[Nekad Blusukan] Sam Tung Uk: Hong Kong Tempo Doeloe

"Sam Tung Uk Museum, komplek perumahan tempo doeloe ala Hong Kong ini merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa lampau yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hong Kong, khususnya masyarakat klan Hakka (marga Chan) yang berasal dari propinsi Guang Dong, China. ," lanjutnya.

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

Orang bilang: foto-foto cantik itu biasa, foto-foto ekstrem itu barulah luar biasa.

[Nekad Blusukan] Sheung Wan: Pusat Graffiti di Hong Kong

Tai Ping Shan merupakan daerah Sheung Wan bagian atas. Area ini terkenal sebagai tujuan pecinta seni dengan aneka galeri serta barang-barang antiknya. Sehingga tak salah jika Sheung Wan menjadi salah satu pusat grafiti di Hong Kong.

[Nekad Blusukan] Plesir ke Pacitan

Pantai Teleng Ria berada di teluk Pacitan. Ini adalah salah satu pantai yang menjadi jargon tanah kelahiran presiden SBY. Tanah berumput hijau terhampar luas sebelum mencapai bibir pantai. Bunga bakung ungu menyembul di antara rerumputan itu. Ada juga segerombol pohon cemara jarum dan tunas kelapa yang mesih rendah. Wow, indah bukan buatan.

[Nekad Blusukan] Hong Kong Rasa Kanada

Sweet gum bukanlah mapel. Bentuk daunnya ada yang menjari 3, 4 dan 5. Ukurannya pun berbeda sesuai dengan musim di mana pada musim semi, daunnya lebih lebar.

2014-07-29

[Sekitar] Sikrab dan Ospek Maba UTHK Non-Sipas

Sikrab dan Ospek Maba UTHK Non-Sipas


Tsim Sha Tsui
. Minggu, 27 Juli 2014, Universitas Terbuka Hong Kong (UTHK) Non-Sipas menggelar siang keakraban (sikrab) sekaligus ospek mahasiswa baru (maba) angkatan 20142. Cuaca di Hong Kong yang sebentar panas sebentar hujan deras ditambah dalam susana puasa Ramadhan tidaklah menghalangi acara yang dimulai sekitar pukul 2 siang itu. Bahkan dengan berbagai pertimbangan, pelaksanaan yang seyogyanya diadakan di sekitar Star Ferry harus dipindah ke Kowloon Park.

Acara diisi dengan berbagai permainan ringan dan pengakraban antar sesama maba maupun dengan senior. Menurut ketua Kelompok Belajar (Pokjar) UTHK Non-Sipas, Nurhidayati, acara ini bertujuan menjalin silaturahmi antar mahasiswa.

"Untuk perkenalan antara senior juga mahasiswa baru sehingga tercipta keakraban sesuai dgn tujuan kita sebagai mahasiswa di Luar Negeri yang disiplin, cerdas dan bertanggung Jawab serta berkepribadian luhur," lanjutnya.

Diungapkan Nur, mewujudkan impian atau cita-cita bukanlah hambatan meski dengan keterbatasan waktu libur sebagai "Domestic Worker". Karena kuliah di UTHK Non-Sipas itu mudah dan terjangkau  di mana pun berada, lebih efisien serta mengutamakan sepakat serta kerukunan antar mahasiswa. 

"Mencari rizki sambil menuntut ilmu," tegasnya.

Ia juga berpesan agar teman-teman mahasiswa senior maupun baru agar meneguhkan niat belajar dengan segala keterbatasan. Sebagaimana kita tahu, model kerja di Hong Kong ini diatur dalam kontrak kerja. Sehingga harus bisa memilih mana-mana yang diprioritaskan. Bahkan banyak maba yang tidak bisa ikut Sikrab ini karena tidak mendapatkan libur.

"Seneng, lumayan kompak. Kan jadi kenal sata sama lain, ya." Kesan salah seorang maba FEKON-manajemen, Sujinah, atas keikutsertaannya dalam sikrab dari awal hingga tuntas di mana kegiatan yang selesai pukul 5:30 itu dilanjut dengan buka bersama yang memang menjadi agenda acara.

Sekedar info, untuk kuliah di UTHK baik Sipas maupun Non-Sipas, syarat-syarat yang diperlukan adalah mengisi formulir pendaftaran, menyerahkan hardcopy dan fotokopi ijazah SMA/ sederajad maupun daftar nilai (NEM) yang telah dilegalisir serta pas foto ukuran 3x4. Sedangkan fakultas yang bisa diambil adalah FISIP (program study: sastra inggris bidang minat penerjemah, ilmu komunikasi, dan administrasi niaga) dan FEKON (program study: akuntansi dan manajemen). 

Mari kita simak foto-fotonya.



Sumber di sini.


2014-07-26

[Curcol] Majikanku Hasyuuu

foto: doc.pri


Malam Minggu itu nyonyah pulang agak malam untuk makan bersama di rumah suk-suk. Sembari menunggu bel rumah berbunyi, saya menemani kace (si kakak) duduk-duduk di ranjang. Dia sedang pamer HP barunya yang bermerek samsul keluaran negeri ginseng. Dia nampak gembira dengan senyum yang menghias bibirnya. Untuk menunjukkan respek padanya, saya hanya hooh-hooh saja sambil memuji HP kerennya itu_yang harganya lebih tinggi dari gaji saya sebulan.

Eh eh, gimana nggak keren, lah wong ukurannya saja sangat lebar seperti telenan! Saya katakan juga padanya bahwa suatu saat saya mau pinjam HP telenannya itu untuk acara minum teh yang nantinya saya fungsikan sebagai baki.

"Silly," umpatnya pada saya.

Nah, ketika sedang asyik guyon, bel rumah berbunyi yang menandakan nyonyah pulang. Seusai membuka pintu untuk nyonyah, saya kembali ke kamar dan duduk di samping kace. Saya sempat melihat nyonyah membawa tas loihang yang agak bersar. Ketika saya dan kace sedang bermasyuk-masyuk dengan HP telenan baru, tiba-tiba nyonyah muncul dan berdiri di depan pintu kamar dengan dua tangan ditaruh di balik punggungnya. Jangan-jangan, madu di tangan kanannya dan racun di tangan kirinya? fikir saya. Saya langsung terpelanting pada lagu jadul, 'madu dan racun'.

Masih dengan posisi berdiri, nyonya menyapa kami. Kami acuh tak acuh lalu memalingkan pandangan pada layar kotak datar nan slim di tangan kace. Nyonyah pun memindah kedua tangannya di depan dada. Di sana nampak sesuatu yang berambut blonde seperti bule.

"Huaaa...", kami berdua berteriak sekeras-kerasnya. Ya, tak lain dan tak bukan, sesuatu itu adalah bayi hasyuuu berusia 3 bulan. Padahal, kami berdua sangat takut dengan si kaki empat itu.

Nyonyah menenangkan kami. Dia mengenalkan si blonde itu dengan nama Nike, sama seperti sebuah merk sepatu bersimbol contreng layaknya contreng di Pilkades Indonesia. Waduh, kalau ada Nike di rumah ini berarti daerah teritori saya habis nih, saya membatin.

Dan benar, nyonyah mewanti-wanti agar mengurus Nike dengan baik. Aturan ini itu pun berlaku. Sambil guyon, nyonyah mengatakan baby Nike ini diibaratkan majikan baru di rumah ini. Walahhhh, berarti mulai malam itu majikanku hasyuuu?

Akhirnya, si Nike benar-benar tinggal di rumah ini. Saya terpaksa menutup rapat seluruh kamar, termasuk kamar saya, agar si Nike ini tidak keluyuran sembarangan. Saya jadi uring-uringan manakala Nike kencing sembarangan. Nyonyah hanya terkekeh menanggapi ulah saya termasuk ulah kace yang masih belum menerima keberadaan Nike.

Suatu hari, layanan internet di rumah ada masalah. Wifi tidak berfungsi. Padahal, tagihan telah dibayarkan. Otomatis, PR online dari sekolah kace tidak dapat dikerjakan. Saya pun tidak bisa ikut tutorial online. Nyonyah pun memanggil ahli IT ke rumah. Dan ternyata, sumber masalah ada pada kabel jaringan internet yang terputus gara-gara dikrikiti sama Nike. Memang, akhir-akhir ini Nike seneng banget ngendon di bawah sofa, di mana pada dinding belakang sofa itu ada tempat colokan kabel internet. Mungkin, sambil glosaran di bawah sofa itu si Nike ngemil kabel.

Dengan kejadian itu nyonyah mengambil tindakan urgent dengan mengembalikan Nike ke tempat aslinya di rumah suk-suk. Saya pun lega telah lepas dari majikan hasyuuu itu.

Hingga suatu hari ...

"Cece, kenalkan ini Fey-Fey," nyonya menyambut kedatangan saya saat pulang libur sambil mengendong seekor bayi anjing labrador berambut hitam legam yang gendut. Saya langsung merinding disko.

Hasyuuuuuuuuu.
***

2014-07-19

[Curcol] Pak Bos Gahool


Hidup di tahun 2014 ini memang diibaratkan seperti berenang dalam banjirnya gadget. Aneka smart phone/ HP pintar berfitur aktual dengan aplikasi yang bisa disetir sesuai kebutuhan kita bermunculan layaknya jamur di musim hujan. Tak hanya jumlahnya yang bejibun tetapi modelnya juga beraneka ragam. Bila tak pintar menyiasati, iman pun akan tergadaikan demi gadget idaman. Jangan-jangan HPnya sudah smart tetapi pemakainya masih semar. Oh, tidak!

Keberadaan HP pintar ini benar-benar membuat mbak-mbak Buruh Migran Indonesia (BMI) makin pintar juga. Pintar orangnya, pintar ngusek-ngusek layarnya, pintar nggaya, dan yang lebih pintar lagi adalah pintar makan gajinya. Memang, fungsi HP saat ini tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi telah bergeser sebagai alat mempercepat penyebaran informasi, asesoris busana, serta menunjukkan tingkat prestis seseorang.

Berbicara kelebihan HP pintar dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, pengalaman pak bos teman kita yang ngantor di Hang Hau ini sungguh mencengangkan. Bila satu dasawarsa lalu HP hanya digunakan untuk menelefon atau berkirim SMS_paling banter kirim MMS, kini aplikasi whatsapp membuat pak bos lebih ketat memantau kungyan barunya ini yang bernama Epha.

Epha baru pindah ke majikan ini kurang lebih dua bulan. Job utamanya adalah mengurus dua balita 'kembar pengantin' alias kembar cewek cowok. Karena si kembar sudah mulai masuk sekolah setengah hari, pekerjaan rumah harus kau tim sae.

Seperti malam itu ketika jam dinding telah berdentang sebelas kali. Epha sibuk mengomando si kembar agar gosok gigi dan segera tidur. Tubuh Epha pun meraung kepayahan setelah bekerja seharian. Bu bos yang asik memelototi serial drama Korea tak ambil pusing dengan pekerjaan si kungyan.

Dasar anak-anak, selesai menggosok gigi bukannya masuk kamar tetapi ikut nonton TV bersama kedua orangtuanya. Epha dongkol setengah mati. Pak bos dan bu bos malah mempersilakan si kembar duduk bersama mereka. Padahal, kata Epha, anak-anak itu tidak boleh tidur terlalu malam, nanti jadi kebiasaan.

Dengan mengadalkan jurus bimoli, bibir monyong lima senti, Epha masuk kamar dan meraih HP pintarnya. Maksud hati sih ingin 'mela-cur' alias melakukan curhat kepada saya, si penulis. Baru saja online beberapa menit, masuklah dua buah pesan whatsapp dari nomor HP pak bos dengan menggunakan bahasa Inggris yang belepotan sekaligus translatenya dengan tatanan bahasa Indonesia yang lebih berantakan. Sepertinya pak bos memanfaatkan google translate untuk menerjemahkan pesannya kalau-kalau sang kungyan kesayangan tidak mengerti isi pesan itu. Andai dia tahu, Epha ini telah lulus kuliah di universitas perkungyanan Singapura beberapa tahun silam. Dan... lopan pertamanya di Mong Kok dulu menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari.

Pesan itu menanyakan apakah Epha menggunakan obat antiseptik (dettol) untuk mengelap alas bermain si kembar serta kebiasaan mengucapkan codao sebelum tidur yang malam itu terlewatkan oleh Epha. Padahal, posisi pak bos ada di ruang depan sedangkan Epha sendiri ada di dalam kamarnya. Kenapa bukan bu bos saja yang menyambangi kungyannya atau mengetuk pintu kamar Epha untuk menegur_tapi malah menggunakan kehebatan aplikasi HP pintar? Menggelikan.

Masih dengan hati gondok, Epha segera melaksanakan perintah terakhir pak bos malam itu. Mengelap 'mat' (yang oleh pak bos ditulis mope the map) dan mengucap codao. Begitu selesai, Epha kembali ke kamar untuk segera meraih HP dan mengganti foto profilnya agar pose-pose cantiknya tidak dimata-matai pak bos. Niat hati ingin meneruskan rutinitas ngerumpi dengan penulis, nyatanya Epha malah mendapat satu lagi pesan whatsapp dari pak bosnya, berbahasa Indonesia.

"Dikerjakan dengan baik. Terimakasih."

Hebat, bukan? Pak bos Epha mengirimi pesan kungyannya dengan bahasa Indonesia hasil tanya google translate. Ah, pak bos Epha memang gaul ...

2014-07-06

[Sekitar] Nyoblos di Hong Kong Rame!


Selamat Datang.

Causeway Bay. Minggu, 6 Juli 2014 adalah harinya para WNI di Hong Kong untuk berpesta demokrasi. WNI yang sebagian besar adalah TKW ini berduyun-duyun ke lapangan Victoria, tempat pengambilan suara.

Saya pribadi sampai di Causeway Bay pukul 11:45 tetapi tidak langsung menuju TPS. Hal ini dikarenakan jadwal pencoblosan di kertas undangan yang dikirim KJRI ke alamat majikannya saya adalah pukul 14:00-17:00. Terlebih saya sempat menelefon teman saya yang sedang mengantri di sana mengeluhkan antrian yang sangat panjang, panas dan nampak beberapa yang pingsan.

Maklum, udara di Hong Kong sedang terik, ditambah suasana puasa membuat kondisi tubuh semakin drop. Saya memilih membelokkan langkah ke perpustakaan umum yang terletak berseberangan dengan lapangan Victoria. Di sana, beberapa teman sudah menunggu untuk. Kami mengerjakan 'PR' sembari menunggu teman-teman yang berada di TPS.

Uzwa, teman saya yang berasal dari Lampung tiba di tempat kami berkumpul jam 12.30 dengan wajah 'gosong' dan kecapaian. Ia mengatakan hampir membatakan puasanya karena antri yang sangat lama, sekitar 3 jam. Meski jadwal nyoblosnya sore, terpaksa ia lakukan siang hari karena menemani kakaknya yang memiliki jadwal siang. Ini murni panggilan rasa kesetiakawanan dan persaudaraan.

Pukul 14:00 teman kami yang lain, Nur dari Ponorogo, bergabung dengan kami. Ia mengeluhkan hal sama seperti yang dikeluhkan Uzwa. Selain urusan 'PR' tadi, kami memilih perpustakaan sebagai tempat nongkrong lantaran di sini suasananya lebih adem karena ber-AC. Toh fasilitas perpustakaan umum ini sangat lengkap. Ada wiFi, scan gratis, mesin copy, meja-meja belajar lengkap dengan colokan lappy, koleksi koran, majalah, buku yang bejibun banyaknya, perpus khusus untuk anak-anak dan tentu saja staf yang ramah.

Di sini kami bertemu dengan beberapa kawan yang mengatakan nyoblos pakai surat. Yakni, ketika 2 minggu sebelum pencoblosan berlangsung, KJRI mengirim surat kepada pemilih untuk memilih: nyoblos di TPS atau melalui surat. Khusus coblosan melalui surat, pemilih harus mengembalikan kartu pos yang ada di dalam amplop maksimal dua hari setelah surat diterima.

Kemudian, pukul 15:30, saya, Nita, WInda dan Uzwa menuju bank Mandiri yang terletak di depan gedung KJRI (bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 5 menit). Namun, ketika pukul 16:00 antrian masih mengular dan seorang antrian menanyakan apakah saya sudah nyoblos, saya dan Nita segera menuju TPS, meninggalkan Winda dan Uzwa.

Kami memang membawa surat undangan dari KJRI sehingga ketika kami tiba di lapangan, kami langsung masuk dari pintu sebelah kiri, bukan pintu di tengah lapangan yang merupakan pintu masuk resmi TANPA ANTRI. Dengan syarat: kami menunjukkan surat undangan yang telah tertulis nomor TPS dan waktu pencoblosan.

Antri menuju bilik suara.

Kami menuju TPS masing-masing, saya ke TPS 7, Nita TPS 6. Tak perlu antri lama, saya segera didata. Beberapa teman BMI di depan saya yang datang dengan KTP Hong Kong pun tetap bisa masuk. Tidak sampai 5 menit, saya sudah keluar, menunggu Nita yang masih berada dalam antrian di depan bilik suara.

Di sini, saya mengamati beberapa petugas yang memberi pelayanan kepada para pemilih. Bahkan Konjen Chalief Akbar Tanjung pun turun lapangan di bawah tenda putuh besar di tengah-tengan TPS. Dua orang polisi Hong Kong juga berada di lapangan, berjalan menuju jalur keluar.

Pak Konjen Chalief terjun lapangan.

Pak Sam (dulu di bagiaan Pensosbud).
Di sekitar pintu kiri, tempat saya masuk tadi, masih nampak para pemilih yang antri. Banyak diantara mereka yang datang tanpa surat undangan. Oleh karenanya, petugas lapangan menyebarkan lembaran khusus bagi pemilih yang datang tanpa surat undangan.

Ini tangannya Fera Nuraini, bantu-bantu nyebar.

Sedangkan antrian di pintu utama juga tak kalah panjangnya. Beberapa pemilih sempat mendapatkan peringatan ketika ber-huuuu sambil mengacungkan dua jari. Memang, capres nomor urut 2 membuat para golput di Hong Kong beramai-ramai meninggalkan status itu. Terlebih, mudah mengakses internet di Hong Kong membuat Pilpres kali ini lebih rame dari Pilpres terdahulu atau Pileg beberapa bulan lalu. Kenapa? Pemilih bisa 'mengenal' capres-cawapres lebih dalam dari berita yang tersebar di internet. Tidak hanya satu dua sumber saja yang condong pada salah satu pasangan tetapi juga berita pembanding agar tidak terjerumus fanatik buta.

Antri untuk didata bagi yang tidak membawa undangan.
Pemilih mendapat teguran karena menggunakan simbol kampanye di dalam TPS.
Lalu, kami keluar TPS dan berhenti di depan pintu utama. Kami bertemu dengan beberapa teman lain menunggu hingga waktu nyoblos berakhir. Sebagaimana izin yang diberikan pemerintah Hong Kong, pesta rakyat ini dimulai pukul 9:00-17:00. Bahkan, mendekati detik-detik terakhir, petugas lapangan ber-'halo-halo' memakai pengeras suara agar para pemilih segera merapat. Para pemilih segera bergegas dan banyak pula yang berlarian. Kebanyakan dari mereka adalah pemilih yang tidak membawa surat undangan. Dalam guyonan, terdengar bahwa mereka tidak diakui sebagai warga negara Indonesia sehingga tidak mendapatkan 'surat cinta' dari KJRI.

Waktu hampir habis tapi antrian masih panjang.
Melihat antusias pemilih, perpanjangan waktu pun diberikan hingga pukul 17:20. Itu pun masih nampak pemilih yang menerobos pagar atas inisiatif mereka sendiri. Pintu utama yang semula dijaga dua orang, terpaksa salah satu dari mereka menghalau penerobos ini dan membetulkan posisi pagar.

Pintu ditutup.

Dan ... teetttt! Semua akses masuk ditutup. Pemilih yang tidak bisa masuk bergerombol di pintu sebelah kiri dengan mengeluhkan sebuah kekecewaan. Jumlahnya tidak banyak, tidak sampai 500-an. Bahkan ketika saya tanya apa solusi yang diberikan bagi mereka, seseorang dari mereka mengatakan agar keesokan harinya menghubungi sebuah nomor telefon. Saya dan teman-teman sempat memprediksi bahwa pilpres hari ini akan 'rame' (atau sengaja dibikin rame?).

"Kita tunggu saja di beranda FB," demikian celetuk salah satu dari kami.

Hubungi ini.

Ini 500 orang?

Setelah itu, saya pergi dari TKP menuju lapangan sepak bola yang terletak bersebelahan dengan TPS. Ketika hari semakin gelap, terdengar suara 'huuuu' yang lumayan keras. Saya sempat berfikir ada insiden di dekat TPS. Namun, saya urung ke sana mengingat urusan saya sendiri masih belum selesai. Bahkan, saya masih harus ke Bank Mandiri untuk merampungkan urusan saya tadi sore yang tertunda. Pikir saya, biarlah nanti saya kroscek melalui FB, tempat kami berkomunikasi.
Sekitar pukul 19:00, mobil yang membawa box suara berhenti dan parkir di depan Mandiri. Posisi saya saat itu hendak kembali ke lapangan. Saya melihat wajah-wajah lelah petugas lapangan dengan bseragam abu-abunya yang sebagian dari mereka adalah staf KJRI.

Dan benar, pukul 23:00 beranda FB rame dengan video yang demonstrasi pemilih yang tidak diperbolehkan masuk. Bahkan ada tulisan yang mengatakan bahwa yang mau nyoblos nomor pasangan nomor urut 1 yang diperkenankan masuk.

Saya pribadi sangat kecewa dengan berita yang dibesar-besarkan seperti ini. Kita berada di Hong Kong sebagai pendatang, sebagai tamu, otomatis harus menghargai aturan Hong Kong. Bila izin yang diberikan hingga pukul 17:00 bahkan diperpanjang hingga 17:20, taatilah! Meteka yang tidak dapat masuk karena telat, saya pikir, adalah kesalah mereka sendiri. Kalau memang berniat datang ke TPS, ya datanglah sesuai waktu yang diberikan.

Kalau takut antri, semua juga antri. Kalau takut panas, semua juga merasa panas. Kalau puasa menjadi halangan, saya kira agama bukan alasan yang tepat sebagai kambing hitam. Toh sebagian besar WNI di Hong Kong adalah muslim dan menjalankan puasa.

Teman saya, Asti yang berada di TKP dari pukul 11:00 hingga 19:00 mengatakan bahwa segerombolan orang yang berdemo itu datang belakangan setelah kepergian saya. Bahkan para pendemo itu sebagian juga telah mencoblos. Ia juga manyatakan tidak mendengar adanya orasi atau pernyataan tentang pemilih yang diperkenankan masuk jika mencoblos pasangan nomor urut 1.

Ya, Indonesia adalah negara yang besar. Tapi bukan berarti membesar-besarkan masalah bukan? Salam damai, orang keren cinta damai.

Narsis
Narsis

2014-07-03

[Curcol] Bule Pedopil

Bule Pedopil



Apa yang ada dalam benak Anda jika mendengar kata 'cowok bule'? Pirang, ganteng, kulit kemerahan seperti ham, mata biru, beraksen English yang hewes-hewes? Itu kalau bule asli, normal dan masih muda. Lain halnya jika itu adalah buceri, bule ngecet sendiri. Tentunya lain dong! Masing-masing bule baik yang asli atau buceri tentu memberi sensasi sendiri-sendiri.

Berbeda dengan sosok pemilik lakon dunia dalam cerita kita kali ini. Dia jago olah digital dan menyukai aneka jenis bunga mawar, baik mawar beracun hingga mawar berduri. Maka tak heran jika nama fesbuknya Rosemarie. Mungkin saja dia itu saudara lain ayah lain ibu dari tokoh film Titanic, si Rose, yang diperankan olek Kate Winslet.

Nah, mengutip pernyataan Pak Esbeye dengan '2000%'nya, mbak Rosemarie ini juga aseli 2000% Warga Negara Indonesia, teman sejawat kita di Hong Kong yang meskipun jadi kungyan, dia bukan kungyan sembarangan. Maka, ketika mandat juragan memutuskan untuk memberinya libur dadakan dan tanpa teman tanpa janjian (tapi sudah gajian), dia berinisiatif pergi berburu foto ke Hotel Disneyland,  sendirian. Aku rapopo, batinnya. Toh ada ransel butut berisi DSLR dan aneka lensa sebesar tremos yang menemaninya untuk merekam keindahan arsitektur maupun panorama yang ada di sana. That's enough.

Pas naik kereta bawah tanah (MTR) menuju TKP alias Tempat Kejadian Pariwisata, mbak Rosemarie ini mesem-mesem kesengsem. Ada mas bule aseli 2000% yang gantengnya amat sangat maksimal duduk tepat di sampingnya. Siapa yang nggak GR cobak? Namun, ke-GR-annya ini tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan si bule berulah dengan mengeluarkan 'bahasa' yang bisa dimengerti umat manusia di mana pun berada. Ngupil. Hayooo, siapa yang tidak mengerti dengan ngupil ini? 
Jijay banget kan, cyin! Ternyata doi adalah bule 'pedopil' (Pria kEren DOyan nguPIL). Hiiii ... Bayangkan, cyin, bayangkan! Di tengah hiruk pikuk MTR, si mas bule ini menikmati sekali kegiatan 'macul' lubang hidung mancungnya itu! Hellowww ... Karung goninya mana nih buat nutupin si mas bule ini biar tidak memalukan umat bule sedunia, teriak mbak Rosemarie dalam hati yang sudah amat tersiksa.

Untunglah pada stasiun/ pemberhentian berikutnya, ada lansia yang masuk. Sehingga mbak Rosemarie ini bisa (berpura-pura berdiri) memberi tempat duduk kepada lansia tadi. Padahal alasan utamanya adalah agar dia bisa terlepas dari pemandangan 'pedopil' itu.

Ndilalah, belum lama dia terbebas dari deritanya, tiba-tiba si mas bule sudah berdiri tepat di hadapannya lantaran si mas bule ini memberi tempat duduknya kepada ibu yang menggendong anak. Ouchh, sial, mbak Rosemarie membatin lagi. Bahkan, saking fokusnya menghindari mas bule ganteng bin kemproh ini, mbak Rosemarie sampai lupa turun kereta.

Oalah, mbak, mbak. Gara-gara mas bule mengeluarkan bahasa universalnya yaitu ngupil, sampeyan jadi kami tenggengen! Lain kali kalau ketemu mas bule lagi ngupil, mas bulenya difoto saja ya. Siapa tahu bila diframe dari lensa kamera, ekspresinya jadi lumutan (lucu, imut dan menggemaskan). Eh.