[Nekad Blusukan] Sam Tung Uk: Hong Kong Tempo Doeloe

"Sam Tung Uk Museum, komplek perumahan tempo doeloe ala Hong Kong ini merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa lampau yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hong Kong, khususnya masyarakat klan Hakka (marga Chan) yang berasal dari propinsi Guang Dong, China. ," lanjutnya.

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

Orang bilang: foto-foto cantik itu biasa, foto-foto ekstrem itu barulah luar biasa.

[Nekad Blusukan] Sheung Wan: Pusat Graffiti di Hong Kong

Tai Ping Shan merupakan daerah Sheung Wan bagian atas. Area ini terkenal sebagai tujuan pecinta seni dengan aneka galeri serta barang-barang antiknya. Sehingga tak salah jika Sheung Wan menjadi salah satu pusat grafiti di Hong Kong.

[Nekad Blusukan] Plesir ke Pacitan

Pantai Teleng Ria berada di teluk Pacitan. Ini adalah salah satu pantai yang menjadi jargon tanah kelahiran presiden SBY. Tanah berumput hijau terhampar luas sebelum mencapai bibir pantai. Bunga bakung ungu menyembul di antara rerumputan itu. Ada juga segerombol pohon cemara jarum dan tunas kelapa yang mesih rendah. Wow, indah bukan buatan.

[Nekad Blusukan] Hong Kong Rasa Kanada

Sweet gum bukanlah mapel. Bentuk daunnya ada yang menjari 3, 4 dan 5. Ukurannya pun berbeda sesuai dengan musim di mana pada musim semi, daunnya lebih lebar.

2015-07-31

[Nekad Blusukan] Mui Wo: Pilih ke Air Terjun atau pantainya, ya ...

Libur t’lah tiba, libur t’lah tiba, hore… hore…
Demikian sepenggal lirik lagu yang dipopulerkan penyanyi cilik di era millennium, Tasya. Lagu ini cocok sekali mengiringi perjalanan kita untuk mengisi waktu libur di hari Minggu. Bulan Agustus memang menjadi puncak musim panas di belahan Utara bumi, termasuk Hong Kong. Dan bermain air adalah pilihan yang pas untuk merayakan musim penuh keringat ini.
Sebelumnya, siapkan kelengkapan liburan sesuai kondisi masing-masing: pakaian yang nyaman, bekal yang cukup terutama air minum, pakaian ganti, hingga sun block cream. Jangan salah, tidak semua dari kita kebal dengan paparan sinar UV matahari. Ada beberapa orang yang kulitnya menjadi melepuh kemerahan seperti tersiram air mendidih lalu terasa sakit/nyeri. Oleh karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan?
Kali ini, kita akan meluncur ke wilayah Timur Lantau Island. Di sana kita bisa mengunjungi dua tempat bermain air sekaligus dalam waktu satu hari. Jangan mengkhawatirkan curah hujan yang turun sangat deras akhir Juli ini. Hujan adalah kawan, hujan membawa berkah bersama turunnya titik-titik air. Kenapa? Dengan banyaknya curah hujan maka debit air juga akan lebih banyak. Belum lagi segerombolan awan putih-kelabu yang memenuhi langit biru akan memberi kesan dramatis. Langit menjadi lebih keren dan tidak nge-flat/datar-datar saja.

Silvermine Waterfall
Mui Wo 3 [risna okvitasari, apakabar plus]
Air terjun ini merupakan salah satu air terjun cantik di Hong Kong, yang bisa diakses dengan jalur yang lumayan gampang. Meski bukan aspal, kita bisa mengikuti jalur setapak yang mulus di pinggiran pantai menuju jembatan di depan pasar Mui Wo, lalu melewati rumah-rumah penduduk berlantai satu atau berlantai dua yang ditunggui oleh anjingnya di depan pintu. Kebun sayuran atau buah-buahan akan menggoda kita untuk memetiknya. Tapi jangan dipetik, ya! Itu milik penduduk sana. Kita bisa bermasalah bila mengambilnya tanpa ijin.
Sesekali kita akan berpapasan dengan pengguna sepeda. Di beberapa bagian, kita akan menemukan pohon besar dengan akar napas yang menjulur-julur selayaknya pohon beringin. Ada hutan bakau di pinggir aliran sungai. Sungai inilah yang bermuara di pantainya. Berada di sepanjang rute ini, kita akan langsung merasakan suasana kampung halaman.
Cukup berjalan sekitar 30 menit, kita akan menemukan air terjun, pavilion, dan barbeque (BBQ) area. Area ini lumayan ramai. Namun, bukan ini tujuan kita. Kita masih akan melanjutkan perjalanan melewati belukar dan hutan. Jangan takut tersesat karena banyak penanda jalan yang bisa kita jadikan acuan, meski beberapa diantaranya agak rusak atau tidak terawat. Sebagai pendaki, saya dan teman-teman mengandalkan penunjuk jalan dari pita yang diikat di reranting pohon bila kami memasuki area hutan. Dan ini sangat membantu.
Memang, untuk mencapai tempat yang indah, adakalanya kita memerlukan usaha atau pengorbanan ekstra. No pain no gain! Namun, semua lelah itu akan terbayar tunai saat kita mencapai destinasi. Kita bisa langsung bermain air, membuka bekal makanan, atau sekadar berfoto-foto dan merasakan “bisikan” sang air terjun.
Mui Wo 1 [risna okvitasari, apakabar plus]
Di sini kita akan disuguhi 3 tingkat air terjun. Masing-masing memiliki keunikannya. Airnya sengaja dibendung untuk area berenang atau berendam. Ada pipa paralon dengan diameter sebesar lengan orang dewasa yang ditanam di bagian bendungan kecil tadi. Saya sendiri tidak tahu fungsinya. Tetapi saat kita melewati jalur pendakian tadi, kita akan paham bahwa air ini dialirkan ke ladang penduduk, mengingat di dekat area air terjun paling bawah tadi ada pipa bocor. Airnya menyembur ke mana-mana.
Setelah puas bermain di air terjun, sekitar pukul 4 sore, kita bisa kembali ke pantai. Ada dua alternatif menuju ke sana. Pertama, kita kembali ke jalur keberangkatan yang tentunya sudah kita lewati tadi. Namun, saya menyarankan untuk memutar ke jalur lain dengan tetap mengikuti pita penanda jalan. Jalur ini pun lumayan gampang untuk ukuran kita-kita yang jarang naik gunung sekalipun. Di atas sana kita bisa melihat pemandangan Mui Wo dari ketinggian. Di sisi kiri dan kanan adalah puncak-puncak Lantau. Sedangkan bagian belakang adalah wilayah Ngong Ping, Big Buddha.
Mui Wo 4 [risna okvitasari, apakabar plus]
Angin sepoi-sepoi, hijaunya alam, birunya langit, dan gugusan awan adalah kombinasi sempurna. Terlebih, kita ke sana dengan sahabat-sahabat dekat. Amboi, nikmat dunia mana lagi yang kita dustakan?
Pada jalur turun, kita akan melewati undakan berkelok dengan handrail warna hijau di sisi kiri. Kita tidak usah heran lantaran sebagian besar jalur pendakian di Hong Kong memang sengaja dibangun berikut fasilitas untuk memberi kemudahan penduduknya. Seusai menuruni tangga, jalur bersambung dengan jalan setapak tempat kita berbelok ke hutan belukar saat berangkat tadi.
Mui Wo 5 [risna okvitasari, apakabar plus]
Bermain di alam terbuka adalah panggilan jiwa, meski sehari-hari kita berkutat di kota metropolis. Alam akan selalu menjadi tempat kembali karena ia adalah bagian dari pertumbuhan kita.

Silvermine Beach
Mui Wo 7 [risna okvitasari, apakabar plus]
Senja di pantai Silvermine adalah salah satu hal eksotik yang bisa kita coba di akhir pekan. Sinar matahari tak lagi segarang siang. Semburat oranye dari arah jam 6 membuat puncak ketinggian yang menjadi batas pantai menjadi berwana kuning keemasan.
Memasuki area pantai, kita akan disuguhi bendera umbul-umbul yang menjadi ciri khas area sembahyang Hong Kong. Namun, di sini kita tidak menjumpai area sembahyang itu. Kita malah menemukan area BBQ. Beberapa pengunjung mencari kerang atau ikan di wilayah pertemuan antara sungai dan pantai, di bawah jembatan yang berhias umbul-umbul tadi.
Mui Wo 6 [risna okvitasari, apakabar plus]
Di hamparan pasir itu, para pengunjung ada yang mendirikan tenda, berjemur, bermain voli pantai, atau games lainnya. Tak jarang dari mereka langsung nyebur ke air. Berenang di pantai ini sangat aman, meski airnya tidak terlalu jernih, mengingat banyaknya pasir yang bercampur gelombang yang datang dan pergi mendekat bibir pantai. Ada pembatas area aman berenang dengan pelampung warna oranye menyala, yang membentang dari kiri ke kanan. Penjaga pantai pun berpatroli dengan berjalan kaki atau menggunakan kayak khusus, memperingatkan pengunjung bandel yang berenang melewati pelampung.
Tidak banyak yang bisa saya nikmati di sini lantaran badan sudah capek. Belum lagi tipikal pantai di Hong Kong yang selalu ramai membuat kita kurang bisa ‘memiliki’ pantai itu secara utuh. Ketika jam menunjukkan pukul 6:45 sore, terdengar bunyi dari pengeras suara bahwa pantai akan ditutup 15 menit lagi. Saya pun bergegas pulang.
Ada yang aneh saat kembali ke stasiun bus. Ada segerombolan sapi yang dilepas secara liar di ujung pantai, tepat di arah jam 12 dari Silvermine Resort. Padahal, ketika saya tiba tadi, sapi-sapi itu tidak ada. Seorang teman saya nyeletuk, sapi-sapi itu mungkin dimanfaatkan untuk mengusir pengunjung yang membandel dan tidak mau pulang. Saya tertawa bersama senja yang kian pekat dan menua.
Mui Wo 8 [risna okvitasari, apakabar plus]
Untuk ke sana, kita bisa menggunakan kapal Ferry dari Central dan turun langsung di Mui Wo. Atau, kita bisa ke sana dari MTR Tung Chung dengan menggunakan bus nomor 3M dan turun di Mui Wo Market.
Selamat berakhir pekan! 

2015-07-30

[Octivity] Antara Tolikara dan Kowloon Park

Hong Kong | 19/7/2015

Sekumpuan mahasiswa Pokjar Mandiri Universitas Terbuka di Hong Kong mengadakan acara halal bihalal di Kowloon Park, Tsim Sha Tsui, Hong Kong. Acara yang seyogyanya diadakan pukul 10 pagi itu harus molor satu jam ke belakang. Cuaca panas dan gerah tak menyurutkan semangat wanita-anita luar biasa ini untuk mengikuti acara hingga selesai pukul 2 siang.

Suasana makin haru manakala doa yang dipimpin oleh Siti membuat sebagian peserta menangis. Yang menarik, acara dimeriahkan dengan pembacaan sholawat dan aneka hiburan lainnya. Yakni penampilan stand up comedy oleh Fera dan Risna serta deklamasi puisi oleh dan karya pribadi, Rina.

Lalu, apa hubungannya dengab Tolikara?

Insiden kebakaran saat pelaksanaan sholat ied di sana memicu perdebatan dan adu argumentasi di dunia maya. Isu SARA kembali dihembuskan di tengah hari suci umat Islam itu. Saling menyalahkan, saling tuding, dan saling menghujat menjadi makanan. Seolah-olah efek puasa Ramadhan sebulan yang lalu itu tdak ada sama sekali.

Iya, sih, selama Ramadhan setan-setan dibelenggu, iblis-iblis dirantai, jin ifrit dipasung, warung-warung ditirai, hotel-hotel kelas melati digerebeg! Tapi kenapa puasa kita ok mirip puasa ular. Ular pun melakukan puasa. Tetapi setelah ia 'nlusungi' da£n ganti kulit, tetap aja dia jadi ular. Padahal, ustadz-ustadz memperingatkan kita tatkala memberi kultum usai tarawih (di KJRI beberapa waktu yang lalu). Bahwa, hendaknya kita ii meniru puasanya ulat. Meski ia membuat kerusakan tetapi setelah puasa dalam bentuk kepompong, ia berubah jadi kupu-kupu yang hanya makan nektar bunga tanpa merusakbunga itu.

Di sisi lain, ketika argumentasi toleransi antar umat beragama kembali digembor-gemborkan di tanah air karena tragedi Tolikara ini, kami, mahasiswa Pokjar Madiri sudah melakukannya sejak dulu. Kami biasa duduk bersama dengan teman kami yang beda agama. Bahkan, pada acara halal bihalal itu, seorang teman yang bragama non Islam juga datang meski tidak sampai acara selesai.

Ya, bila di luar sana masih menggalakkan toleransi, kami yang di sini telah memberi contohnya. Selamat berhari Raya.

[ Risna ]







[Octivity] Tentang sebuah Citizen Journalism ala BMI Hong Kong dan di Sebaliknya

Tentang sebuah Citizen Journalism ala BMI Hong Kong dan di Sebaliknya

Mungkin ini bukan tulisan serius. Tapi aku pribadi menuliskannya dengan sangat serius. Memang, ini hanyalah pengalaman pertama untuk aku yang hanya seorang kungyan. Tapi berbekal pengalaman menulis jurnalistik ala jurnalis warga dan fotografi serta projek film pendek, aku sedikit punya rasa percaya diri. Semoga bisa membantu meski grogi setengah mati.

Dan biasanya, hal-hal pertama itu lebih berkesan ketimbang pengalaman serupa yang terulang. Ada satu hal yang membuatku berkesan meski telah melakukannya berkali-kali. Mencintaimu, iya, mencintaimu setiap hari selalu membuatku berkesan ç ceritanya nggombal, hahaha.

Hari itu, minggu-minggu awal Juli aku mendapat info dari teman via FB. Katanya ada sebuah stasiun teve yang tengah naik daun membutuhkan tukang foto/tukang video untuk melengkapi reportase mereka. Ada tiga kandidat yang akhirnya akulah yang mengambil kesempatan itu.

Akhirnya aku dihubungi oleh Mr. A (yang ternyata produsernya) untuk menjelaskan apa dan bagaimana gambar yang dibutuhkan. Selanjutnya, aku ‘dilempar’ ke reporter, Ms. B, di mana dia ini yang memfollow kegiatanku dengan calon narsum, Ms. C (yang seorang BMI).

Sabtu itu aku ke pasar Quarry Bay tempat Ms. C belanja sekaligus melakukan wawancara. Aku mencatat dalam buku ‘pusaka’ apa saja yang harus aku tanyakan. Entah karena insting atau apa, aku melakukan improvisasi, hahaha. Biar hasil videonya enak dilihat secara aku hanya mengambil gambar Ms. C saat berada di Hong Kong. Soalnya ybs akan mudik ke Indonesia dua hari lagi.

Tidak ada halangan berrati hari itu kecuali kesalahan teknis setingan kamera di M yang ternyata beda banget hasilnya bila digunakan untuk foto dan merekam video. Balik deh ke setingan A, hahahah.

Lumayan menyenangkan sih tapi setengah hari kerja lapangan dengan cuaca di atas 32 C ternyata membuatku lemes. Setengah hari sesudahnya aku habiskan tiduran (dan tidur beneran) di kamarku mumpung bu bos sekeluarga loihang ke London. Buka puasa rasanya kurang bergairah yang hanya aku isi dengan makan mie. Padahal nggak biasanya lemes gini. Ah, mungkin karena semalam ada lemburan sehingga kurang tidur.

Minggunya kembali aku mengambil video Ms. C yang lagi liburan bareng teman-temannya di Victoria Park, Causeway Bay. Nggak banyak sih lah sudah 7-7-8-8 hari Sabtunya. Aku sendiri lagi menyiapkan pameran foto Agustus besok. Jadi memang harus bagi-bagi waktu bila ada janjian di hari Minggu.

Pulang ke rumah, aku seperti kena suntikan adrenalin. Aku langsung mengedit video dan langsung menyimpannya dalam HD. Dan… sial!!! Lepiku heng. Padahal sampai jam 2 pagi loh. Akhirnya aku sahur dulu dan mulai edit video ‘parodi’ untuk menghilangkan kegalauan gara-gara heng tadi.

Setelahnya, aku mulai lagi editing citizen journalism video dengan tempo yang lebih cepat mengingat bagian-bagian yang dijahit sudah aku pilah. Begitu selesai, aku langsung posting di web teve itu. Iya, sih, nunggu approve dari admin. Setelahnya, aku lupakan, hahaha, sampai sekarang.

Yang aku ingat, aku menanyakan pada Ms. C, bagaimana ia bisa terpilih menjadi sosok utama dalam program teve mereka. Ia mengatakan bahwa ia mendapat tawaran dari organisasi perburuhan yang konsisten di bidang advokasi, tempatnya bergabung selama ini. Organisasi ini menyerahkan beberapa nama berikut kisahnya dan nama Ms. C ini terpilih. Hal yang sama aku tanyakan pada Ms. B, kenapa memilih Ms. C? Jawaban yang luar biasa kudapatkan, mana saya tahu, mbak, itu urusan editor. Aku langsung membayangkan betapa kerennya pekerjaan editor itu. Gokilll... Nggak salah bila aku pengen banget menekuni bidang multi media, someday sih, soon be better.

Sebagai orang yang sudah satu dasawarsa ngungyan di Hong Kong apalagi lumayan aktiv di berbagai kegiatan BMI (tahun Des 2010- Feb 2014) sebelum akhirnya fokus sekolah sambil nyambi di dunia fotografi dan traveling, ada yang kurang sreg dengan pemilihan Ms. C ini. Sebelumnya aku antusias sekali ‘menguliti’ kisah hidupnya. Tapi kok kayaknya lebih banyak kisah yang lebih miris dari dia. Kerjaan berat, tidur jam 12, nggak boleh ngomong sama sesama BMI … Hello, ini bukan jaman penjajahan kalee. Tahun-tahun terakhir BMI banyak mendapat kelonggaran berorganisasi, beribadah dan terutama menggunakan jilbab/niqob. Dia juga aktiv di organisasi advokasi, seharusnya dia berani ‘melawan’. Bila mengeluhkan pekerjaan berat, rata-rata BMI Hong Kong ritme kerjanya seperti itu - meski nggak semua sih. Tapi, seberat-beratnya pekerjaan akan terasa ringan jika tidak dikerjakan, hahaha, eh… pekerjaan akan ringan jika dinikmati tiap prosesnya. 

Belum lagi alasan dia tidak dikasih pulang ke Indonesia karena majikannya tidak ngasih ijin saat sebuah bencana menimpa keluarganya. Baca lagi deh aturan perburuhan di Hong Kong. Jangankan pulang, libur nasional saja tidak dikasih kok kalo belum genap tiga bulan di Hong Kong. Kecuali memang majikannya toleran dan gemati.

Saat ini dia menjalani kontrak kerja ke-3. Sesuai peraturan perburuhan di Hong Kong, setiap pekerja mendapat libur tahunan sebanyak 7 hari. Khusus kontrak pertama, libur ini baru bisa dinikmati setelah kontrak kerja habis. Bila berkaca pada peraturan ini, bukankah ada kesempatan menengok keluarga setelah kontrak pertama selesai? Kenapa nggak minta pulang? Itu hak pekerja loh.

Benar saja, setelah video itu diposting di FP, komen senada denganku banyak bertaburan. Mungkin aku keterlaluan jika mengatakan program itu ‘menjual kesedihan’. Hahaha, maklum, bad is good news. Kemudian aku ‘bertukar peran’ dan menempat posisiku di belakang layar. Percayalah, kita akan memahami kondisi ini.

Pertama, ketidak mudahan mengakses data tokoh (dalam hal ini BMI) untuk kemudian diseleksi mana-mana yang pantas dijadikan tokoh utama. Kedua, tidak selalu tersedia SDM di daerah domisili tokoh tersebut (dalam hal ini di luar negeri/ Hong Kong) untuk membantu menginput bahan sebelum ‘dijahit’ dengan bahan yang diambil di daerah asli (di Indonesia). Ketiga, kerelaan tokoh tersebut untuk dijadikan nara sumber. Nggak semua mau masuk teve apalagi sisi pribadinya dipublikasikan. Yang nggak percaya alasan ketiga ini pasti belum pernah disemprot narasumber, hahaha. Dan yang keempat, BMI di lugri itu terikat kontrak kerja dan aturan tidak terlulis sesuai kondisi tempat kerja masing-masing. Standarisasi pekerjaan di tiap keluarga tidak sama. Yang terpenting bagi BMI adalah adaptasi. Dan yang kelima, kita tidak tahu alasan utama si Ms. C ini tidak pulang yang mungkin hanya dia, Tuhan dan malaikat saja yang tahu. Who knows?

Well, setidaknya out put program ini sempurna sekali. Beberapa teman saya sempat mewek bawang bombai gara-gara nonton videonya. Ada hal positive kok yang bisa kita ambil.

“Pulanglah. Jenguklah orangtua selagi mereka masih ada di dunia.”


Mohon maaf atas ketidak nyamanannya. Semoga ada kerjasama lagi di waktu-waktu mendatang. Terimakasih. [Risna Okvitasari]

2015-07-29

[ Nekad Blusukan ] Sam Tung Uk Museum: Hong Kong Tempo Doeloe

TSUEN WAN | HONG KONG – Hong Kong terkenal dengan kota metropolitan. Gedung-gedung bertingkat nan mewah banyak kita jumpai. Apartemen tinggi menjulang pun bertebaran. Namun, kita masih bisa menikmati komplek perumahan tempo doeloe di distrik Tsuen Wan, New Territories.
Sam Tung Uk Museum, komplek perumahan tempo doeloe ala Hong Kong ini merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa lampau yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hong Kong, khususnya masyarakat klan Hakka (marga Chan) yang berasal dari propinsi Guang Dong, China. Sam Tung Uk dibangun pada tahun 1786 dan mengalami pemugaran setelah tahun 1981.
Ketika kita sampai di tempat ini, pepohonan besar nan rindang yang menyatu dengan area museum akan membuat kita merasa sejuk dan damai. Sejenak kita akan terlupa dengan hiruk pikuk Hong Kong.
Sam Tung Uk Museum 2 (sinna hermanto,apakabar plus)
Museum ini menempati area seluas 2000 meter persegi. Dengan tiga pintu utama, hanya pintu tengah saja yang berfungsi sebagai pintu keluar/masuk. Begitu kaki kita melewati papan bertuliskan huruf China pada pintu utama, kita langsung disambut dengan ruang resepsionis di sebelah kanan dan ruang pameran di sebelah kiri yang berisi gambar-gambar perubahan Sam Tung Uk sebelum, saat, dan sesudah pemugaran. Termasuk, memamerkan miniatur museum dalam boks kaca transparan serta gerabah-gerabah kuno. Tepat satu garis lurus dengan pintu masuk adalah ruang pertemuan keluarga dan ruang sembahyang yang disekat dengan pintu berdaun empat. Tetapi, yang terbuka hanya pada dua daun pintu bagian pinggir saja.
Sam Tung Uk Museum 4 (sinna hermanto,apakabar plus)
Tata letak bangunannya terkotak-kotak simetris. Terdapat empat model rumah yang tersentra di komplek tengah mengelilingi ruang keluarga dan ruang sebahyang tadi. Model tiap rumah adalah setipe dengan ciri khasnya: dapur di bagian depan sebelah kanan, gudang dan tempat alat-alat pertanian di sebelah kiri depan, kamar keluarga di tengah belakang, kamar serbaguna di kanan belakang, dan kamar tidur di bagian kiri belakang. Bahkan, ada kamar khusus di lantai atas yang terbuat dari papan. Namun, para pengunjung tidak bebas masuk kamar-kamar tadi dan hanya bisa melihat sampai batas yang telah ditentukan pihak pengelola museum. Pada salah satu rumah, terdapat perlengkapan upacara pernikahan yang terletak di ruang keluarga.
Yang unik, begitu memasuki rumah-rumah tadi, kita akan menemukan lantai yang model pembangunannya lebih rendah sekitar 10 sentimeter dari kelima lantai kamar sekitarnya. Menurut penjelasan seorang staf, itu kepercayaan feng shui untuk melancarkan aliran udara. Oleh karenanya, kita harus hati-hati agar tidak terjatuh saat memasuki komplek perumahan bagian tengah ini. Keunikan lainnya, setiap grendel pintu bentuknya sama dan terbuat dari besi kuningan. Ada tulisan ‘hei’ (dari kata ‘siong hei’_double happiness) dalam huruf China yang memiliki makna kebahagiaan.
Pada komplek luar di sisi kanan yang memagari keempat rumah tadi, terdapat masing-masing empat ruangan yang menggambarkan musim bercocok tanam masyarakat pada masa itu. Sedangkan di komplek luar sebelah kiri terdapat ruang galeri seni untuk memajang lukisan dan gambar dewa-dewa kepercayaan penghuninya.
Sisa empat ruang di bagian belakang museum ini difungsikan sebagai toilet umum, ruang staf (tertutup untuk umum), ruang teater, dan ruang kaleidoskop Tsuen Wan. Di ruang teater, kita bisa menikmati video tentang kehidupan masyarakatnya: petani yang gemar membuat kerajinan pahat. Sedangkan di ruang kaleidoskop, kita bisa melihat peralihan dari masyarakat petani menjadi masyarakat urban, khususnya kehidupan pekerja pabrik tekstil tahun 1950-an hingga abad milenium.
Memutar dari kiri ke kanan, perubahan itu bisa kita rasakan. Mulai dari peralatan sehari-hari hingga foto-foto yang dicetak hitam-putih, sephia, dan warna tentang peristiwa-peristiwa penting, termasuk saat masuknya Mass Transit Railway (MTR) jalur Tsuen Wan pada tahun 1982. Bahkan miniatur peta 3 dimensi pun bisa kita bandingkan pada abad 19 dan abad 20. Sebelum kita pergi, kita bisa menuliskan pesan dan kesan yang bisa kita tempel di ruang ini. Sttt…! Ruang inilah satu-satunya yang menyediakan wifi gratis.
Apabila beruntung, kita bisa menjumpai pasangan pengantin melakukan foto pre-wedding di halaman museum atau orang-orang yang membakar hio maupun dupa saat sembahyang untuk leluhur. Ada sebuah makam di halaman depan bagian kiri.
Kita bisa mengunjungi museum ini secara gratis, baik perorangan maupun kelompok dengan atau tanpa pemandu wisata. Museum ini tutup pada tahun baru Imlek hari pertama dan kedua, serta setiap Selasa (kecuali hari libur umum).
Sam Tung Uk Museum 3 (sinna hermanto,apakabar plus)
Untuk bisa mencapai tempat ini dengan mudah, kita bisa menempuhnya menggunakan MTR Tsuen Wan exit C, tepat di dekat gerbong kereta yang ke-8. Tanpa naik ke concurse, kita langsung berjalan selama 5 menit ke arah kiri.
So, Kamu tertarik melihat Hong Kong tempo doeloe? Datang ke Sam Tung Uk Museum! [Sinna Hermanto]

2015-07-17

[Fiks-isme] Maluku Pulang Padamu [FR]



*

Gedibal. Jongos!
Dua kata itu mengiang di telingaku. Ada sesak yang tetiba berdesak. Ada getir dan air mata yang mulai mengalir.
Sekolah tinggi-tinggi, SSSS. Percuma kalo akhirnya cuma jadi tukang cuci.
Mulutku terkunci. Bekuku terpaku dalam kumparan waktu. Sendiri, di sudut bumi pertiwi.
Seharusnya, kamu pulang ke sini dengan ilmumu, dengan pengalamanmu untuk kamu amalkan, untuk kamu praktekkan dalam kehidupan. Aku saja yang hanya lulusan Sekolah Teknik bermental insinyur kok. Bagaimana mungkin kamu yang sarjana malah bermental babu.
Dan aku memang babu. Tapi, Pak, dengan aku menjadi babu, aku bisa menyekolahkan adik.
Ya itulah kamu! Dinasehati malah berdalih. Bapak tidak pernah mempermasalahkan rengking kelas. Tapi Bapak hanya tak mau anak-anak Bapak jadi jongosnya Cina, gedibalnya Arab. Lagipula, adikmu itu dapat sponsor di Cambridge, sekolah tinggi di negerinya Lady Di, di luar negeri.
Maafkan aku, Bapak, Ibu.

*

Aku berusaha tersenyum menyudahi percakapan di ruang tamu itu. Di luar sana, senja dari jendela kaca semakin tua. Pekat pun meraja. Awan sisik tersedot cakrawala, keabu-abuan.
Langkah kaki membawaku ke dalam kamar. Duduk aku di bibir ranjang. Koper metalik beroda empat menyambutku dengan pongah. Ada tenaga yang menggerakkanku mendekatinya, menariknya ke dekat lemari.
Aku berkemas.

*

“Nyonya, aku ingin secepatnya balik ke situ. Boleh nggak?”
“Ada masalah?”
“Nggak ada, aku hanya kangen Kacie dan Didi.”
Aku tahu, ini jawaban yang tidak masuk akal. Kangen anak orang? Aku tak tahu harus dengan alasan apa biar terlihat logis. Tapi otakku buntu. Sangat tidak mungkin aku bilang perihal percakapanku tadi sore. Aku nggak mau dicap sensi macam pelaku sosmed yang kelewat berisik rebutan Wahyudi, Remason, mata dajjal dan macem-macemnya itu. Kuakui, aku kurang berbesar hati.
Baru aku menginjakkan kaki di bumi pertiwi dua hari lalu. Tapi maluku bermanja-manja di pangkuannya hanya karena statusku babu.

Ibu pertiwi
Maluku pulang padamu

Tanganku penuh minyak babi
Bajuku terkena ludah asu
Aku hanya seorang babu

Bagaimanaku mensucikannya?
Dibasuh dengan apa?
Dibersihkan dengan cara apa?

*

Pagi masih terlalu dini. Tapi mataku terang benderang serupa purnama bulan ke-8 tahun Lunar meski semalaman tiada terpejam. Aku berjalan pelan menuju dapur. Bapak dan ibu sedang menikmati kopi.
“Bapak, Ibu, saya pamit, mau kembali ke kerja hari ini.” Mereka berpandangan. Ibu berdiri, mendekat padaku. Suaraku tercekat, napasku terhenti sesaat. “Semalam majikan meminta saya segera kembali. Nenek masuk rumah sakit.” Aku berbohong, dobel bohong.

*

Suara takbir menyeruak di antara toa-toa, bersahutan, di kota-kota yang aku lewati. Terang semakin garang.
Maaf, ibu pertiwi. Maluku pulang padaku karena aku babu.

 - oOo -
 Gambar: Fiksiana Community.

2015-07-15

【Fiks-isme] Pergi ke Bulan - FAPI

Pergi ke Bulan
*
*
Mas, bulan di langitku bulat sempurna. Ini adalah purnama kesekian kalinya aku menunggu kedatanganmu. Katanya kamu akan datang bersama rombongan untuk mengajukan proposal mimpi kita. Tapi hingga sekarang, kamu belum juga tiba.
Kalo kita sudah sah, kamu bilang akan membawaku pergi ke bulan. Di sana kita bermanja-manja, berdua saja. Tapi tentunya kita menggendong 'keril' segede kulkas. Isinya bukan stok logistik, tenda, nesting, webing, teve, lemari, kamar mandi atau koki. Namun, cukuplah cadangan oksigen saja. Bila cinta melanda, lapar pun tiada terasa.
Sambil bulan madu, kita praktek pelajaran biologi, katamu. Tapi aku lebih memilih pelajaran sosiologi. Atau… kita gabungkan saja dua mata pelajaran itu agar tercipta disiplin ilmu baru. Kita namai apa? Bisalogi, mungkin?
Untuk kelangsungan hidup keluarga kita kelak, kita jualan kue bulan atau buka kedai kue terang bulan. Pasti di sana tidak ada saingannya. Usaha kita bakal lancar jaya.
Oh ya, jangan lupa bawa alat-alat fotografimu. Bukannya kamu ingin melukis cahaya di bulan? Aku akan membawa pesawatku untuk mengantarmu menjelajah galaksi raya. Jangan kegenitan saat ketemu Saturnus. Kalo dia pakai cincin berarti dia tidak pacarable lagi.

Mas, kamu kok nggak datang-datang? Aku telat datang bulan.
-oOo-



3M

Hi, there. The Moon up there was perfectly round. Its lite as bright as we saw last time. Hm… It means many times i m waiting for you.
"I will come with my honour," you said.

If Me plus Me become double we, just prepare our trip to the Moon. Remember, only two of us who allowed. We will hike all the tops of Moon, carry double size of cariel. Do you want to know what i put on? Yes! Oxygen. No need to bring tent, nesting, webbing, sleeping bag, bathroom, toilet, foods, stove, even the chef. Love makes us full, right?


“Shall we learn Biology?" I prefer Sociology. Or ... we blend them as we can create a new subject. What do you think about its name? Greatology, perhaps.

For our future, should us do some business there? Selling moon cake, maybe. Donot be affraid of sailor Moon. She will not come with her sailing ship as she is selling thousand cans of spinach with Popeye. This Moon is ours.

Do not forget to bring your camera. Our honey Moon will be the first human time travel. I will ride my time machine to bring you round galaxy. Do not be silly if you meet Saturn. It's wearing ring, wedding ring, now. It is not single and available anymore.

Hi, there. why do you -still- not come? You leave me without 3M, Money - Man - Menstruation.