[Nekad Blusukan] Sam Tung Uk: Hong Kong Tempo Doeloe

"Sam Tung Uk Museum, komplek perumahan tempo doeloe ala Hong Kong ini merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa lampau yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hong Kong, khususnya masyarakat klan Hakka (marga Chan) yang berasal dari propinsi Guang Dong, China. ," lanjutnya.

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

Orang bilang: foto-foto cantik itu biasa, foto-foto ekstrem itu barulah luar biasa.

[Nekad Blusukan] Sheung Wan: Pusat Graffiti di Hong Kong

Tai Ping Shan merupakan daerah Sheung Wan bagian atas. Area ini terkenal sebagai tujuan pecinta seni dengan aneka galeri serta barang-barang antiknya. Sehingga tak salah jika Sheung Wan menjadi salah satu pusat grafiti di Hong Kong.

[Nekad Blusukan] Plesir ke Pacitan

Pantai Teleng Ria berada di teluk Pacitan. Ini adalah salah satu pantai yang menjadi jargon tanah kelahiran presiden SBY. Tanah berumput hijau terhampar luas sebelum mencapai bibir pantai. Bunga bakung ungu menyembul di antara rerumputan itu. Ada juga segerombol pohon cemara jarum dan tunas kelapa yang mesih rendah. Wow, indah bukan buatan.

[Nekad Blusukan] Hong Kong Rasa Kanada

Sweet gum bukanlah mapel. Bentuk daunnya ada yang menjari 3, 4 dan 5. Ukurannya pun berbeda sesuai dengan musim di mana pada musim semi, daunnya lebih lebar.

2015-04-29

[Curcol] Tragedi Biji Kedondong

Tragedi Biji Kedondong

Sudah kubilang, kawan, jangan melihat buku dari sampulnya, jangan melihat seseorang dari penampilannya. Kalau masih saja ngeyel, ya rasakan sendiri akibatnya. Rumangsamu penak?

Gitu deh. Akhir pekan adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu. Bagi sebagian orang, akhir pekan digunakan untuk menikmati 'family time' dengan berkumpul bersama keluarga atau teman. Sedangkan yang lain, lebih senang memanfaatkannya untuk kejar setoran atau  mencari lemburan.

Sahabat kita yang terjebak dalam rantai kehidupan di wilayah 853 alias Macau, Anis, memiliki ritme rutinitas yang beti-beti (beda tipis) dengan kita-kita yang berada di area 852. Yang namanya mbabu, pekerjaannya pastilah setipe, ngusek-ngusek jumbleng. Yang sedikit membedakan adalah pada aturan live-in dan stay-out. Sebagaimana kita baca berita fanasss yang sedang ramai digembar-gembarkon akhir-akhir ini agar menjadikan peraturan live-in dan stay-out tadi dijadikan sebagai pilihan, bukan paksaan.

Para pekerja rumah tangga di Hong Kong, dengan peraturan perburuhan yang mengikat antara majikan dan pekerja, nampaknya masih harus tunduk pada kertas 'ijo' kontrak kerja yang mengatur pekerja untuk tinggal sesuai pada alamat yang tertera di sana (live-in). Padahal, ada sebagian majikan yang tidak suka atau kurang nyaman jika tinggal seatap dengan pekerjanya. Alasan lainnya adalah tidak terpenuhinya kelayakan tempat istirahat (kamar) bagi pekerja. Nggak lucu kan lantaran sempitnya hunian majikan lalu pekerjanya dibikinkan petarangan (tempat tidur) di atas kulkas? Emang ada kasus begini? Ada! Rumangsamu penak kerja di Hong Kong?

Di sisi lain, pemerintah Hong Kong belum bisa menyediakan tempat yang cukup untuk pekerja domestik mengingat keterbatasan hunian di Hong Kong. Padahal, menurut asumsi aktivis, live-out dianggap bisa lebih memproteksi pekerja dari kasus kekerasan, pelecehan seksual hingga bekerja melebihi jamnya (over time). Bagi yang sudah menikmati sistem live-out, seharusnya hal itu dimanfaatkan untuk fokus mengumpulkan modal, ilmu atau ketrampilan sebagai bekal setelah pensiun dari pekerjaan ini, bukan mengagungkan besaran gaji atau kebebasan semata. Karena jika kebablasan, OS adalah momok yang sangat menghantui.

Si Anis ini, juga sebagian besar pekerja di Macau, adalah pekerja yang telah bisa menikmati sistem live-out. Makanya, ia pun nyambi bisnis online, di mana ia belum perlu membangun tokonya di dunia nyata, tetapi cukup membesarkannya di dunia maya.

Jumat itu ia pulang dari tempat kerjanya naik bus. Lelah, encok, pegal dan linu menyerangnya dari berbagai penjuru. Maklum, balung tuwa. Musim semi yang diselimuti kabut berhari-hari membuat susasana menjadi ngeri-ngeri sedap. Namun, perjalananan menyebalkan itu sedikit terhibur manakala di sampingnya duduk sesosok cantik memesona menemani perjalanannya. Ahay.

Ia pun ngobrol ngalor ngidul sambil memuji betapa bentuk tubuh sosok itu sesempurna gitar Espanyola, betapa cantik wajahnya serupa putri-putri dunia, betapa halus tutur katanya seperti terigu atau tepung tapioka bin singkong bin ketela. Namun, tatkala bus yang ditumpangi berbelok dan sinar lampu penerang jalan tepat menyinari dari arah jam tiga, siluet leher sosok itu membuat Anis sedikit menyesal dan banyak menganga.

Ia menemukan 'biji kedondong' alias jakun yang naik turun mengikuti irama kata-kata merdu yang mengalun. Pembaca SUARA tahu gimana perasaan Anis ketika menemukan kenyantaan itu? Mungkin seperti mencret dan anyang-anyangen yang terjadi dalam satu waktu. Sebenarnya ia ingin misuh-misuh. Tapi segera ingat pesan nenek dan emak di kampung. Yakni agar ia selalu menjaga nama dan martabat bangsa dengan tidak berbicara so rude (keren kan, nenek dan emak gahoool itu pesannya pakai bahasa Inggris). Kalo ia melanggar nasehat, tidak perlu heran jika ada bakiak melayang atau piring terbang. Hal itu jangan malah dianggap sulapan, ya!

Begitu mengetahui kenyataan tak seindah bayangan, pelan-pelan Anis menjaga jarak dengan pemilik biji kedondong yang ternyata dari Thailand ini. Ia berharap agar bisa sampai di kontrakannya dalam sekejap. Howalah, Nis, Nis. Mimpi apa kamu kok sampai terkecoh dengan biji kedondong yang nyangkut di leher wanita batangan begini. Eh.

Sinna Hermanto.

***

Artikel terkait.

2015-04-28

[Octivity] Rifa, mantan BMI HK yang Ikut Reboisasi Ungaran

Rifa, mantan BMI HK yang Ikut Reboisasi Ungaran

Salah satu gunung favorit bagi para pendaki di kawasan Jawa Tengah adalah Gunung Ungaran. Pada hari Sabtu-Minggu, 14-15 Februari 2015, ribuan pendaki dan pecinta alam (pala) di Indonesia mengadakan reboisasi "1001 Pendaki Tanam Pohon (Satu Pendaki Satu Pohon)" di lereng gunung Ungaran. Salah satu dari mereka adalah Rifa, mantan Buruh Migran Indonesia (BMI) Hong Kong asal Wonosobo yang juga tercatat sebagai anggota grup pendaki di Hong Kong, Indohikers.

Mengutip proposal yang diajukan kepada Indohikers, kegiatan ini merupakan upaya nyata serta memberi sedikit sumbangsih dalam pembangunan nasional khususnya di bidang pelestarian lingkungan. Di mana, kawasan hutan di Gunung Ungaran merupakan daerah serapan air yang sangat signifikan dan menjadi penopang kebutuhan air mineral utama di beberapa wilayah di Jawa Tengah, yaitu: Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, dan Kotamadya Semarang.

Pada hari pertama, menurut Rifa, acara dimulai dengan pendataan peserta sesuai jalur pendakian, yakni: jalur Promosan, Gedong Songo dan Mawar. Setelah itu dilanjutkan dengan pendirian tenda, sarasehan/pembekalan dan ramah tamah antar peserta maupun panitia.

Sedangkan acara inti pada hari kedua dimulai dengan sholat subuh berjamaah, senam pagi, hingga bongkar tenda. Pemberangkatan peserta diawali dengan uparaca bendera dan pembagian bibit pohon. Sebelum penanaman, para peserta menandatangani poster tentang janji untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Setelah rangkaian acara selesai, peserta dibebaskan untuk tetap berkemah ataupun pulang, lanjutnya. Panitia reboisasi mengungkapkan antusias atas wakil Indohikers dan rasa kebanggannya kepada BMI yang tetap mengibarkan bendera merah putih meski berada di negeri orang.

Perempuan yang memutuskan kembali ke Indonesia sejak Desember 2013 itu mengatakan sangat gembira dengan pengalaman, ilmu, dan teman-teman baru. "Jangan mengaku (sebagai) pecinta alam sebelum peduli dengan penghijauan, jaga kekompakan dengan komunitas hikers yang ada," pesannya untuk teman-teman di Hong Kong. Selain itu, Rifa juga menyerahkan bantuan dana dari Indohikers untuk kegiatan reboisasi ini.

Nah, meski mantan BMI, kepedulian Rifa terhadap kelestarian alam perlu diacungi jempol. Terimakasih telah mewakili Indohikers, ya, ah mui.

*ah mui= adik perempuan (panggilan sayang Indohikers pada Rifa).

2015-04-25

[Curcol] Tersesat Tak Selamanya Kiamat

Tersesat Tak Selamanya Kiamat

Malu bertanya sesat di jalan, kebanyakan tanya memalukan. Jika tersesat betulan, rasanya sungguh menegangkan.

Nah, seperti itulah yang saya alami beberapa waktu lalu. Sore itu, saya harus mengantar kedua krucil-krucil yang sudah saya asuh sejak satu windu terakhir ke tempat lesnya di daerah Tseung Kwan O. Mereka berdua memang agak lemot untuk urusan matematika. Untuk memacu daya kerja otak mereka terhadap mata pelajaran satu itu, ndoro majikan sengaja mengganjar mereka dengan soal-soal yang dijejalkan di hadapan mereka dari tempat les. Keadaan ini mengingatkan saya pada masa-masa sekolah dulu yang selalu keok jika diadu dengan angka-angka matematika_kecuali angka yang tertera dalam mata uang.

Biasanya, saya segera pulang setelah saya masukkan mereka dalam 'neraka' dunia itu, begitu mereka menyebut tempat lesnya lantaran muak dengan menu-menu soal matematika yang bejibun jumlahnya. Namun tidak dengan hari itu. Karena ada waktu satu jam menunggu les selesai, saya berniat untuk jalan-jalan di supermarket yang menyatu dengan tempat les di lantai 3. Tapi, fikiran saya malah tertuju ke warnet di toko Indonesia di lantai dasar guna mengecek UPS eh ... maksudnya USB saya yang error. Namun, rencana itu tidak saya ambil lantaran warnet sudah penuh. Teringat dengan ucapan teman bahwa ketika matahari terbenam adalah waktu yang tepat mengejar senja, maka saya segera keluar dari warnet itu.

Rencananya, saya akan ke Tseung Kwan O Sportground (TKO-S) untuk memanjakan kamera saku merk 'unyil' (ulehe nyilih) dengan jeprat-jepret di situ. Bila malam tiba, pijar lampu stadion yang menyala ribuan watt itu mampu menarik pesona pecinta photo. Biasanya sih pemandangan di stadion itu bisa saya nikmati dari balkon apartemen ndoro juragan bersama kelap kelip lampu gedung apartemen di seberang sana. Tetapi, sejak apartemen baru sebanyak 5 blok yang telah berdiri megah di sebelah tempat kerja saya, pemandangan itu hilanglah sudah. Dan ketika kesempatan memanfaatkan waktu itu tiba (bahasa halus dari mencuri waktu) maka saya ngeloyor ke TKO-S.

Bermodal nekad, saya telusuri apartemen dan pasar tradisional di TKO hingga akhirnya saya menemukan tempat yang saya tuju. Sial, undak-undakan utama yang menjadi pintu masuk stadion ternyata tutup. Saya segera putar otak dan putar langkah untuk mencari pintu masuk lainnya dengan bergerak ke jalan pintas di samping stadion. Benar, di sana saya menemukan sliding doors. Sayangnya, saya melihat ada tempelan kertas yang berisi tulisan gedheg alias aksara China dan tanda panah di pintu kedua dari kiri.

Sebenarnya saya ingin mendobrak saja pintu itu. Tapi melihat ruangan yang tembus pandang itu sunyi senyap membuat nyali saya menjadi ciut. Tak kurang akal, saya berusaha mencari jalan masuk lain. Maka, saya memilih jalur memutar hingga 180 derajad di belakang stadion. Di sana ada jalur sepeda dan jalur lari sehingga saya tak merasa takut meski di kiri kanan jalan terlihat seram dengan pohon-pohon yang agak menjulang ditunjang kondisi senja makin gelap dan lampu jalanan belum menyala. Toh saya masih berpapasan dengan beberapa orang yang sedang jogging dan cycling.

Anehnya, ketika saya telah menyelesaikan putaran sebanyak 3/4 stadion, saya malah terpesona dengan sebuah terowongan pendek yang merupakan jalan tol/jalur layang TKO-LOHAS park. Saya pun masuk hingga ke seberang sana. Keinginan untuk mencari pintu masuk alternatif stadion, saya abaikan. Padahal, petang benar-benar di depan mata. Suara binatang malam yang suka mengerik terdengar dari semak-semak di kiri kanan jalanan di seberang terowongan.

Saya terus maju. Saya fikir, setelah melewati jalur itu, saya akan menemukan area memancing sekaligus tempat parkir sampan-sampan kecil di TKO sebagaimana yang saya lihat dari balkon apartemen ndoro juragan (bentuknya semacam teluk tetapi tidak  luas). Nyatanya saya malah tersesat dari  tujuan awal, tersesat jauuuh sekali dari stadion.

Sudah kepalang tanggung, saya merunut saja trotoar di sepanjang jalur yang dilalui suttle bus untuk menuju apartemen. Padahal, jika memakai bus itu, perjalanan ke tempat les anak perlu ditempuh selama 10 menit. Dan sekarang, saya harus menempuhnya dengan jalan kaki!

Anehnya, saya malah menikmati jalan yang saya ambil. Saya bisa mengobati rindu kampung halaman yang riuh dengan suara jangkriknya. Pun di dekat sebuah studio production, saya menikmati jajaran ilalang yang tinggi menjulang seperti kebun tebu dengan bunganya. Saya membelokkan langkah untuk menikmati pemandangan di jalur sepeda TKO-LOHAS park. Meski terlihat dekat tapi bila ditempuh dengan jalan kaki ternyata bisa keringetan juga. Kaos oblong yang saya pakai jadi basah. Aroma 'wangi' tiba-tiba menyeruak. Kurang puas, saya ciumi ketiak saya sendiri. Kepala saya berkunang-kunang, rasanya mau pingsan.

Begitu sampai di lantai dasar apartemen, waktu hanya menyisakan sepuluh menit sebelum krucil-krucil yang saya asuh selesai waktu lesnya. Saya bukannya naik ke apartemen, tapi malah antri diantara calon penumpang suttle bus. Saya tak peduli bagaimana reaksi orang yang duduk di dekat saya ketika aroma tubuh saya tak beda jauh dengan kambing yang tak pernah mandi. Prengus sekali.

Untunglah saya tiba di tempat les tepat waktu. Sehingga si krucil tidak komplain dengan kebiasaan jam karet yang kadang masih saya pelihara di Hong Kong ini. 

Slamet, slamet. Ternyata, tersesat tak selamanya kiamat. Hati hati, jangan sampai Anda menjadi korban selanjutnya

Sinna Hermanto.

***
Artikel terkait.


2015-04-23

[Curcol] Sabun Sirih Naik Pangkat

Sabun Sirih Naik Pangkat

Yang namanya wanita, dari usia anak-anak, remaja, dewasa hingga manula selalunya ingin terlihat memikat dan sempurna. Kemolekan wanita menjadi daya tarik tersendiri. Oleh karenanya, banyak sekali prodak kecantikan bertebaran selayaknya musim hujan yang penuh cendawan. Nah, prodak ini tidak hanya untuk perawatan tubuh bagian luar tetapi juga dari dalam. Entah itu berupa serbuk, pil, ataupun cairan.

Salah satu prodak kecantikan ini adalah untuk perawatan daerah kewanitaan, yakni sabun sirih. Sabun yang berbentuk cair ini mencantumkan gambar daun sirih dalam desain kemasan botol plastiknya. Bagi pekerja Indonesia (BMI) di Hong Kong yang cinta produk Indonesia - meski berada di luar Indonesia, sangat mudah mendapatkannya. Toh sabun lokal yang telah go international ini banyak dijual di toko Indonesia atau toko yang menyediakan prodak-prodak negara Asia Tenggara.

Demikian yang dialami Umi, kawan kita yang berasal dari kota Patria. BMI yang telah kenyang asam-garam-gula-cabe-bawang-lengkuas ketemu di belanga ini adalah sosok yang doyan banget dengan perawatan diri. Eit, bukan berarti doksi suka ngeluyur ke salon untuk tritmen pedikyur menikyur loh tapi doksi lebih memilih perawatan alami. Selain murah, doksi paham kalo toh harus menggunakan prodak pabrik, setidaknya prodak itu telah berstempel BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Keamanannya lebih terjamin, katanya.

Nah, hari itu ia sengaja membawa uang lebih saat belanja. Maklum, stok sabun sirih sudah habis sejak beberapa hari lalu. Ia segera menuntaskan niatnya saat menyisir sebuah pasar tradisional di ujung Hong Kong bagian utara. Tidak perlu berlama-lama berada di toko yang dimaksud. Ia sudah menyelesaikan tugas mai sungnya tanpa perlu perpanjangan waktu gingkai-gingkai atau ajojing goyang-goyang di 'diskotik' kelas dasar (maksudnya toko tersebut berada di lantai dasar dan menyediakan sewa ruangan karaoke).

Setelah sampai rumah, doksi beberes belanjaan. Tak lupa ia taruh sabun sirihnya di kamar mandi. Doksi memang suka kerapian (kebalikan banget dengan penulis yang suka ngasal_sambil nunjuk hidung sendiri).

Malam pun menjelang. Pak boss pulang duluan, mau ngajarin anaknya mengerjakan PR. Umi masih sibuk gerilya di dapur untuk sajian makan malam. Berhubung cuaca hari itu lumayan gerah, sampai di rumah, pak boss segera mandi. Tak lupa cuci-cuci dari ujung kepala hingga kaki. Umi masih belum peduli.

Hingga pak boss ke dapur untuk kros cek menu apa yang sedang diolah Cecenya itu. Umi menoleh. Dilihatnya rambut pak boss yang basah, baunya wangi sabun mandi. Umi sedikit familiar dengan aroma ini. Ia pun bertanya, apakah bu boss sudah beli sampo? Pak boss menjawab bahwa sudah ada botol baru di antara jejeran botol lama dan meng-klaim kalo itu adalah botol sampo. 

Umi segera berlari ke ji so, diangkatlah botol sabun sirihnya yang terasa lebih ringan, kira-kira hilang 1/5nya. Segelnya telah tiada.

"Pak, koen nggawe sampo sing botole ijo kae tah?" kira-kira begitu pertanyaan Umi setelah ditranslate dalam bahasa Jawa sekembalinya ia dari kamar mandi. Pak bos mengiyakan.

Umi menyunggingkan senyum, menahan tawa yang hanya mampu dilepaskan dalam otak saja. Mau jujur dengan mengatakan bahwa sampo yang digunakan itu adalah sabun untuk daerah kewanitaan, ia tak punya nyali, ia tak tega. Bisa-bisa di apartemen itu terjadi perang dunia ketiga. Ia hanya bisa memaklumi lantaran kemasan sabun sirih itu menyertakan gambar dedaunan plus memakai bahasa Indonesia. Otomatis pak bossnya tidak paham dengan kalimat yang tertera di sana.

Akhirnya ... Sabun sirih bisa naik pangkat, ya!

Sinna Hermanto

***

Artikel terkait.


2015-04-05

[PDKT] Egg Tart vs Bubble Tea


“Uti… Uti,” pundakku digoyang-goyang. Aku menoleh pada sosok di sampingku dengan sedotan yang masih menancap di mulutku. “Kamu apa sih minum bubble tea kayak balita gini?” Aku pun menghentikan aktivitasku dan meletakkan minuman yang tinggal separuh itu di atas meja, di depanku.

“Kenapa, Sin?”

“Eh, eh, lihat di arah jam 12.”

“Jamku pake angka digital.”

“Haishhh, kampret! Tuh … Tuh … Lihat,” Tangan Sinna menunjuk sosok lelaki prenagen yang penampakannya tidak hanya six-pack tetapi malah one-pack. Ia berjalan sendiri menuju warung bubble tea, tempat mangkalku sore ini. Ia tidak dapat melihatku dengan jelas karena terhalang bebungaan yang tumbuh di balik kaca tembus pandang.

Aku jadi bingung harus bagaimana. Jantungku berdebar-debar. Dalam hati aku bertanya, kenapa ia tiba-tiba muncul di tempat dan saat seperti ini? Well, hari ini aku memang ultah. Biasanya, orang-orang yang sedang ultah itu menraktir teman-temannya makan. Perbaikan gizi, gitu. Tapi aku kan orang anti mainstream. Makanya ketika aku ultah, aku malah menodong jatah traktiran dari teman-teman. Salah satunya teman satu kosku, si Sinna ini.

“Uti, kamu kan tahu sendiri kalo kita ini anak kos yang makan nasi padang di awal bulan, makan mie instan di tengah bulan dan makan angin di akhir bulan. Hatiku juga lagi patah terbelah-belah gegara Oppa jadian sama Desol Bae. Tahu kan siapa Desol itu? Itu loh, salah satu personal FCK48. Hari ini kita ke warung bubble tea sebelah kosan aja, ya, ngadem otak.”

Aku hanya nyengir mendengar Sinna yang ndleming gegara otaknya kurang seons setelah jidatnya kebentur bibir bintang utama City Hunter, Lee Min Ho. Sosok satu ini memang tidak pernah ada normalnya. Gara-gara temenan sama dia, tidak perlu setengah tahun, kegilaannya sedikit menular padaku. Kalo keadaannya sudah gini, aku pengen ngucap hancikkk dengan lafal Suroboyoan yang fasih dan sesuai makhroj.

Ya siapa yang percaya dengan kisah anak kosan versi Sinna. Lah wong kami teman kerja dan kami juga sama-sama akan dimutasi ke anak perusahaan di Hong Kong.

“Uti… Uti,” kali ini giliran lenganku digoyang-goyang. “Ffff… Ffff …”

Sosok itu makin dekat.

*

Sudah seminggu ini aku nyari waktu yang tepat untuk mencari alasan biar bisa ngobrol sama Putri. Kesempatan itu muncul saat aku searching-searching dan sekrol-sekrol temlen akun fesbuk sosok anggun nan baik hati yang akhir-akhir ini telah merampas mataku untuk senantiasa memperhatikannya. Aku menemukan daftar teman-teman fesbukku yang ultah bulan ini. Salah satunya si Putri.

Well, aku mengenalnya saat ia pindah di gang Fiksiana. Dulu aku memang sering mbribik anak gadis pemilik kos bu Langit, yaitu si Connie, sebelum akhirnya ia menikah dengan Rahab dan pindah kewarganegaan di planet Bekasi. Aku patah hati saat itu. Tetapi luka yang menganga itu terkaver dengan kejadian yang sangat aneh.

Ah, kamu tidak akan percaya bahwa dunia ini memang selebar daun kelor. Meski tidak mendapatkan anak gadisnya, setidaknya aku bisa mbribik anak kosannya. Ide siapa lagi kalo bukan ide kolektif – mantan –grup boybandku dulu yang digawangi oleh Erri, Ando dan Granito. Mak Selsa, mantan manajerku, juga mengamini ide ini.

Dan tahukah kamu bila niat jelek itu ditolak langit? Ya, aku kena batunya. Aku malah makin tergila-gila dengan Putri. Saking gilanya, hari ini aku akan menembaknya tepat di hari ultahnya yang saat ini aku tenteng di tangan kananku.

*

“Uti, aku pulang dulu ya.”

“Jangan, Sin. Temenin aku lah.”

“Maksudnya aku jadi obat nyamuk, gitu?”

“Ya enggak?”

“Sori ya, Ti. Aku nggak bisa nyamar jadi botol kecap atau tusuk gigi agar bisa nemani kamu di sini tanpa ketahuan si Ffff.” Sinna segera menyambar tasnya dan berlalu, menjauh dariku bahkan sebelum aku menjawab kalimatnya. Mataku menangkap Sinna bergerak lincah keluar warung. Ia berpapasan dengan lelaki prenagen itu.

*

Aku melihat Sinna buru-buru keluar dari tempat ini. Jadi benar Putri di sini? Kulihat tadi akun fesbuknya kena tag dari Sinna yang baru saja apload foto narsis dengan gelas-gelas bubble tea.
Mataku menyapu warung yang tak seberapa luas ini. Meski namanya warung tapi konsep interiornya mirip cafe corner yang minimalis. Ketiga sisi dindingnya berupa kaca transparan. Yang membuat menarik dari warung bernama Sekar ini adalah bunga-bunga yang tumbuh di balik kaca-kaca itu.

Aha! Kutemukan sosok yang kucari. Aku segera menuju ke salah satu sudutnya.

“Hai, sendiri?” Putri mengangguk. Ketakutanku akan jawaban aneh telah terpatahkan. Misal: mata lu ditinggal di rumah? Gue di sini tidak sendiri tetapi barengan sama pengunjung warung Sekar dari dunia nyata dan dunia lelembut. Ngerti?

“Boleh duduk di sini?” Putri masih mengangguk. “Putri, selamat ulang tahun ya. Ini buat kamu. Meski tidak ada kue tart, egg tart pun ngggak apa-apa kan?” Ahhh, kenapa kalimat ini yang keluar? Di mana kata-kata yang telah aku rancang sejak tadi?

“Te… Te… Terimakasih,” wajahnya nyengir nggak jelas. Aku semakin stress, aku takut sekali PDKTku ini gagal.

“Kamu baik-baik saja?”

“Ini nih, bonnya Sinna ditinggal gitu aja.”

“Ya sudah, biar aku yang bayarin. Setelah itu kita pulang yuk. Bukan pulang ke kosanmu loh, tapi pulang ke rumah calon mertuamu. Orang tuaku menunggu.” Kali ini senyum simpul terbit dari bibirnya. Pipinya memerah.

***
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Hasil Karya Peserta Event Fiksi Fantasi atau bergabung di FB Fiksiana Community.

2015-04-04

[Nekad Blusukan] Sheung Wan: Pusat Graffiti di HK




Lagu berbahasa Korea milik Tae-Yang vs G-Dragon yang berjudul “Good Boy” mengalun keras di salah satu gang di Tai Ping San Road, Sheung Wan, Minggu (15/3). Musik nge-beat itu berasal dari handphone milik seorang pria Hong Kong yang dicolokkan pada speaker mini. Di depannya, dua orang pria, asal Italia dan Korea Selatan, sedang menggambar di tembok.

HK Wall, begitu nama event-nya. Menggandeng sponsor Agnes B, kegiatan ini diadakan pada 14-15 Maret 2015 dan diprakarsai sekelompok bomber, sebutan untuk seniman grafiti, dari berbagai negara. Selain Hong Kong, beberapa diantaranya berasal dari Filipina, Italia, Spanyol, Kanada, dan Korea Selatan, di mana mereka mengenal satu sama lain melalui internet.

“Ini event pertama kali dan saya berharap semoga ada lagi di tahun-tahun mendatang,” ucap Suk, bomber asal Seoul, Korea.

Suk telah berkecimpung di dunia ini selama 14 tahun. Selain Hong Kong, ia dan timnya telah menggambar di beberapa negara. Antara lain: Jepang, Taiwan, Filipina dan tentu saja di Korea Selatan yang menjadi negara asalnya. “Sama seperti dia, saya sudah menggambar selama 14 tahun. Kami satu tim,” lanjutnya, sambil menunjuk seorang pria yang sedang menggambar smiling shark menggunakan pilox.



Seni menggambar di tembok ini biasa dikenal dengan grafiti. Selain cat semprot (pilox), para bomber menggunakan bahan material lain berupa acrylic dan spidol permanen (marker pen). Ketika mereka menyapukan kuas atau menyemprotkan cat, kita tidak tahu apa yang akan mereka hasilkan. Maka, keesokan harinya kita akan menemukan tembok yang berwarna-warni dengan gambar abstrak, pop art, realis, hingga naturalis.


Grafiti difungsikan sebagai media komunikasi sosial dan respon terhadap lingkungan. Bagi bomber pemula, biasanya mereka menggambar di atas kertas. Namun, dengan kemajuan jaman, banyak juga yang berkarya menggunakan komputer dengan software tertentu, coreldraw misalnya.

Tai Ping Shan merupakan daerah Sheung Wan bagian atas. Area ini terkenal sebagai tujuan pecinta seni dengan aneka galeri serta barang-barang antiknya. Sehingga tak salah jika Sheung Wan menjadi salah satu pusat grafiti di Hong Kong. Berkat kreativitas para bomber inilah tembok-tembok berdebu disulap menjadi festival seni jalanan yang menakjubkan.

Untuk ke sana, kita bisa datang menggunakan kereta (MTR) dan turun di Sheng Wan exit A2.