[Nekad Blusukan] Sam Tung Uk: Hong Kong Tempo Doeloe

"Sam Tung Uk Museum, komplek perumahan tempo doeloe ala Hong Kong ini merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa lampau yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hong Kong, khususnya masyarakat klan Hakka (marga Chan) yang berasal dari propinsi Guang Dong, China. ," lanjutnya.

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

Orang bilang: foto-foto cantik itu biasa, foto-foto ekstrem itu barulah luar biasa.

[Nekad Blusukan] Sheung Wan: Pusat Graffiti di Hong Kong

Tai Ping Shan merupakan daerah Sheung Wan bagian atas. Area ini terkenal sebagai tujuan pecinta seni dengan aneka galeri serta barang-barang antiknya. Sehingga tak salah jika Sheung Wan menjadi salah satu pusat grafiti di Hong Kong.

[Nekad Blusukan] Plesir ke Pacitan

Pantai Teleng Ria berada di teluk Pacitan. Ini adalah salah satu pantai yang menjadi jargon tanah kelahiran presiden SBY. Tanah berumput hijau terhampar luas sebelum mencapai bibir pantai. Bunga bakung ungu menyembul di antara rerumputan itu. Ada juga segerombol pohon cemara jarum dan tunas kelapa yang mesih rendah. Wow, indah bukan buatan.

[Nekad Blusukan] Hong Kong Rasa Kanada

Sweet gum bukanlah mapel. Bentuk daunnya ada yang menjari 3, 4 dan 5. Ukurannya pun berbeda sesuai dengan musim di mana pada musim semi, daunnya lebih lebar.

2015-05-31

[Octivity] Indohikers: Circle of Friendship

Indohikers: Circle of Friendship

Bertepatan dengan hari buruh, Indonesian Hikers (Indohikers) memperingati hari jadi yang ke-3(1/5). Acara yang bertema "circle of friendship" ini bertempat di Clear Water Bay, Saikung. 

Menurut ketua Indohikers, Asti Maria, tema ini dipilih karena memiliki makna khusus. Persahabatan diibaratkan seperti lingkaran yang saling sambung-menyambung dan satu kesatuan. Persahabatan di sini tidak hanya antar teman tetapi juga pada alam sebagaimana slogan Indohikers, "go green, back to nature", lanjutnya.

Ia berharap agar terjalin persahabatan yang indah antar sesama Indohikers, sesama teman hiking maupun dari organisasi lain.

Acara diisi dengan aneka hiburan dari tamu undangan maupun dari anggota Indohikers sendiri. Antara lain: menyanyi dengan iringan petikan ukulele, baca puisi, stand-up comedy, drama, menari massal, aneka perlombaan dan bagi-bagi hadiah.

Tidak hanya bersenang-senang, Indohikers juga mengadakan galang dana untuk korban bencana alam yang terjadi di Nepal. Sumbangan yang terkumpul mencapai HKD 1700.

Risna Okvitasari.

2015-05-30

[Octivity] Lensational & Voltra Workshop Photography

Lensational & Voltra Workshop Photography

Belasan Buruh Migran Indonesia (BMI) mengikuti workshop Photography yang diadakan oleh Lensational (Lens and Sensational), sebuah organisasi non profit yang memberdayakan perempuan melalui fotografi. Workshop kali ini Lensational menggandeng Voltra (Volunteerism and travel), sebuah organisasi non pemerintah yang menggabungkan kekuatan kesukarelaan dan pertukaran budaya selama berwisata.

Kegiatan yang dimulai pukul 13:00-17:00 ini diawali dengan perkenalan antar anggota dengan mendeskripsikan diri sendiri seperti buah-buahan. Canda dan tawa mewarnai perkenalan awal pada workshop ini. Acara dilanjutkan dengan hunting foto di Kowloon Park dengan membaurkan antara peserta dan penyelenggara serta membaginya dalam grup-grup kecil. Tidak adanya ketentuan khusus mengenai genre foto yang diambil membuat peserta lebih bebas membidikkan kamera pada objek-objek yang dianggap menarik. Entah itu memotret hewan, bunga, manusia hingga membuat foto dengan objek mengambang atau yang disebut levitasi.

Dua jam kemudian, peserta workshop diajak berwisata di salah satu destinasi wajib bagi pelancong yang datang ke Hong Kong. Lokasi hunting foto dilanjutkan di Star Ferry. Para peserta begitu antusias manakala tim Lensational meminta menunjukkan hasil foto sekaligus menjelaskan kenapa foto tersebut dipilih pada akhir workshop.

Asti, misalnya. Ia menunjukkan foto lelaki yang memakai masker yang sedang menggendong anak kecil. Foto lelaki itu memiliki tatapan mata begitu tajam di mana ia tahu kalo sedang dipotret seolah-olah berkata bahwa ia melindungi anaknya dari bidikan kamera.

Seusai workshop, baik dari Lensational maupun Voltra melakukan evaluasi kegiatan termasuk apa saja kekurangan workshop kali ini sehingga workshop mendatang berjalan lebih baik lagi. Menurut salah satu anggota Lensational, Amy, workshop kali ini tidak terkendala oleh bahasa meski berkomunikasi dalam bahasa kantonis lantaran para BMI begitu fasih berbahasa kantonis. Sedangkan Venus dari Voltra mengatakan bahwa ia melihat kegembiraan dalam kegiatan ini. Di mana para peserta tidak terbebani dengan tema foto. Mereka menikmati workshop serupa berwisata.

"Senang. Bisa berbaur, belajar dengan orang lokal dan tidak ada gap antara kita," ucap Asti saat menyatakan kesannya mengikuti workshop ini.

Workshop hari kedua akan diselenggarakan pada tanggal 10 Mei pukul 13:00-17:00 untuk melihat wajah Hong Kong tempo dulu di Shek Kip Mei.

Risna Okvitasari.

2015-05-23

[Octivity] UAS 2015.1 Mahasiswa UT di Hong Kong

UAS Mahasiswa UT di Hong Kong


Sekitar 250 mahasiswa Universitas Terbuka (UT) mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) tahun akademik 2015.1 di Bayanihan, Kennedy Town Center. UAS ini berlangsung dua hari, yakni tanggal 3 dan 10 Mei 2015. Sebagain besar peserta UAS adalah Buruh Migran Indonesia dari Hong Kong dan Macao.

UAS yang dimulai pukul 9:00 hingga 16:30 ini dihadiri oleh pemantau UAS sekaligus dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Anto Hidayat. Dikatakannya, UAS berjalan lancar dan tertib. Peserta UAS pun begitu antusias dengan menaati tata tertib ujian serta mematangkan materi dari jauh-jauh hari.

"Kalau dikatakan kendala, ada beberapa mahasiswa yang tidak hadir. Sayang sekali, apakah (mahasiswa tersebut) sakit? Apakah tidak mendapat ijin dari majikan?" ucapnya.

Sehari sebelumnya (2/5), sembilan wisudawan mengikuti Upacara Penyerahan Ijazah di ruang Ramayana, KJRI-HK, yang dihadiri oleh Rektor Tian Belawati, Rektor Pembantu I Yuni Tri Hewindarti, dosen FISIP Anto Hidayat, pejabat KJRI dan tamu undangan.

UT merupakan universitas negeri yang memiliki sistem pendidikan jarak jauh. Dikatakan terbuka karena menjadi mahasiswa UT tidak mengenal seleksi masuk, perbedaan latar belakang ekonomi maupun letak geografis dan telah menjangkau hingga luar negeri. Setidaknya ada 38 Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) UT, dr Papua sampai Aceh plus UPBJJ Layanan Luar Negeri untuk mahasiswa yang berada di luar negeri, termasuk mahasiswa di Hong Kong dan Macau berada di UPBJJLLN ini.

Di UT ada skema layanan Sipas dan Non Sipas. Mahasiswa bebas memilih akses tersebut yang nantinya ada konsekuensi terhadap besaran biaya kuliah. Namun, mahasiswa tetap mendapatkan layanan inti yang sama. Karena, dalam pelaksanaan UAS nantinya tetap bersama. Dalam hal tertentu, pelaksanaan UPI misalnya, UT bermitra dengan dengan perwakilan Indonesia di luar negeri, salah satunya adalah KJRI.

Sedangkan untuk alumni, bisa bergabung dalam penyelenggaraan ujian sebagaimana pelaksanaan UAS tahun akademik 2015.1. Tetapi, mekanisme seleksi itu akan dibicarakan lebih lanjut.

Ketika ditanya mengenai ketidakhadiran peserta ujian, salah satu pengurus Pokjar, Wiwinda Harnanik, mengatakan bahwa tidak ada konfirmasi apapun dari mahasiswa yang bersangkutan. Namun, ia menyatakan memang ada seorang mahasiswa yang menumpang ujian di Bandung karena sedang dalam proses menunggu visa kerja.

Risna Okvitasari









2015-05-15

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

By: Sinna Her
Musim semi telah mengubah suhu udara di Hong Kong menjadi lebih hangat. Matahari yang beberapa waktu lalu sedikit malu dan bersembunyi di balik kabut, kini mulai menampakkan sinarnya lagi. Bila cuaca cerah, tak ada salahnya kita menikmati indahnya wisata di kampung nelayan, Lei Yue Mun.

Tugu Selamat Datang

Lei Yue Mun terletak di distrik Yau Tong. Dua tugu ikan koi (lei yue) yang menjadi maskot daerah itu akan menyambut kedatangan kita. Dari namanya saja: kampung nelayan, tentu di sana banyak sampan dan perahu, baik yang ditambatkan atau yang hilir mudik. Aroma laut semakin menusuk hidung bersama udara yang kadang bercampur bau amis ikan. Hal ini semakin membuat wisata kita makin menarik.
Lalu, apa saja yang ada di sana? Begitu memasuki kampung nelayan, kita akan disuguhi model rumah-rumah berlantai satu atau dua. Kita bahkan bisa menjumpai rumah panggung, terutama yang berada di bibir daratan. Letaknya pun berhimpitan. Jalanannya tidak lebar, serupa gang tikus, dan agak kumuh.



Apabila kita masuk ke area yang lebih dalam, kita akan menemukan reruntuhan rumah panggung. Sampah pun menggunung di sini. Pemandangan ini terlihat sangat berbeda dengan kondisi barian apartemen di jantung kota Hong Kong.
Kiri dan kanan jalan dijejali kios penjual makanan ringan (snack) tradisional. Beberapa diantaranya: biskuit gulung, biskuit almond, kue kacang merah, permen kacang tanah/wijen, hingga daging asap-madu. Selain jajaran restoran seafood, ada beberapa lapak penjual buah, penjual hasil laut yang masih segar ataupun yang sudah dikeringkan, dan penjual wine.

Ada hal unik jika kita melakukan wisata kuliner di restoran di sini. Sebelum makan, kita harus membeli dulu hasil laut apa saja yang akan menjadi menu kita. Entah itu udang, ikan, atau kerang yang jenis maupun harganya sangat variatif dan relatif mahal.
Setelah urusan nego bahan makanan segar ini beres, barulah si penjual akan menyerahkannya kepada restoran tempat kita makan. Jangan takut bila kita tidak tahu cara masaknya. Nanti si penjual akan merekomendasikan menu yang tepat untuk bahan makanan yang telah kita beli.
Nah, restoran inilah yang menjual jasa/tenaga memasak hasil laut tadi. Citarasa masakan akan terpelihara lantaran berasal dari bahan makanan yang segar dan penyajian yang masih panas alias baru keluar dari dapur. Akan tetapi, bila kita memesan nasi atau sayur, maka perhitungannya pun lain. Kerjasama model begini tentunya saling menguntungkan antara pihak restoran dan pemilik kios seafood. Penikmat wisata kuliner pun akan puas dengan rasa yang benar-benar menggoyang lidah.
Selain menyediakan kuliner seafood, di perkampungan ini juga terdapat lapangan basket yang berpagar kawat nan menjulang tinggi, mengitari luas lapangannya. Ketika saya ke sana, lapangan itu sepi.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke kuil Tin Hau, kuil milik pemeluk agama Tao, dewa pelindung para nelayan. Bisa ditebak, di setiap kampung nelayan pasti ada kuil Tin Hau. Tepat di depan kuil bagian kanan, ada bebatuan besar dengan aksara china. Tulisan itu merupakan puisi yang isinya disesuaikan dengan lokasi. Asap dupa pun menyembul.
Selain itu, ada sebuah mercusuar yang berdiri megah. Bila hari mulai gelap, lampunya akan menyala sebagai sinyal bahwa pelabuhan Sam Ka Tsuen sudah dekat. Para pengunjung banyak yang memanfaatkannya untuk memancing di area ini. Beberapa pengunjung lain sibuk dengan kamera untuk mengabadikan pemadangan pelabuhan yang menawan, terlebih panormaa saat senja hingga warna-warni gemerlap lampu pada malam hari.

Tepat berada di tengah-tengah lokasi antara restoran seafood, kuil, dan mercusuar, berdiri kokoh sebuah “pohon harapan”. Sebagaimana adat masyarakat China bila Imlek tiba, mereka akan melakukan ritual permohonan dengan cara menuliskan permohonannya pada kertas (warna merah) kemudian mengikatnya pada tali dan jeruk, lalu melemparnya ke pohon itu hingga jeruknya tadi tersangkut pada cabang pohon. Konon, hal ini dipercaya, akan menghadirkan keberuntungan.

Untuk ke sana, kita bisa menggunakan Mass Transit Railway (MTR) dan turun di exit A2 Yau Tong, kemudian ikuti arah penunjuk jalan menuju kampung nelayan Lei Yiu Mun. Kita juga bisa menggunakan kapal ferry, lantaran di kampung ini juga terdapat pelabuhan Sam Ka Tsuen Ferry Pier.