[Nekad Blusukan] Sam Tung Uk: Hong Kong Tempo Doeloe

"Sam Tung Uk Museum, komplek perumahan tempo doeloe ala Hong Kong ini merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa lampau yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hong Kong, khususnya masyarakat klan Hakka (marga Chan) yang berasal dari propinsi Guang Dong, China. ," lanjutnya.

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

Orang bilang: foto-foto cantik itu biasa, foto-foto ekstrem itu barulah luar biasa.

[Nekad Blusukan] Sheung Wan: Pusat Graffiti di Hong Kong

Tai Ping Shan merupakan daerah Sheung Wan bagian atas. Area ini terkenal sebagai tujuan pecinta seni dengan aneka galeri serta barang-barang antiknya. Sehingga tak salah jika Sheung Wan menjadi salah satu pusat grafiti di Hong Kong.

[Nekad Blusukan] Plesir ke Pacitan

Pantai Teleng Ria berada di teluk Pacitan. Ini adalah salah satu pantai yang menjadi jargon tanah kelahiran presiden SBY. Tanah berumput hijau terhampar luas sebelum mencapai bibir pantai. Bunga bakung ungu menyembul di antara rerumputan itu. Ada juga segerombol pohon cemara jarum dan tunas kelapa yang mesih rendah. Wow, indah bukan buatan.

[Nekad Blusukan] Hong Kong Rasa Kanada

Sweet gum bukanlah mapel. Bentuk daunnya ada yang menjari 3, 4 dan 5. Ukurannya pun berbeda sesuai dengan musim di mana pada musim semi, daunnya lebih lebar.

2014-04-29

[Curcol] Terkunci di Dalam Makam

Oleh: Sinna Hermanto

Hari yang paling dinanti para pekerja migran sentero tlathah Bauhinia selain hari gajian adalah hari libur. Memang, hukum perburuhan di Hong Kong memberi waktu istirahat 1 hari dalam seminggu bagi pekerjanya. Bila beruntung, libur ini akan didapatkan tiap hari Minggu berikut hari libur nasional lainnya yang berjumlah 12 hari setahun. Dalam kenyataannya, banyak pekerja migran yang hanya mendapatkan libur 2x sebulan atau malah 1x sebulan.

Banyak faktor yang menyebabkan adanya kasus semacam ini. Entah karena perjanjian di awal kontrak kerja, ketidaktahuan hukum perburuhan, atau memang sebentuk pembodohan berjamaah antara segitiga maut antara lopan, agen dan PeTe. Bahkan pekerja itu sendiri yang hooh-hooh saja menerima keputusan itu demi pengiritan karena berfikir libur itu habis-habisin uang transport dan uang makan. Belum lagi sepulang libur capeknya ngudubillahdan kondisi tempat kerja yang mirip kapal pecah ketika ditinggal kungyan menikmati istirahat seharian. Ketika jelas-jelas hak liburnya disunat habis-habisan, sebagian mereka banyak yang mengeluh dengan sesamanya ketika berpapasan di pasar, di MTR, di jalan, atau paling keren … curhat di fesbuk.

Bagi pekerja yang beruntung, mereka bisa memanfaatkan hari liburnya dengan mengikuti pengajian, seminar/ workshop, kursus-kursus hingga sekolah dan kuliah. Segelintir pekerja yang beruntung itu adalah Asti yang saat ini menginjak tahun pertama di rumah majikan barunya di Sheung Wan.
Asti ini termasuk pekerja nekad_bukan naked. Hehehe, kalo naked kan syerem banget! Sosok anggun (anak Nggunung) yang hobi mendaki puncak-puncak tertingggi di Hong Kong dan kalungan kamera segede ember ini memang suka dengan foto-foto. Berbagai aliran fotografi ia coba. Namun yang paing sering dilakukannya adalah s-e-l-f-i-e, selfie.

Dalam perjalanan dari lapangan Piktori menuju salah satu makam di Hong Kong, bersama teman-temannya, ia membahas tema “generasi menunduk” yang menjangkiti manusia-manusia modern hari ini. Mereka menunduk bukan karena menaruh hormat atau takzim dan tunduk, tetapi ini adalah gambaran generasi yang terhipnotis dunia maya yang disediakan gratis oleh gadget canggih yang saat ini sangat menjamur di mana-mana. Dalam kondisi apapun, mereka akan fokus menunduk guna memelototi barang elektronik pipih nan slim itu. Meski ada teman di dekat, generasi ini lebih peduli dengan gadget canggih tersebut.

Nah, ketika sampai di makam, Asti segera melancarkan aksinya. Ia dan teman-temannya belajar memotret model bertema “beauty of spooky”. Hehehe, keren kan temanya? Padahal beberapa waktu sebelumnya, Asti sudah diwanti-wanti bakal kena usir juru kunci alias penjaga makam. Bukan Asti namanya kalo gampang menyerah. Dengan aksi berpura-pura cuek berikut ransel segede gaban yang nangkring di punggungnya, ia dan temannya memasuki makam. Mereka terus ke bagian dalam hingga mentok ke tempat yang agak tersembunyi guna menghindari petugas yang sewaktu-waktu bisa mengusir paksa para penyelundup asing ini.

Saking asyiknya jepret-jepret, jarum jam pada arloji Asri telah menunjukkan angka 6 dan 2. Wah, gawat, itu berarti sudah jam 6 lebih! Dari pojok kiri makam menuju pintu gerbang, mereka pun berjalan dengan tergesa. Ada rasa was-was. Susah payah teman Asti menyembunyikan kamera di balik baju kebesarannya (baju yang ukurannya terlalu besar dari postur tubuh). Bahkan, sempat keluar ide melompat pagar makam jika pintu gerbang dikunci.

Dan benar! Pintu gerbang telah digembok. Waduh, nggak lucu kan kalau para tukang foto dan modelnya bermalam di makam? Cilaka dua belas nih, batin Asti!

Untunglah kantor/ ruang penjaga yang berhadapan langsung dengan pintu gerbang yang berjarak sekitar 3 meter di bagian dalam makam itu belum kosong. Seorang penjaga keluar. Hati Asti yang semula ketar ketir terkiwir-kiwir menjadi sedikit lega. Sebelum disemprot penjaga, Asti pasang wajah innocent dan tersenyum paling manis sejagad raya. Ia pun mengucap maaf berkali-kali.

Pak penjaga akhirnya membuka gembok dan memersilakan asti dan teman-temannya keluar. Tak lupa Asti diperingatkan bahwa makam itu tutup pukul 6. Sambil mengucapkan maaf dan tersenyum sekali lagi, Asti dan teman-teman pun pergi. Suasana seram tetap membuntuti ketika gelap mulai menggerayangi terlebih masih harus melewati makam katolik dan makam muslim yang terletak berjajar. Membayangkan terkunci semalaman di dalam makam benar-benar membuat ngeri.

Hiii.

***

2014-04-24

[Curcol] Red One, Please?

Red One, Please?

Akhir Desember 2013, pecinta balap mobil Formula 1 atau F-1 dihebohkan dengan berita kecelakaan yang dialami bintang lapangan, Michael Schumacher. Schumie, nama panggilannya, mengalami cidera kepala saat bermain ski bersama keluarganya hingga menyebabkan kondisinya kritis dan koma.

Membaca kembali berita tersebut, terlebih ada kata F-1, mengingatkan saya pada kisah yang diceritakan budhe Susan beberapa waktu lalu. Saat itu organisasi tempatnya belajar dan kumpul-kumpul hendak mengadakan suatu pesta. Sebagai pentolan organisasi, tentu ia ketiban sampur untuk wira-wiri dan ikutan mumet menyusun acara yang super njlimet.

Mulai dari urusan gedung, kepanitiaan, susunan acara hingga masalah yang dianggap remeh tetapi menyangkut hajat hidup orang banyak, yakni tentang konsumsi. Sebagaimana kita tahu, budhe Susan ini tidak cocok didudukku pada kursi seksi konsumsi. Selain karena parawakan cungkring, tanpa embel-embel seksi konsumsi pun ia sudah seksi sekali.

Dalam suasana rapat yang heboh itu, budhe Susan sedikit dongkol manakala beberapa orang dari teamnya malah sibuk ngusek-ngusek hengpon dulit (baca: ponsel layar setuh). Maklum, pekerja migran di Hong Kong yang mencapai angka 300 ribu ini sudah didikte arus milenium dengan gadget cangggingnya. Baik yang seukuran telapak tangan hingga seukuran telenan. Apalagi kalau bukan komen-komenan di jejaring sosial sambil pasang foto selfie atau foto narsis, dengan pose jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V. Victory! Termasuk penulis.

Akhirnya rapat alot itu sampai pada bahasan tentang konsumsi. Seseorang dari golongan sayap kiri memberi usul agar menyediakan minuman suegerrrmbulenikeminggris dan gahoool (gaul).

“Red one.” Begitu nama minumannya. Budhe Susan yang bahasa Ingrisnya bernative British, sedikit tersentak dengan dua kata itu. Seumur-umur ia belum pernah mendengar merk atau jenis minumannya. Padahal ia sudah wareg ngurus nenek pikun yang setiap hari menceritakan kisah yang sama tentang masa lalunya semasa di Inggris sana, yang tentunya lebih banyak bicara bahasa Inggris daripada bahasa Kantonis.

Di tengah kebingungan budhe Susan, si pemberi usul tadi meluruskan bahwa ‘Red One’ itu adalah nama minuman dari anggur merah, bukan buah anggur yang kulitnya berwarna merah. Mendengar itu, budhe Susan langsung ngakak terjengkang-jengkang. Oalah, ternyata maksud dari red one itu red wine, toh!

Sayap kiri yang keukeuh dengan red winenya, sayap kanan tentu tak mau kalah. Sebuah minuman asli Indonesia yang juga tak kalah swegerrr dan warnanya juga sama-sama merah meski dibandrol dengan harga yang reltif lebih ramah di kantong pun disebut. Nama minuman itu adalah …

“Mardjan!”

***

2014-04-15

Makkk, aku masuk Koran!



  1. http://hk.apple.nextmedia.com/supplement/culture/art/20140414/18688526
  2. http://m.scmp.com/news/hong-kong/education-community/article/1830601/shooting-stars-domestic-helpers-discover-their
  3. https://medium.com/@ianchriswong/against-all-odds-two-indonesian-maids-dream-of-going-pro-f9a54911c075#.5pb4h677o
  4. http://surabaya.ut.ac.id/index.php/berita/325-pemenang-lomba-fotografi-dan-lomba-pembuatan-video-untuk-mahasiswa-dalam-rangka-dies-natalis-ut-ke-32

2014-04-14

(Akurapopo) Kekasih-kekasihku

1395916556723153511
Foto doc.pri


Kekasih-kekasihku.


Sepulang kerja sore ini aku mampir ke butik lantaran terpampang kalimat ‘sale up to 70%‘ di dekat pintu. Aku masuk tapi sekedar melihat-lihat. Maklum, meski ganti musim selalu ada diskon besar-besaran tetapi jika isi dompet tidak mendukung, yang kubisa hanya gigit jari sampai buntung.


Setelah dipelototi sama penjaganya, aku keluar dengan napas setengah lega. Masalahnya, berjarak lima langkah di depanku, kulihat kekasihku mencium bibir seseorang dengan mesranya. Aku harus bagaimana? Aku harus kuat‬.

Akhirnya aku mendekatinya, memasang senyum paling jahannam yang kupunya.

“Semoga langgeng ya, Mas.” sambil mengeluarkan kentut paling menggelegar tanpa ampasnya.
“Bruutt!!”

Aku berlalu. Sesak mendera hatiku. Akurapopo‬, akurapopo, toh yang dicium kekasihku juga mantan kekasihku.
***