragan.
~ Kontrak kerja.
~ Paspor lama dan paspor baru.
~ HKID.
~ Hati yang memendam rindu.

Saya naik MTR kloter pertama sekitar jam 6.05 langsung ke Lamtin MTR exit B, yang bersebelahan dengan Sceneway Plaza. Ada penanda, kok. Tenang, iki Hong Kong, broh. Aja dipadakno jalur pendakian ke hatimu yang tidak ada signnya sama sekali.


Sampai sana, sudah banyak yang antre. Berdiri di jalur layang terbuka, di mana di bawahnya adalah terminal bus, rasanya panas dan ungkep. Tapi tidak sepanas ketika ketahuan pacar kamu mbribik cewek lain. Sekitar jam 7.30 pintu area imigrasi dibuka. Kami masuk dan masih antre dengan tertib. Lumayan, di sini area ber-AC. Jam 8.00 ada tiga petugas imigrasi yang mendata pengantre, mencatat nomor HKID dan diberi nomor antrean. Saya dapat nomor 74 dari total antrean 80 kuota perhari (Senin-Jumat). Kalau Sabtu, kuota antre hanya 50.



Lalu, jam 8.30 kantor dibuka dan kami antre lagi. Langsung ditangani 4 loket (loket nomor 1, 2, 3, 4). Mereka mencatat HKID dan nomor antrean kemudian ngasih jadwal jam berapa diproses. Saya dapat antrean jam 2.30-3.00 (pm). Saya pulang untuk kembali ke sana sesuai jadwal. Jadi, saya nggak perlu buang waktu nunggu di sana. Semisal saat antre tadi saya pakai HKID teman, maka saya harus membawa teman saya dan menyatakan bahwa dia antre buat saya sekaligus menunjukkan HKIDnya. Ini sah-sah saja.

Pada jadwal yang dimaksud, saya langsung ke loket 4 menyerahkan persyaratan dan lembar jadwal. Setelah kelengkapan beres, saya disuruh menunggu halo-halo via pengeras suara. Tak berapa lama, saya dipanggil om-om loket nomor 7. Lalu dijelaskanlah kalau masa paspor saya hanya sampai 26 September 2016. Otomatis imigrasi hanya memberi ijin tinggal sebulan sebelum masa paspor habis. Itulah kenapa saya hanya dikasih ijin tinggal sampai 26 Agustus 2016. Untuk memperpanjang masa tinggal, saya harus renew paspor dulu. Postingan bagaimana renew paspor di KJRI akan diposting terpisah nek ra kumat males e.

Urusan di loket 7 pun selesai. Cepat. Ramah. Saya antre di loket 19 untuk menunggu panggilan. Ini loket pembayaran sebesar HKD 190. Agak lama sih antre di sini. Beda jauh saat di dua loket sebelumnya, nunggu di sini kira-kira sejam. Untunglah ada teman sesama horang woles, Wiwindayang menemani saya sambil menikmati jajanan lebaran, oleh-oleh kakaknya yang baru jadi manten pas mudik kemarin. Kami menikmati madumongso khas Ponoro-Go. Kalau   nggak salah, Ponoro-Go itu terkenal dengan sebuta kota Reyog (Resik, Endah, hYang, Omber, Girang-Gumirang) dan masih saudara dekatnya Pokemon-Go dan Go-pro.

Jadi, buat kamu-kamu yang mengalami kasus seperti saya, kamu segera book via web atau phone di (852)28246111. Kalau waktunya mepet, langsung saja datang di kantor imigrasi terdekat. Nggak harus antre atau bermalam di Imigrasi Wanchai (kecuali kasus tertentu). Selain di Lamtin (exit B), bisa juga di Shatin, Sham Shui Po, Yuenlong, dan …… cek sendiri aja ya di www.gov.hk/esbooking .

Hamosok sudah pakai smartphone kitanya ga ikut smart? HPmu regane jutaan mik mbok gawe mbribik, Ndes?