[Nekad Blusukan] Sam Tung Uk: Hong Kong Tempo Doeloe

"Sam Tung Uk Museum, komplek perumahan tempo doeloe ala Hong Kong ini merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa lampau yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hong Kong, khususnya masyarakat klan Hakka (marga Chan) yang berasal dari propinsi Guang Dong, China. ," lanjutnya.

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

Orang bilang: foto-foto cantik itu biasa, foto-foto ekstrem itu barulah luar biasa.

[Nekad Blusukan] Sheung Wan: Pusat Graffiti di Hong Kong

Tai Ping Shan merupakan daerah Sheung Wan bagian atas. Area ini terkenal sebagai tujuan pecinta seni dengan aneka galeri serta barang-barang antiknya. Sehingga tak salah jika Sheung Wan menjadi salah satu pusat grafiti di Hong Kong.

[Nekad Blusukan] Plesir ke Pacitan

Pantai Teleng Ria berada di teluk Pacitan. Ini adalah salah satu pantai yang menjadi jargon tanah kelahiran presiden SBY. Tanah berumput hijau terhampar luas sebelum mencapai bibir pantai. Bunga bakung ungu menyembul di antara rerumputan itu. Ada juga segerombol pohon cemara jarum dan tunas kelapa yang mesih rendah. Wow, indah bukan buatan.

[Nekad Blusukan] Hong Kong Rasa Kanada

Sweet gum bukanlah mapel. Bentuk daunnya ada yang menjari 3, 4 dan 5. Ukurannya pun berbeda sesuai dengan musim di mana pada musim semi, daunnya lebih lebar.

2016-09-28

HUTRI 71 & BNI Remittance HK

Berikut ini adalah beberapa jepretan saya yang saya ikutkan pada lomba foto di instagram. Mengingat pola warna pada akun instagram saya cenderung hitam-putih dan vintage, maka foto-foto dengan warna ngejreng ini saya pindah di blog. Enggak menang sih, hahaha. Gapapa, yang penting sudah berani berkompetisi dan mendeskripsikan maksud fotonya. Ternyata yang dimaui panitia lebih pada foto, bukan tulisan.

Pukpukself.


Saya itu kadang-kadang merasa aneh. Tiap kali melihat yang bening-bening, kayak salah satu paskibra2016 KJRI Hong Kong ini. Pengennya fokus, fokus, dan fokus buat ngejepret kakaknya. Sama kayak saya yang kadang-kadang juga aneh ketika melihat suara/ status facebook teman-teman pekerja migran di Hong Kong yang mengalami gagal kirim atau uang hilang saat memakai jasa pengiriman non perbankan. Ada @bni46 / @BNI sebagai bank milik negara yang jelas-jelas melayani negeri, kebanggan bangsa. Masih keukeuh dengan jasa pengiriman yang keamanannya masih diragukan? #HUTRI71BNI


Luar biasa!!! Inilah salah satu keistimewaan pekerja migran di Hong Kong. Meski setiap hari disibukkan dengan urusan domestik, tapi wanita-wanita pilihan ini mengemban tugas yang tidak main-main: menjadi pasukan pengibar bendera. Keren, kan? Keren dong. Perayaan HUTRI71 makin hikmat.

Gitu juga dengan @BNI. Saya dulu mikirnya, bank itu cuman buat nyimpen duit doang. Tapi segera merapettttt ke @bni46 deh ... biar ngehitz dan update apa aja prodak-prodak bank. Malu? Takut?

Tanya saya juga boleh, loh. Misalnya tanyanya seputar status saya yang masih jomblo atau sudah punya gandengan, gitu! #eh #HUTRI71BNI


Ekspresi teman-teman saat berada di depan panggung perayaan HUTRI71 di HK, tepatnya di dekat stand/ booth @bni46. Kira-kira kenapa dua orang itu histeria gitu ya, padahal teman satunya lempeng-lempeng aja tuh mimiknya. @BNI bisa nebak?

Saya mah apa, hanya remahan rengginang di dalam blek khong guan, yang ga bisa nebak-nebak ekspresi dan isi hati. Apalagi isi dompet orang? #emaaf #HUTRI71BNI


"Saya menari di bawah pelangi dulu, ya. Hihihi"

Pelangi satu ini muncul seusai hujan pagi tadi (21/8). Eit, jangan salah. Pelangi yang satu ini bukan tercipta dari bias cahaya pada titik-titik air. Tapi dari pabrik payung. Entah daerah mana, saya tidak mengecek labelnya. Hujan tak selamanya membawa kesedihan. Memang, hujan itu satu persennya adalah air dan sembilan puluh sembilan persen sisanya adalah kenangan.
Tapi percayalah, hujan tak akan turun selamanya. Ia akan berhenti ketika masanya tiba. Ia membawa berkah bersama titik-titiknya yang jatuh dari petala raya. Surya 'kan datang, menghangatkan gigil atas turunnya suhu yang sempat tercipta. Dan senyum itu pasti merekah dengan segera.

Ada hal yang pasti di dunia ini. Perubahan adalah hal pasti. Bila jaman kakek-nenek dulu menyimpan uang di celengan kendi atau celengan jago, maka sekarang, menyimpan uang bisa dengan cara berinvestasi atau dengan prodak-prodak bank.

Satu-satunya bank yang bekerja sama untuk pembayaran biaya perbaruan paspor di Hong Kong dan bank milik negara Indonesia yang pertama kali punya mesin ATM di Hong Kong yaaa … @bni46 ini (seenggaknya hingga tulisan ini diposting). Dududu keren beud. Bahkan, gedung @BNI di Admiralty, HK, bisa dipakai untuk berbagai kegiatan loh. G R A T I S GRATIS! Syarat dan ketentuan berlaku, ya. Kepoin aja ke BNI. Kakak-kakaknya ramah, kok. Serius nggak mau ngepoin kakaknya … eh … ngepoin BNInya? #HUTRI71BNI


Becek di mana-mana. Genangan air di mana-mana. Bukti ada di foto tuh. Tapi tenang, tak ada genangan airmata di indera pernglihat saya begitu musik dangdut menggema di iven tahunana perayaan HUTRI71 di Hong Kong. Ingat dengan "Dangdut is music of  my country"? Inget, dong. Ckckck … alunan musik, suara cengkok dan goyangan biduannya tetap melenakan saya. Dilema, memang. Ya gitu, bingung milih antara antara joget atau motret.

Tapi kalau memilih tempat ngirim uang yang aman dan praktis, tentu ga usah bingung kan ya. Ada @BNI a.k.a @bni46 yang siap melayani warga negara Indonesia di HK. #HUTRI71BNI


Begini nih kesibukan stand/ booth @BNI Remmitance di lapangan rumput, Victoria Park, Hong Kong saat iven tahunan dalam memperingati HUTRI71 (21/8). Kakak-kakak ini membagikan payung, kipas, dan 'pong-pong' (ini sih apa? Hahaha). Semuanya gratis tis tis.

Bahkan, kakak itu bantu bukain payung sekaligus memayungkannya ke teman-teman pekerja migran dan pengunjung di sana. Melihat filosofi payung yang melindungi di kala hujan dan terik, cucok banget dengan cuaca di HK yang semestinya berada di puncak musim panas tetapi malah diguyur hujan (dan petir) bahkan sejak pukul 2 dini hari, fungsi bank milik negara ini tentu melindungi nasabahnya.

Untunglah, sekira pukul 11, hujan reda. Langit kembali cerah dan matahari bersinar terang seolah hujan tidak pernah tiba bebarengan dengan dibukanya panggung hiburan secara resmi oleh Konjen Chalief Akbar. Tepuk tangan makin meriah dan menggema berkat pong-pong. Bejibunnya pengunjung ditambah munculnya sang surya, pegap pun meraja. Saatnya kipas-kipas cantik pakai kipas gratis dari @BNI46.
Stttt, kata kakak-kakak di sana, kalau mau buka akun bank, bisa loh merapettt di booth. Tapi kalau mau kirim uang, tetep harus dateng langsung di BNI remmitance terdekat (kalau dari laprut vic.park, paling deket yaaa… di depannya KJRI HK ituhhh). Di sono ada mesin ATM juga kalau mau transfer. Tuh kan, dimudahkan kan kan kan?

Yawes, ini perayaan #HUTRI71BNI ala saya.


Ini salah satu teman saya, Mbak Lika.

***

2016-09-09

Dies Natalis 32 UT: Double Strike dan Sebuah Kelindan


Hai, UTers.

Sebelum membaca lebih jauh, samakan dulu frekuensi kita, ya. Biar gelombang yang kita terima juga sama. Jadi, seumpama ada kata yang kurang ndhakik-ndhakik dan tidak seformal ciri khas civitas akademika, kita bisa menerima dan menelaah dengan terbuka tulisan dari mahasiswi yang embuh ini.

Meski sudah kelewat seminggu, di Dies Natalis yang ke-32, pada empat windu membangun negeriku, saya mengucapkan terimakasih kepada UT yang telah mewadahi mimpi-mimpi anak negeri untuk melanjutkan sekolah tinggi, khususnya bagi yang mimpinya pernah tercerabut paksa karena masalah ekonomi keluarga. Tapi, kami, saya khususnya, adalah anak-anak negeri yang bermental batu, bukan bermental tahu, yang tidak mudah luruh meski jatuh. Meski domisili saya saat nulis ini masih membentang berhasta-hasta dari tanah pertiwi, mimpi itu akan tetap ada. Bila semesta merestui, mimpi itu akan menjadi nyata, pun menggurita.

Jatuh bangun meraih mimpi tidak perlu saya jabarkan. Pahit, taukkk! Tapi cukup hasilnya saja yang saya kabarkan, yang membuat senyum di bibir kedua orangtua saya. Itu sudah sangat-sangat cukup. Bahwa, meski jauh dari mereka, anaknya yang badung dan rada-rada gila ini tetap baik-baik saja berkat rapalan doa-doa yang mereka bumbungkan ke petala raya.

Dua kali berada di posisi pertama pada lomba fotografi yang diadakan Universitas Terbuka (DiesNatalis31UT dan DiesNatalis32UT) membuat saya tertegun. Double Strike. Karya orang kecil nan lumutan (lucu, imut dan menggemaskan) seperti saya ternyata sesuai dengan apa yang dimaui dewan panitia. Saya bahagia sekaligus mengkeret dibuatnya. Karena sebenarnya ... di luar sana masih banyak foto-foto bagus dan menakjubkan. Dan saya akan tetap mengucapkan terimakasih atas kesempatan dua kali berturut-turut ini. Sehingga saya tidak buru-buru gantung kamera dan terus semangat berkompetisi, di Eyeem salah satunya.

Tapi ya ... gitu. Sebagian besar sekolah di Indonesia masih menjunjung tinggi prestasi akademik dan aneka penelitian/ Karya Ilmiah di atas segala-galanya. Mahasiswa/i kelas crustacea (golongan udang-udangan ... IYKWIM hahaha) macam saya ini serupa pelengkap data. Ada tapi tiada. Null.

Bila saya sedang berada di titik nadir seperti itu, saya tidak mencari bahu untuk bersandar karena si bahu itu pergi menghindar. Saya cukup berdamai dengan segalanya. Saya percaya itu cara semesta menyeleksi. Kalah pada hakikatnya adalah cara semesta menempa. Menyerah adalah pilihan terakhir bila tenaga, jiwa, raga bahkan kemajuan teknologi tak lagi bisa sinkron. Menang adalah bonus dan pengobat atas luka jatuh bangun usaha kita. Ada sebuah kisah, pengalaman dan atau peristiwa yang saling berkelindan, yang hal itu akan kita sebut dengan puzzle kehidupan. *Jaka Sembung makan hungkue, nggak nyambung ... suka-suka guwe.

Saya juga mohon maaf belum bisa 'move on' dari status mahasiswi 'rantai karbon'. Memang sih, saya merasa iri pada teman-teman yang lulus prematur di semester VII, yang nantinya mendapat undangan menghadiri UPI (Upacara Penyerahan Ijazah) di Pondok Cabe. Pun pada teman-teman dengan IPK (Indeks Prestasi Komulatif) warbyasyah. Saya masih tercatat sebagai mahasiswa aktif di di UPBJJ 71 saja sudah syukur dan tidak terkena sapuan gelombang pending massal yang santer di sekitar saya (berdomisili saat nulis ini). Lagipula, saya mah apa, hanya remahan rengginang di dasar blek Khong Guan, yang tidak punya wewenang ilmiah untuk cawe-cawe atau menyelami masalah itu.

Ha piye maneh, saya ini tulang rusuk yang merangkap tulang punggung. Usaha, airmata, putus asa, hingga muntah darah pun cukup saya, Tuhan, dan malaikat yang tahu. Semisal hasilnya jauh dari harapan, mungkin piknik saya kurang jauh atau cairan kafein dalam tubuh saya masih mengelana dalam vena. Saya menunggu neuron berstimulasi dengan O2 yang saya hela, kemudian menyaringnya menjadi semacam dopping. Semoga saja masa tunggunya tidak sampai pada masa terdengarnya terompet sangkakala agar semangat belajar terus membara.

Untuk teman-teman yang menanyakan kapan saya lulus atau menyatakan saya sekolahnya lama dan nggak lulus-lulus, saya menjawab: semua akan eaaa-eaaa pada waktunya.

Tenang, gaes, saat ini jumlah semester saya belum sebanyak Asmaul Husna. Eh!

***

Here ... I exhibit my works. Hope you guys enjoy it. Welcome for any advice.



Mood Booster. Tseung Kwan O-HK 2016.

Menciptakan suasana belajar yang nyaman adalah salah satu cara agar materi bisa diserap sempurna. Ada milk-tea sebagai dopping kala kantuk tak mau diajak kompromi, as you know … belajar itu bawaannya ngantukkk. Kalo nggak mood kan bawaaanya ngamukkk. Hahaha.



Keep the eyes on and focus! Kennedy Town-HK, 2015.

Saat test (UAS) gini kita harus tetep fokus dan mata nggak pakek lirik-lirik _ tar juling hahaha. Percaya diri dengan kemampuan sendiri. Bila belajar telah maksimal, tuton dan tugas juga lengkap, percayalah … usaha tidak akan menghianati hasil. Bila masih gagal … bangkit lagi dan coba lagi. Kita 'kan mahasiswa/i kelas rumput teki yang tak mudah mati.



Numero Uno. Causeway Bay-HK, 2016.

Kepala UPBJJ LLN, Maximus Gorky Sembiring bersama mahasiswa UT di Hong Kong melakukan diskusi tertutup yang difasilitasi oleh PENSOSBUD KJRI HK.


Mahasiswi-mahasiswi UT di HK mengikuti karnaval. Tsim Sha Tsui-HK, 2015.

Semangat belajar agar ketika kami pulang nanti membawa nilai plus menjadi sarjana, terus kami gaungkan di seantero HK. Jumlah mahasiswa UT sekitar 250 dan di kampus lain/ program pendidikan lain sekitar 1500 adalah sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah total pekerja migran asal Indonesia di HK (sekitar 150.000). Kesadaran mencari ilmu adalah kebutuhan masing-masing. Tidak perlu propaganda dan atau dipaksa-paksa. Cukup kami tunjukkan dengan contoh nyata. 


Just say hi. Kennedy Town-HK, 2015.

Kamuh dapet calam dari kamih. Celamat belajar, eaaa. *mendadak 4L4Y* Emaaf.

Sampai jumpa.