Buat kamu-kamu, khususnya mahasiswa/i kreativ, yang keasyikan menyandang predikat pelajar selow agar sedikit terbebas dari pertanyaan: "kapan lulus?", "kapan gawe?", dan yang bikin spaneng jejomblo ngenes, "kapan nikah?", ada baiknya kamu-kamu baca tulisan ini sampai selesai. Hawong sekrol-sekrol timeline bribikan aja kamu lakukan demi sebuah sepik, masa tips dan ide keycey badaiy ini kamu ANGGURin? Kan enak diAPELin?
Owkeh, daripada ngejayus nggak jelas, kita to jleppp poin aja, ya. Hm… hm, kira-kira apa saja sih yang bisa dilakukan buat ngisi waktu cuti kuliah? Ini nih kegiatan versi saya.
1. Mbolang, traveling, halan-halan dan atau apalah kamu menyebutnya.
|
Menggunung dulu biar bisa narsis dan eksis. |
Saya bakal puas-puasin blusukan. Karena dunia itu nggak selebar celana kolor, nggak ada buruknya kok kita jelajah sudut-sudut asing di tanah-tanah asing. Yaaa, biar nambah teman, nambah pengetahuan, nambah pengalaman, sehingga mata dan hati kita jadi kebuka. Dari satu kegiatan ini saja, kamu dapat tiga bahan sekaligus: tulisan, foto dan video. Tinggal kamu cenderung di bagian mana. Siapa tahu bisa nambah follower, subscriber, clicker … bahkan mendapat jodoh bagi kamu, jon (jones, red).
"Tapi 'kan ngebolang juga butuh biaya. Akunya pengangguran varokah."
Aduh, vrohhh. Halan-halan nggak harus jauh ke bulan atau planet Saturnus. Main tipis-tipis di sekitar tempat tinggal kita juga wokey, kok. No excuse, yahhh.
2. Belajar 'pelajaran' baru.
|
Doc pri: Ijih kuat, vroh? |
Saya pengen ngasah golok … ebukan, saya pengen ngasah bahasa di negerinya my Highness, my Prince Harry. Bila perlu, ngantongin skor 7 (target yang standar aja deh sesuai kemampuan).
Kan kita pernah dengar kalimat bahwa wajib belajar itu dari lahir sampai masuk liang lahat? Nggak pernah denger? Aduh, Dek. Kamu hidup di jaman apa sih? Hello …
Gini. Belajar itu tidak selamanya di bangku formal. Tapi kalau ada kesempatan mengenyam pendidikan formal, ya hayuk. Di luar sana banyak ilmu yang bisa kita serap. Iqro', bacalah! Membaca apa-apa yang tersirat dan tersurat di dunia ini. Tajamkan mata, telinga, hati, rasa, insting. Etapi, jangan menajamkan mulut ya. Kamu tanya alasannya? Udah, nurut aja, gak pakek nanya-nanya.
Lagipun, kalau kita berhenti belajar, otak kita juga ikut-ikutan berhenti. Saat mulai kuliah lagi, udah deh … malesnya ampun-ampunan. Awas-awas pikun dini.
Oh ya, kita sudah masuk Masyarakat Ekonomi Asian di Januari 2016 ini. Kalau kitanya nggak upgrade kemampuan dan atau pendidikan, jangan salahkan pekerja asing yang nongkrong di pos-pos pekerjaan berkelas di negeri sendiri lalu kitanya cuman jadi kacung, gedibal, babu atau bawahan. Apa? Nerima ing pandum? Iya, paham, kita ini manungso mung sak dherma ngelakoni. Etapi seenggaknya sudah usaha maksimal dan doa yang kenceng kan, ya. Percayalah, usaha tidak menghianati hasil. Kalau usahamu mbribik tidak berhasil, berarti itu takdir.
3. Menjadi Relawan.
|
Doc pri: dedicated for my besties. |
Kalau aku sih suka tantangannya. Eit, jangan salah. Menjadi relawan itu kudu kaffah, harus total. Bayaran secara materi sih belum tentu. Tapi, ketika sebuah senyuman, ucapan terimakasih, nambah ilmu di lapangan, semua itu serasa terbayar tunai atas segala peluh kita. Asal … kita melakukannya secara ikhlas.
Entah itu relawan saat ada bencana alam, mengajar di pelosok, bakti sosial, dll. Ada tuh program volunteer(s) buat ditempatkan di luar negeri. Tentang bagaimana, syarat dan ketentuannya, silakan nanya-nanya di mesin pencari.
4. Mengasah kreativitas.
|
Belajar langsung dari fotografer dan jurnalis keycey, Arbain Rambey. |
Well, kemampuan berkreasi dan berseni, itu juga perlu dipelajari. Kata si jenius "Energi sama dengan berat beda dikalikan kecepatan kuadrat", eyang Einstein;
"Beda halnya dengan pengetahuan, kreativitas itu tanpa batas." (Quote belio yang diartikan secara bebas versi saya.)
Saya kayaknya masih bakal berada di seputaran seni melukis cahaya (fotografi). Kalau pengen variasi, nambah deh ngulik video curcolan gak jelas. Tapi yang pasti, targetnya sih bikin dua video dulu: stop motion dan video dokumenter. Kalau video perjalanan atau daily life a la vlogger … hm, boleh juga.
5. Me-Time.
|
Doc. Pri: Ngakses apaan sih, kok ekspresinya gitu amat? |
Ini adalah saatnya saya memanjakan diri. Saya bakal ngopi-ngopi cantik bareng kakak-kakak cantik, yamcha di restoran yang menyediakan halal timsum, kota-kota/ ngemall/ windows shopping atau pun meringkuk di dalam selimut ditemani mie gelas.
Lalu, dunia menjadi sempit ketika destinasi hanya terbagi menjadi dua: kamar mandi dan kamar tidur. Ahhh, betapa kangennya saya sama mas Teddy(bear), mbak Sri(gala), kak Baim (Bantal Imut) dan my beb(ek), para penghuni pulau kapuk.
6. Diet.
|
Doc. Pri: Tomato apple smoothie …… yummy. |
Penumpukan lemak bakal jadi momok tersendiri bagi kita kan, girls? Saking takutnya, lihat cermin yang menunjukkan pipi cubby kita (loe doang aja keles), pengen tuh ngebejeg-bejeg cermin. Horornya udah ngalah-ngalahin valak.
Secara sebagian perempuan bikin iri sekumpulan perempuan lain. Di mana, metabolisme tubuh tiap orang berbeda-beda. Ada tuh orang yang makannya kayak kena busung lapar trus masuk tempat prasmanan. Tapi segitu-gitu aja tubuhnya, nggak melar. Tapi, ada loh orang yang minum air bening (bukan air putih alias susu), langsung deh, timbangan melonjak. Bayangkan, bayangkan. Sakitnya di mana kalau air putih aja jadi lemak? Pfffftttt-able kan?
7. Olahraga.
|
Doc. Pri: Nunchaku, martial art. |
Bebas dari tugas-tugas dosen di minggu ke-3, 5 dan 7 dan keharusan baca modul tiap hari, seenggaknya waktunya bisa kita alokasikan untuk kegiatan yang bermanfaat. Saya pilih buat olahraga saja.
Saya akan ikut kelas renang. Sebodo kulit ini tambah eksotik (ekstra gosong sithik). Udah biasa sih, 'kan hidup saya di kampung yang kalau mandinya saja nggak repot-repot nimba air, tinggal byur … langsung deh nyangkut di Bengawan Solo. Tapi biar berkelas dikit, nggak papa dong ke kolam renang. Biar mata ini ikutan seger lihat … air beninglah. Kamu pikir lihat apa? Otak ngeres kamu perlu disapu, tuh.
Selain renang, kayaknya asik tuh meditasi ala yoga. Juga masuk ke grup aerobik buat pembentukan tubuh biar depan-belakang nggak rata macam papan setrikaan gini. Apalagi ada full musik. Hmmm, ajib.
Ada juga olahraga yang asyik dilakukan bareng-bareng. Bersepeda. Tapi, pastikan dulu jalur sepedanya aman, ya. Jangan masuk jalur bus. Keselamatan diutamakan. Mentang-mentang onthel touring, kamu-kamu malah melawan arus. Kalau mau melawan, lawan tuh kebodohan yang sudah berkerak di dahi masing-masing.
Atau … belajar seni beladiri ala Bruce Lee bersama teman-teman Nunchaku? Hayuk ajalah. Tapi etapi … Ada satu olahraga yang nggak bakal saya lakukan. Apa itu? Lari. Apalagi lari dari kenyataan.
8. Main Pokemon Go.
|
Pokémon Go. |
Iyesss. Secara di tempat saya, game online berbasis augmented reality ini sudah rilis sejak Senin (25/7) lalu. Udah bisa diunduh di playstore (bagi pengguna android), nggak perlu pakai apk lagi kayak kamu, mblo.
Latah ya main ginian, atau… biar kekinian?
Kalau saya sih buat seru-seruan aja. Hidup akan tambah seru kalau berbagi, berbagi kebahagiaan. Dan tulisan ini pun salah satu cara saya berbagi loh, berbagi kisah tentang permainan yang dulunya hanya bisa dimainkan sambil duduk manis di Nintendo. Pokemon Go mengajak kita jelajah di tempat-tempat yang dulu hanya kita anggap biasa atau sangat biasa, yang kini semua seakan menjadi bermakna dengan tujuan absurd karena hanya ingin menangkap monster atau menetaskan telur. Dan ini hanya dipahami oleh generasi menunduk, cuy.
9. Kawin.
|
Doc. Pri: Baper, Kak, baper. |
Waiki hasyik, khususnya buat kakak-kakak yang galau dan memeti pingin kawin, terutama single-single yang NIKAHable. Tapi maaf ya, referensi saya untuk poin ke-9 ini masih minim. Soalnya di sekitar saya pada ramai dengan obrolan cicilan KPR, cicilan panci, susu bubuk, bawang, cabe, pashmina, hijab syar'i, calon mama (dan papa) mertua, atau pun tagihan-tagihan bill listrik, telefon, internet, MK, TBO yang sudah lebih heboh ketimbang hebohnya perhelatan menjadi raja dan ratu sehari di acara walimatul ursy, yang membuat jadwal menghadiri kondangan makin meningkat. Yang tabah ya, Mblo, kalau ada yang nanya: "kapan nyusul?", "datang sendiri ke kondangan?", "tahun depan giliran kamu yang nyebar undangan, ya."
Well… percaya aja ya. Nikah itu bikin kamu tambah kaya, kaya masalah salah satunya.
Kalau saya sih bakal setia dengan komitmen saya. Sudah, ya. Jangan kepo, saya tidak akan menjembreng-jembreng komitmen itu. Dikutuk kepo secara terstruktur, sistematis dan massif loh. Penak? Rumangsamu.
10. Ulangi dari nomor 1. Atau... mau nambahi?
***