[Nekad Blusukan] Sam Tung Uk: Hong Kong Tempo Doeloe

"Sam Tung Uk Museum, komplek perumahan tempo doeloe ala Hong Kong ini merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa lampau yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hong Kong, khususnya masyarakat klan Hakka (marga Chan) yang berasal dari propinsi Guang Dong, China. ," lanjutnya.

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

Orang bilang: foto-foto cantik itu biasa, foto-foto ekstrem itu barulah luar biasa.

[Nekad Blusukan] Sheung Wan: Pusat Graffiti di Hong Kong

Tai Ping Shan merupakan daerah Sheung Wan bagian atas. Area ini terkenal sebagai tujuan pecinta seni dengan aneka galeri serta barang-barang antiknya. Sehingga tak salah jika Sheung Wan menjadi salah satu pusat grafiti di Hong Kong.

[Nekad Blusukan] Plesir ke Pacitan

Pantai Teleng Ria berada di teluk Pacitan. Ini adalah salah satu pantai yang menjadi jargon tanah kelahiran presiden SBY. Tanah berumput hijau terhampar luas sebelum mencapai bibir pantai. Bunga bakung ungu menyembul di antara rerumputan itu. Ada juga segerombol pohon cemara jarum dan tunas kelapa yang mesih rendah. Wow, indah bukan buatan.

[Nekad Blusukan] Hong Kong Rasa Kanada

Sweet gum bukanlah mapel. Bentuk daunnya ada yang menjari 3, 4 dan 5. Ukurannya pun berbeda sesuai dengan musim di mana pada musim semi, daunnya lebih lebar.

2016-07-27

10 Hal yang Bisa Dilakukan Saat Cuti Kuliah


Buat kamu-kamu, khususnya mahasiswa/i kreativ, yang keasyikan menyandang predikat pelajar selow agar sedikit terbebas dari pertanyaan: "kapan lulus?", "kapan gawe?", dan yang bikin spaneng jejomblo ngenes, "kapan nikah?", ada baiknya kamu-kamu baca tulisan ini sampai selesai. Hawong sekrol-sekrol timeline bribikan aja kamu lakukan demi sebuah sepik, masa tips dan ide keycey badaiy ini kamu ANGGURin? Kan enak diAPELin?

Owkeh, daripada ngejayus nggak jelas, kita to jleppp poin aja, ya. Hm… hm, kira-kira apa saja sih yang bisa dilakukan buat ngisi waktu cuti kuliah? Ini nih kegiatan versi saya.

1. Mbolang, traveling, halan-halan dan atau apalah kamu menyebutnya.


Menggunung dulu biar bisa narsis dan eksis.
Saya bakal puas-puasin blusukan. Karena dunia itu nggak selebar celana kolor, nggak ada buruknya kok kita jelajah sudut-sudut asing di tanah-tanah asing. Yaaa, biar nambah teman, nambah pengetahuan, nambah pengalaman, sehingga mata dan hati kita jadi kebuka. Dari satu kegiatan ini saja, kamu dapat tiga bahan sekaligus: tulisan, foto dan video. Tinggal kamu cenderung di bagian mana. Siapa tahu bisa nambah follower, subscriber, clicker … bahkan mendapat jodoh bagi kamu, jon (jones, red).

"Tapi 'kan ngebolang juga butuh biaya. Akunya pengangguran varokah."

Aduh, vrohhh. Halan-halan nggak harus jauh ke bulan atau planet Saturnus. Main tipis-tipis di sekitar tempat tinggal kita juga wokey, kok. No excuse, yahhh.

2. Belajar 'pelajaran' baru.


Doc pri: Ijih kuat, vroh?
Saya pengen ngasah golok … ebukan, saya pengen ngasah bahasa di negerinya my Highness, my Prince Harry. Bila perlu, ngantongin skor 7 (target yang standar aja deh sesuai kemampuan).

Kan kita pernah dengar kalimat bahwa wajib belajar itu dari lahir sampai masuk liang lahat? Nggak pernah denger? Aduh, Dek. Kamu hidup di jaman apa sih? Hello …

Gini. Belajar itu tidak selamanya di bangku formal. Tapi kalau ada kesempatan mengenyam pendidikan formal, ya hayuk. Di luar sana banyak ilmu yang bisa kita serap. Iqro', bacalah! Membaca apa-apa yang tersirat dan tersurat di dunia ini. Tajamkan mata, telinga, hati, rasa, insting. Etapi, jangan menajamkan mulut ya. Kamu tanya alasannya? Udah, nurut aja, gak pakek nanya-nanya.

Lagipun, kalau kita berhenti belajar, otak kita juga ikut-ikutan berhenti. Saat mulai kuliah lagi, udah deh … malesnya ampun-ampunan. Awas-awas pikun dini.

Oh ya, kita sudah masuk Masyarakat Ekonomi Asian di Januari 2016 ini. Kalau kitanya nggak upgrade kemampuan dan atau pendidikan, jangan salahkan pekerja asing yang nongkrong di pos-pos pekerjaan berkelas di negeri sendiri lalu kitanya cuman jadi kacung, gedibal, babu atau bawahan. Apa? Nerima ing pandum? Iya, paham, kita ini manungso mung sak dherma ngelakoni. Etapi seenggaknya sudah usaha maksimal dan doa yang kenceng kan, ya. Percayalah, usaha tidak menghianati hasil. Kalau usahamu mbribik tidak berhasil, berarti itu takdir.

3. Menjadi Relawan.


Doc pri: dedicated for my besties.
Kalau aku sih suka tantangannya. Eit, jangan salah. Menjadi relawan itu kudu kaffah, harus total. Bayaran secara materi sih belum tentu. Tapi, ketika sebuah senyuman, ucapan terimakasih, nambah ilmu di lapangan, semua itu serasa terbayar tunai atas segala peluh kita. Asal … kita melakukannya secara ikhlas.

Entah itu relawan saat ada bencana alam, mengajar di pelosok, bakti sosial, dll. Ada tuh program volunteer(s) buat ditempatkan di luar negeri. Tentang bagaimana, syarat dan ketentuannya, silakan nanya-nanya di mesin pencari.

4. Mengasah kreativitas.


Belajar langsung dari fotografer dan jurnalis keycey, Arbain Rambey.
Well, kemampuan berkreasi dan berseni, itu juga perlu dipelajari. Kata si jenius "Energi sama dengan berat beda dikalikan kecepatan kuadrat", eyang Einstein;

"Beda halnya dengan pengetahuan, kreativitas itu tanpa batas." (Quote belio yang diartikan secara bebas versi saya.)

Saya kayaknya masih bakal berada di seputaran seni melukis cahaya (fotografi). Kalau pengen variasi, nambah deh ngulik video curcolan gak jelas. Tapi yang pasti, targetnya sih bikin dua video dulu: stop motion dan video dokumenter. Kalau video perjalanan atau daily life a la vlogger … hm, boleh juga.

5. Me-Time.



Doc. Pri: Ngakses apaan sih, kok ekspresinya gitu amat?

Ini adalah saatnya saya memanjakan diri. Saya bakal ngopi-ngopi cantik bareng kakak-kakak cantik, yamcha di restoran yang menyediakan halal timsum, kota-kota/ ngemall/ windows shopping atau pun meringkuk di dalam selimut ditemani mie gelas.


Lalu, dunia menjadi sempit ketika destinasi hanya terbagi menjadi dua: kamar mandi dan kamar tidur. Ahhh, betapa kangennya saya sama mas Teddy(bear), mbak Sri(gala), kak Baim (Bantal Imut) dan my beb(ek), para penghuni pulau kapuk.

6. Diet.




Doc. Pri: Tomato apple smoothie …… yummy.
Penumpukan lemak bakal jadi momok tersendiri bagi kita kan, girls? Saking takutnya, lihat cermin yang menunjukkan pipi cubby kita (loe doang aja keles), pengen tuh ngebejeg-bejeg cermin. Horornya udah ngalah-ngalahin valak. 

Secara sebagian perempuan bikin iri sekumpulan perempuan lain. Di mana, metabolisme tubuh tiap orang berbeda-beda. Ada tuh orang yang makannya kayak kena busung lapar trus masuk tempat prasmanan. Tapi segitu-gitu aja tubuhnya, nggak melar. Tapi, ada loh orang yang minum air bening (bukan air putih alias susu), langsung deh, timbangan melonjak. Bayangkan, bayangkan. Sakitnya di mana kalau air putih aja jadi lemak? Pfffftttt-able kan?


7. Olahraga.



Doc. Pri: Nunchaku, martial art.
Bebas dari tugas-tugas dosen di minggu ke-3, 5 dan 7 dan keharusan baca modul tiap hari, seenggaknya waktunya bisa kita alokasikan untuk kegiatan yang bermanfaat. Saya pilih buat olahraga saja.

Saya akan ikut kelas renang. Sebodo kulit ini tambah eksotik (ekstra gosong sithik). Udah biasa sih, 'kan hidup saya di kampung yang kalau mandinya saja nggak repot-repot nimba air, tinggal byur … langsung deh nyangkut di Bengawan Solo. Tapi biar berkelas dikit, nggak papa dong ke kolam renang. Biar mata ini ikutan seger lihat … air beninglah. Kamu pikir lihat apa? Otak ngeres kamu perlu disapu, tuh.


Selain renang, kayaknya asik tuh meditasi ala yoga. Juga masuk ke grup aerobik buat pembentukan tubuh biar depan-belakang nggak rata macam papan setrikaan gini. Apalagi ada full musik. Hmmm, ajib.


Ada juga olahraga yang asyik dilakukan bareng-bareng. Bersepeda. Tapi, pastikan dulu jalur sepedanya aman, ya. Jangan masuk jalur bus. Keselamatan diutamakan. Mentang-mentang onthel touring, kamu-kamu malah melawan arus. Kalau mau melawan, lawan tuh kebodohan yang sudah berkerak di dahi masing-masing.


Atau … belajar seni beladiri ala Bruce Lee bersama teman-teman Nunchaku? Hayuk ajalah. Tapi etapi … Ada satu olahraga yang nggak bakal saya lakukan. Apa itu? Lari. Apalagi lari dari kenyataan.


8. Main Pokemon Go.





Pokémon Go.
Iyesss. Secara di tempat saya, game online berbasis augmented reality ini sudah rilis sejak Senin (25/7) lalu. Udah bisa diunduh di playstore (bagi pengguna android), nggak perlu pakai apk lagi kayak kamu, mblo.

Latah ya main ginian, atau… biar kekinian?


Kalau saya sih buat seru-seruan aja. Hidup akan tambah seru kalau berbagi, berbagi kebahagiaan. Dan tulisan ini pun salah satu cara saya berbagi loh, berbagi kisah tentang permainan yang dulunya hanya bisa dimainkan sambil duduk manis di Nintendo. Pokemon Go mengajak kita jelajah di tempat-tempat yang dulu hanya kita anggap biasa atau sangat biasa, yang kini semua seakan menjadi bermakna dengan tujuan absurd karena hanya ingin menangkap monster atau menetaskan telur. Dan ini hanya dipahami oleh generasi menunduk, cuy.


9. Kawin.



Doc. Pri: Baper, Kak, baper.

Waiki hasyik, khususnya buat kakak-kakak yang galau dan memeti pingin kawin, terutama single-single yang NIKAHable. Tapi maaf ya, referensi saya untuk poin ke-9 ini masih minim. Soalnya di sekitar saya pada ramai dengan obrolan cicilan KPR, cicilan panci, susu bubuk, bawang, cabe, pashmina, hijab syar'i, calon mama (dan papa) mertua, atau pun tagihan-tagihan bill listrik, telefon, internet, MK, TBO yang sudah lebih heboh ketimbang hebohnya perhelatan menjadi raja dan ratu sehari di acara walimatul ursy, yang membuat jadwal menghadiri kondangan makin meningkat. Yang tabah ya, Mblo, kalau ada yang nanya: "kapan nyusul?", "datang sendiri ke kondangan?", "tahun depan giliran kamu yang nyebar undangan, ya."

Well… percaya aja ya. Nikah itu bikin kamu tambah kaya, kaya masalah salah satunya.

Kalau saya sih bakal setia dengan komitmen saya. Sudah, ya. Jangan kepo, saya tidak akan menjembreng-jembreng komitmen itu. Dikutuk kepo secara terstruktur, sistematis dan massif loh. Penak? Rumangsamu.

10. Ulangi dari nomor 1. Atau... mau nambahi?

***

2016-07-25

[Fiksisme] Dee #9: Aku, Kamu dan Pokemon Go

D

Aku, Kamu dan Pokemon Go

Dee … akhirnya game online yang setengah tahun lalu pernah kita bahas, hari ini rilis di tempatku. Ingat bahasan kita tentang futsal vs basket? Ingat bahasan kita tentang feromon vs pokemon?

Virus ngegame satu itu pun merasuk dalam nadi lalu menyebar dengan sangat cepat serupa sel-sel kanker yang mendapat asupan cokelat atau susu. Iya sih, dulu aku masih blank dengan segala kisah petualanganmu di permainan online, terutama pokemon. Yang aku paham, pokemon adalah salah satu serial filem kartun yang biasa aku pantengin tiap Minggu, yang berjajar dengan kartun lain seperti: Dragon Ball, Crayon Shinchan, Sailor Moon, Inuyasa, Sakura Card Capture, dll. Duh, Dee, jadi ketahuan deh kita lahir di dekade berapa.

Kali ini, kamu selangkah lebih dulu dalam mencicipi Pokemon Go. Tapi jangan salah, kamu donlot game ini masik pakai 'apk' kan? Aku udah di playstore loh. Tadi pagi aja, aku selalu gagal ngedonlot Pokemon Go. Kemungkinan sih semua orang pada donlot game itu via aplikasi resmi. Tapi aku sempat berpikir kalau wi-fi di rumah kurang kenceng. Maklum, sejak ganti kata sandi, wi-fi agak susah disambungkan ke netbook/ lappy. Bahkan wi-fi ikut-ikutan ulahmu yang sering 'hilang dari radar' dan harus ngeset ulang. Untungnya masih ramah di kompy atau HP.

Seharian tadi, aku hanya main sesempatnya aja, masih level cupu, nggak kayak kamu yang walaupun main tipis-tipis di alun-alun kota beberapa jam, malah sudah level 3. 

"Ada lima pokestop di alun-alun," katamu.

Di apartemen sini sempat terdeteksi sih, di club house, lantai basement. Tapi aku lihat udah mulai banyak 'bunga-bunga', yang kata temenku itu penanda stok di pokestopnya mulai habis. Masa sih bisa habis, pikirku.

Entahlah, aku belum nemu serunya main ini. Tapi yang bikin penasaran, tadi aku nyoba melakukan sa'i, berlari-lari kecil antara kamar tidur dan toilet, aku dapet Bulbasaur. Rencananya, besok aku mau main-main ke daerah MK - Prince Edward. Selesai beli barang, kayaknya aku bakal berburu Pokemon. Dari info yang tersebar acak di jejaring sosial, banyak pokestop di sana. Hiks, aku tak bisa membayangkan daerah ini bakal kayak apa. Atau … tiba-tiba populasi generasi menunduk jadi meningkat lalu menguasai planet bumi? Dan sepertinya, hal itu akan segera terjadi. Tunggu saja di sekilas berita.

"Kamu tim apa? Aku tim biru. Nanti kalo main ke sini, kita ke Gym, bareng-bareng berkelahi menguasai dunia."

Ah, Dee. Sudah kubilang aku masih level cupu. Ih, kamu. Apa itu Pokemon Go aja aku nggak paham. Iya, aku hanya ngerti kalo ini adalah game yang dulu kamu mainin di nintendo bareng Adek. Nah, sama Niantic dikembangkan dengan memadukan antara dunia game dengan dunia nyata. Apa kamu bilang? AR? Apa itu?

"Augmented Reality, realitas tambahan di HP. Sebenarnya di dunia nyata nggak ada tapi seolah-olah ada tapi dilihat dari HPmu. Kalo yang biasa aku mainin kan cuma duduk manis. Kalo yang ini, aku harus keluar rumah. Nyari pokemonnya pakai GPS. Jadi, selain ga ramah di baterai juga bikin boros di kuota internet."

Lalu kamu menjelaskan gambaran singkat tentang game ini, mulai dari Pokemon (pocket monster/ monster saku), pokestop (tempat penting), pokeball (bola yang dilempar ke pokemon lalu pokemon 'terhisap' di bola itu), gym (tempat bertanding pokemon), dan tentu saja icon Pikachu. Lalu kamu menyebutkan pembagian tim Pokemon Go ada tiga: merah, biru dan kuning. Tim paling banyak sih biru tapi hal ini bakal susah berebut Pokemon unik soalnya banyak saingannya. Lalu ada candy buat makanan pokemon biar upgrade power dan telur buat ditetaskan, yang siapa tahu itu adalah pokemon unik. Ah, belum lagi nama-nama monster yang aneh dan susah diinget. Tambah berdenyut nih kepalaku.

"Pentium dua sih, kamu."

Duh, meski aku pentium dua tapi nggak lebih dudul daripada kelakuan ngetes kesaktian anti setrum kayak kamu. Iya, kamu, orang yang nancepin testpen ke socket. Jempolnya mateng, kan? Gosong 'kan? Tapi lumayan sih bisa naik mobil gratis, mobil ambulan tapi. 

Tau nggak, Dee, aku sebenarnya bukan belum nemu serunya tapi belum nemu kamu yang ngajarin aku main. Hikz. Ntar ya, kita pasti beradu (di Gym).

**
My Pokemon Go: Day 1, level cupu

2016-07-07

Lebaran: Kampungku, Kampung yang Kekota-kotaan


Kampungku, Kampung yang Kekota-kotaan

Ini cerita tentang kampungku, sebuah kampung yang ada halamannya, halaman yang masih berupa rumput maupun halaman yang telah dibeton biar kuat dan kokoh kayak hati jomblo yang dibombandir pertanyaan wajib tiap mudik: "kapan nikah?", "gandengannya mana?", atau … "masih sendiri?". Kampungku ini bukanlah kampung di pelosok. Tetapi, ini kampung modern, sebuah kampung yang tidak ndeso, yang bisa juga disebut kampung yang kekota-kotaan. Bila kamu sempat mampir di kampungku, barangkali kamu bakal menemukan horang-horang kampungan. Ya … gimana nggak kampungan, di saat cuaca sedang hot potato-potato (panas ngenthang-ngenthang) atau pun tung-bing-bing (dingin menggigit) tetapi ada yang memakai jaket kulit dan boot setinggi lutut plus celana gemes. Kadang-kadang di punggung ada tato alami bergambar tulang ikan (bekas kerokan). Kalau beneran ketemu, tolong disapa. Itu aku. Biasalah, prinsipku 'kan: biar menderita asal memesona!

Dulu, bertahun-tahun lalu, sholat idul fitri selalu dilaksanakan di halaman yang luasnya seperti lapangan bola yang berumput. Jamaahnya selalu membludak. Berbanding terbalik dengan jamaah sholat wajib di mushola yang jaraknya hanya lima menit jalan kaki dari tanah berumput itu. Sekarang sih sholat id-nya lebih tersebar di beberapa tempat dan tidak terkonsentrasi di tanah berumput saja. Alhamdulillah ya, sesuatu. Semua berjalan lancar berkat panitia yang sigap dan pak polisi yang siap sedia mengawal kelancaran ibadah.

Usai sholat idul fitri, kami akan antri bersalaman, halal bihalal, dengan 'Bapak dan Ibu'. 'Bapak dan Ibu' punya 'anak' buuuanyak. Makanya, negara kami sedikit terbantukan. 'Kan banyak anak banyak rejeki. Semakin banyak anak-anak yang bermigrasi, semakin banyak pula devisa yang mengalir ke kantong-kantong pendapatan non migas di dalam negeri. Kembali berbicara banyak 'anak' ini, kami perlu membuat antrian yang mengular (gak pakai tangga) demi sebuah silaturrahmi dan berjabat tangan bonus nasi kotak dan sebotol air mineral. Gini amat, yak?

Nah selanjutnya, 'pesta Hari Raya' sesunggguhnya baru akan dilaksanakan pada hari Minggu pertama di bulan Syawal. Kami bakalan memakai baju terbaik (bahkan termahal, terbranded, terkini, ter- ter- dan ter- lainnya)_tentu aku  termasuk di dalamnya, kan horang kayah. Makanannya pun angujubile banyaknya, bejibun banget macamnya. Seolah-olah, rayakan hari kemenangan ini karena esok harus kerja rodi lagi. Saking kemaruknya, ketika lambung sudah tidak muat dengan aneka kue kering dan basah, aneka minuman instan atau racikan dan beraneka menu lebaran lainnya, sisa-sisa makanan akan terbuang percuma di tong sampah, khususnya masakan bersantan yang tidak kuat melawan pengapnya cuaca terik di musim panas. Cepat basi, sih. Itu tuh, opor ayam yang sedianya diguyurkan di atas potongan ketupat … eh … lontong. Kadangkala, untuk makan 10-20 orang tapi porsi masaknya untuk kondangan orang satu RT. Puo-puo, gitu tetangga sebelah menyebutnya. Kalau dinalar, berapa piring sih lambung kita mampu menampung makanan dan minuman (plus udara)? Takut kurang, mumpung kumpul sama keluarga, mumpung ada rizki… gitu?

Sebenarnya, kampungku adalah kampung yang paling komplit di planet bumi. Mulai dari jenis makanannya, agamanya, rasnya, sukunya, bahasanya, kelakuan horang-horangnya, termasuk alat pertukaran yang biasa disebut mata uang. Semua ada. Bahkan kami bisa menciptakan percampuran-percampuran dikarenakan kebhinekaan tersebut. Banyak pula yang keminggris dan gembritish tapi pakai cengkok acha-acha are-are, pakai logat ngapak, bahkan f--k (faik) yang dipadu pisuhan janukc. Kalau kamu denger orang ngomong begitu, cubit saja. Itu aku, aku gak akan melaporkan ke polisi. Beneran.

Jangan mengira kampungku seburuk yang aku kisahkan. Itu sebenarnya kisah keburukanku saja. Banyak banget kegiatan positif yang terkonsentrasi di halaman berumput maupun halaman beton ini yang berdurasi sekian jam, seharian, dua mingguan atau kegiatan rutin lainnya. Entah itu pameran, lokakarya, yoga, pentas seni, pengajian, peragaan busana, latihan beladiri, demonstrasi, dan masih banyak lagi. Soalnya, kalau ditulis semua, sehari semalam pun belum tentu selesai.

Oh ya, kampungku itu bernama Kampung Jawa, yang terletak di taman Victoria (HK), kampung keduaku setelah tanah kelahiran. Sebuah kampung yang fenomenal, yang gaungnya sudah kedengaran bahkan ketika kakiku belum menjejak tanah asing di negeri asing ini. Kalau ditanya lebaran ini mau mudik ke kampung mana? Aku pilih mudik ke hatimu.

Tsah!
***

2016-07-06

[Fiksisme] Dee #8 : Aku Cemburu

D

Aku Cemburu 

Hai, Dee. Semalam saya mimpiin kamu. Hahaha. Pasti kamu ketawa sampek tersedak remahan rengginang. Yaa, gapapa sih. Kan DL_derita loe.

Secara gitu loh. Tiba-tiba ada WA dari kamu. Mana PP WA kamu bikin saya cemburu. Lama gak nyapa tiba-tiba pamer foto berdua. Kamu bilang dia adalah sepupu. Yakin sepupu? Atau … 'sepupu'? Lagian, hey … sejak kapan kamu hobi foto mesra sama sepupu? E cie … sepupu atau sesusu? Paha atau dada? Eh, jadi kayak pesen makan di KeeFCi. Duh, cemburu ini jadi menggebu. Tau nggak, kesayangan orang, yang kamu lakukan ke saya itu … jahat. Sooo jahad!

Lagipula, saya ini sudah jadi anak baik-baik, rajin menabung, nurut sama orangtua, gak pacaran! Tapi tiyang seperti saya malah fotonya sama tiang listrik. Kan kampret.

Tak ada tiyang asli, tiang listrik pun jadi.

Kamu katakan ke saya kalok kamu udah keren. Kalok boleh tau, sudah level berapa kerenmu? Level lokalan, tingkat kotamadya atau ibukota propinsi? Trus, trus, udah bisa buat apa, sama siapa dan ke mana aja? Berarti abis UAS nanti kita (ehem …) bisa halan-halan ke mana gitu kan, ya? Dan kayaknya, ini deh sumber mimpi itu. Saya lihat kamu melakukan sa'i, berlari-lari kecil dari jalan ini menyeberang jalan menuju ke sana dengan latar belakang lampu bangjo yang udah kedip-kedip. Tapi saya cuma lihatin kamu aja, gak pake nyapa. Toh kamu sudah mulai sehat dan dalam keadaan baik-baik saja. Masa kritismu sudah terlewati bersama saya. Tinggal masa pemulihan saja. Dan … tambah ada 'sepupu' yang bisa diajak selfie. Yaaa, saya jadi tahu diri … asudahlah. Saya paham maksudnya.

Lalu, dalam mimpi saya selanjutnya, saya melihat kamu datang ke rumah saya, menemui ibu. Duh, apa maksudnya cobak? Mau silaturahmi memohon maaf lahir batin atau menafkahi lahir batin?

Oh ya, bagaimana dengan rencana ke Spore buat ngetes jengglish (jawa-english)? Ayolah! Sekali seumur hidup kamu harus menjejakkan kaki di tanah asing, minimal satu negara. Yang low budget gapapa, backpackeran/ ngegembel gitu. Biar kebuka pandangan kita (cie kita…). Beneran, sodaraku yang pernah ke Thailand, Msia dan Spore (pas jaman kuliah) pikirannya lebih terbuka ketimbang yang baru jelajah lokalan, apalagi yang cuman diem di rumah. 

Kan tadi kamu sudah keren. Hawong dulu kamu packing ke semeru aja langsung cuzzz gitu kok. Ajak 'sepupu' yang cantik itu juga boleh. Asal mandiri, gak cengeng dan gak alay. Tolong tanyain, lipennya itu merek apa? Harganya berapa? Belinya grosiran atau ketengan? Saya kepingin.

Eh.
***