[Nekad Blusukan] Sam Tung Uk: Hong Kong Tempo Doeloe

"Sam Tung Uk Museum, komplek perumahan tempo doeloe ala Hong Kong ini merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa lampau yang menggambarkan kehidupan masyarakat Hong Kong, khususnya masyarakat klan Hakka (marga Chan) yang berasal dari propinsi Guang Dong, China. ," lanjutnya.

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

Orang bilang: foto-foto cantik itu biasa, foto-foto ekstrem itu barulah luar biasa.

[Nekad Blusukan] Sheung Wan: Pusat Graffiti di Hong Kong

Tai Ping Shan merupakan daerah Sheung Wan bagian atas. Area ini terkenal sebagai tujuan pecinta seni dengan aneka galeri serta barang-barang antiknya. Sehingga tak salah jika Sheung Wan menjadi salah satu pusat grafiti di Hong Kong.

[Nekad Blusukan] Plesir ke Pacitan

Pantai Teleng Ria berada di teluk Pacitan. Ini adalah salah satu pantai yang menjadi jargon tanah kelahiran presiden SBY. Tanah berumput hijau terhampar luas sebelum mencapai bibir pantai. Bunga bakung ungu menyembul di antara rerumputan itu. Ada juga segerombol pohon cemara jarum dan tunas kelapa yang mesih rendah. Wow, indah bukan buatan.

[Nekad Blusukan] Hong Kong Rasa Kanada

Sweet gum bukanlah mapel. Bentuk daunnya ada yang menjari 3, 4 dan 5. Ukurannya pun berbeda sesuai dengan musim di mana pada musim semi, daunnya lebih lebar.

2015-02-28

[Curcol] Efek Foto: Kok Beda?

Efek Foto: Kok Beda?

Daku punya kawan pesbuk yang lumayan aktiv. Postingan tulisan atau foto-fotonya selalu ramai komentar dan jempol. Doksi lumayang ngerti potograpi dan tercatat sebagai super ngadimin di sebuah grup potograpi onlen. Selain itu, perempuan yang berasal dari 'kota gadis' Madiun ini juga jago nulis di sebuah blog keroyokan. Kedatangannya di Xiang Kang kali ini adalah seri kedua setelah istirahat di Endonesa beberapa bulan lamanya.

Tak hanya di dunia maya, daku pernah bertemu dengannya sebanyak dua kali di dunia nyata, di sekitaran Piktori. Meski tidak akrab banget, bila bertemu kita saling mengenali satu sama lain lantaran kita berdua memang orang terkenal (khusus kalimat ini tolong abaikan!), terkenal 'gila'nya gitchuuu.

Yang membuat daku menyunggingkan senyum atau tertawa dikulum (baca: ngempet ngguyu), adalah postingan kisah sehari-harinya yang dikemas dengan bahasa konyol_kadar kenthirnya memang kelebihan seons, yang mungkin bagi sebagian orang akan didramatisir hingga mewek-mewek nangis bawang bombai sambil meluk-meluk pohon. Daku akui, melihat multi-taskingnya itu doksi bisa disebut potograper yang penulis sekaligus penulis yang potograper. Keren, kan? Keren, dong.

Suatu waktu doksi pamer 'kemesraannya' dengan keluarga besar bosnya. Maklum, doksi ngurus manula sehingga kadang-kadang anak-anak dan menantu bos pulang menjenguk sepasang manula itu.
Hari itu ia mendapat 'protes' dari salah satu menantu bahwa foto biodata dari agen dulu ternyata berbeda dengan doksi ketika sampai di Hong Kong. Menurut hasil terawangan dan menganalisa foto biodata itu, kata si menantu, postur tubuh doksi lumayan montok berisi, berkulit bersih dan tinggi badannya rata-rata air. Dan ternyata ... ketika bertemu langsung, tubuh doksi lumayan seksi (kalo tidak mau dikatakan kurus), berkulit eksotik (ekstra gosong sitik) dan tergolong bongsor nan jangkung.

Doksi tentu mengelak semua 'tuduhan' dari si menantu. Gimana bisa montok kalo di PT makannya daun kangkung yang sudah menguning dan sedikit gizi? Gimana mau putih kalo daerah khatulistiwa memaparkan cahaya matahari terus-menerus sepanjang hari? Dan gimana nggak tinggi kalo kejangkungannya itu adalah faktor gen yang diturunkan ortu doksi. 

Lalu, apa dong penyebab perbedaan foto dan sosok nyatanya? Entahlah. Eh eh, jangan-jangan itu hanyalah efek teknologi foto yang dengan mudahnya diedit dan/atau dimanipulasi? Mari berspekulasi.

Sinna Hermanto (Suara, Februari 2015).

***

Artikel terkait.

[Sekitar] Pendidikan: Orientasi Studi Mahasiswa Baru UT-HK 2015.1

Orientasi Studi Mahasiswa Baru UT-HK

Causeway Bay. Bertempat di Victoria Park, Kelompok Belajar (Pokjar) mahasiswa mandiri Universitas Terbuka Hong Kong (UT-HK) mengadakan Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMB) tahun akademik 2015.1 (18/1). Kegiatan yang dimulai pukul 11 siang ini juga diisi dengan acara perayaan ulang tahun Pokjar yang ketiga.

Setidaknya ada 40 mahasiswa baru dan lama yang hadir di tempat itu. Menurut ketua panitia, Wiwinda Harnanik, OSMB merupakan momen bersejarah bagi mahasiswa untuk memasuki  zona awal sebagai pembelajar formal. OSMB di sini bertujuan sebagai acara ramah tamah dan sebagai ucapan selamat datang kepada mahasiswa baru serta ajang berbagi pengalaman antara mahasiswa lama kepada mahasiswa baru.

Kuliah di UT menerapkan sistem terbuka dan melalui pembelajaran jarak jauh/ e-learning. Kegiatan OSMB ditekankan pada pembekalan kedisiplinan dan kesadaran penuh sebagai mahasiswa mandiri. Sehingga, istilah OSMB dengan kekerasan fisik tidak ada di Pokjar ini, tegas mahasiswa jurusan Sastra Inggris bidang minat penerjemah semester empat ini.

Ia berharap, mahasiswa UTHK senantiasa bekerjasama dan saling respek kepada sesama.

"Dan ingat, kesuksesan seseorang bukan hanya berdasarkan besarnya IP (indek prestasi) kita, tapi sikap dan tindakan kita juga menentukan keberhasilan kita. Tidak ada perbedaan status jika semua sudah bernaung di bawah nama mahasiswa, semua sama," ucapnya menutup wawancara.

Mahasiswa UT di Hong Kong terdiri dari dua kelompok. Yakni Pokjar yang diurus oleh lembaga GITC dan Pokjar yang diurus secara pribadi di bawah naungan Pensosbud KJRI.

[Sekitar] Fotografi: Keren! 42 Foto Buruh Migran Dipamerkan

Keren! 42 Foto Buruh Migran Dipamerkan

Shatin. Sebanyak 42 foto karya pekerja migran asal Indonesia dan Filipina dipamerkan di Chinese Univesity of Hong Kong (CUHK) atas prakarsa Lensational. Lensational adalah sebuah organisasi non-profit yang dikelola penduduk lokal Hong Kong, yang berkonsentrasi memberdayakan perempuan melalui fotografi.

"Kami akan melakukan (foto) tur keliling Hong Kong, di tempat-tempat yang tidak pernah Anda bayangkan. Bahkan mungkin di luar Hong Kong," jelas co-founder Lensational, Peggy Tse dalam bahasa Inggris.

Pameran ini bertempat di Cutural Square-CUHK (12-17 Januari), Yasumoto International Academic Park-CUHK (19-24 Januari), Cheng Yu Tung Building-CUHK (26-31 Januari) dan dibuka mulai pukul 8:00-18:00 WHK. Mengambil tema "Jiwa/ Kaluluwa/ Soul", foto-foto tersebut menggambarkan perjalanan unik para fotografernya selama di Hong Kong. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kita agar tidak hanya fokus pada hasil tetapi belajar dari ketidakpastian hidup di luar negeri sekaligus merayakan perjalanan hidup itu sendiri.

Lensational pertama kali bersinggungan dengan pekerja migran pada workshop pertama selama satu bulan Oktober 2013. Sedangkan workshop lanjutan dilaksanakan pada Februari-Mei 2014 dengan bimbingan fotografer profesional, Simon Wan Chi Chung, secara gratis.

Foto-foto yang dipamerkan adalah hasil bidikan kamera Holga. Holga merupakan kamera analog buatan Hong Kong yang tidak terlalu rumit pengoperasiannya. Tidak seperti kamera digital, di mana hasil foto bisa dihapus atau dilihat langsung, hasil foto kamera yang menggunakan negativ film/klise ini baru bisa dinikmati setelah melalui proses cuci-cetak di ruang gelap.

"Senang bisa pegang Holga," ucap salah satu murid Lensational, Anik, ketika fotonya ikut dipajang dalam pameran itu.

Saat ditanya kemungkinan menggelar pameran foto sendiri, ia menyatakan masih ragu dengan kemampuannya. Tetapi ia sangat tertarik sekaligus termotivasi bila berkolaborasi dengan BMI fotografer lain, pungkasnya.

[Sekitar] Pengajian: Hidup Adalah Cinta

Hidup Adalah Cinta

Live is love, hidup adalah cinta. Tanpa cinta, tidak akan muncul semangat ibadah kepada Yang Maha Cinta, Allah SWT. Sebagaimana konsep yang diajarkan Rasullulah, dengan mencintai makhluk di muka bumi maka kita akan dicintai oleh makhluk Allah yang ada di langit. Karena, cinta yang sesungguhnya adalah segala sesuatu yang mengarah kepada kebaikan.

Demikian yag disampaikan guru besar Majelis Mafia Sholawat Indonesia sekaligus pemilik Pondok Pesantren Radhatun Nikmah-Semarang, Ali Sadiqin, dalam acara "Senandung Cinta untuk Kanjeng Rasul" di Dance Cafe, Fortress Hill (1/2). Selain taushiyah, senandung cinta diisi dengan lantunan sholawat oleh jamaah dan diiringi petikan gitar akustik oleh sang Guru. Yang menarik, pada saat yang sama seorang BMI menampilkan tarian sufi.

Salah seorang panitia, Hanum, menyatakan bahwa acara yang diadakan oleh Gaperbumi  ini diadakan dalam rangka memenuhi permintaan jamaah Majelis Mafia Sholawat Hong Kong. Tidak tanggung-tanggung, jamaah yang memenuhi ruangan yang berkapasitas 600 orang itu nampak penuh sesak. Tak heran, galang dana untuk membantu pengembangan Ponpes Radhatun Nikmah bisa terkumpul sebesar 15.000 HKD dan 100.000 IDR.

Gaperbumi sendiri merupakan gabungan beberapa perpustakaan yag dikelola oleh Buruh Migran Indonesia (BMI). Di mana, pada awal terbentuknya, perkumpulan ini beranggotakan 10 perustakaan sejak 2010. Namun, semenjak pengurus perpus satu persatu mulai pulang ke Indonesia untuk seterusnya, jumlah perpustakaan yang bergabung makin sedikit tetapi nama Gaperbumi dipertahankan.

"Selain bermajelis, kita juga harus mencari ketrampilan untuk bekal kita di tanah air nanti," pesan Hanum mengakhiri wawancara.

[Sekitar] Pengajian: Mencari Cinta Allah

Mencari Cinta Allah

Inti dari cinta itu adalah taat. Dalam fitrahnya, manusia dikaruniai cinta. Hanya saja, cinta dunia kadang menutupi cinta kepada Allah. Untuk memunculkan kembali, kita harus mencari dan meniru perilaku orang-orang yang mencintai Allah. Dengan demikian, kecintaan haqiqi adalah memenuhi panggilan/seruan Allah untuk menyegerakan ibadah.

Hal ini disampaikan oleh Fatih Karim, seorang ustadz sekaligus Founder dan CEO sebuah Event Organizer dari Bogor, saat mengisi taushiyah dalam pangajian akbar yang diselenggarakan oleh Capto Al Masitoh yang bekerjasama dengan Majelis Dzikir Ilham di Masjid Jami'-Tsim Sha Tsui (1/2).

Dalam wawancara terpisah, ustadz yang telah tiga kali ke Hong Kong ini melihat kehidupan beragama di kalangan Buruh Migran Indonesia (BMI) harus terus ditumbuhkan sehingga kesadaran menjalankan syariat Islam itu pun semakin baik. Mayoritas BMI adalah perempuan, di mana dalam Islam mengatur bahwa ibu/perempuan adalah madrasah bagi anak dan mengurus rumah tangga, bukan mencari nafkah.

Tema cinta dipilih karena akhir-akhir ini terjadi peristiwa tragis akibat cinta buta termasuk perzinaan atau perselingkuhan. Pun, Februari dikenal sebagai bulan Valentine di mana pihak Barat meniupkan virus untuk gaya hidup bebas dengan kedok cinta. Padahal, Islam mengajarkan untuk menyuburkan cinta setiap hari, jelasnya.

Ia pun berharap agar para BMI menjaga kemuliaan diri dan bersegera untuk kembali ke Indonesia. Sedangkan majelis-majelis yang ada hendaknya tidak hanya sekedar bersholawat atau berdzikir tetapi memahami syariah Islam dan menerapkan dalam kehidupan. Acara makin seru dengan alunan sholawat yang dipimpin vokalis sholawat Habib Syeh, Gus Shafa.

[Curcol] Balikin, Ow ... Ow Balikin

Balikin, Ow ... Ow Balikin

Membaca judul di atas, kita akan teringat judul lagu milik Slank. Akhir tahun lalu, Slankers mania Hong Kong dimanjakan dengan konser megah di sebuah stadium. Fans fanatik yang sebagian besar adalah pekerja migran ini bisa bertatap muka dengan idolanya secara langsung, di depan jidat mereka. Sebuah kesempatan yang jarang didapatkan ketika berada di tanah air, kan?

Namun, di sudut Hong Kong yang lain, seorang pekerja migran Indonesia yang terkena racun shopaholic tetapi tidak kesengsem dengan segala yang berbau musik, grup band, boyband, girlband, paduan suara maupun makhluk sejenisnya, sedang dilanda keterkagetan tiada tara. Nama kerennya adalah WHK (baca: Wiwinda Hong Kong).

WHK ini punya tablet baru, gadget teranyar nan gratis keluaran negeri bambu, bukan tablet anti maag atau tablet sakit flu. Konon, tablet ini adalah hadiah utama setelah ia memenangkan sebuah undian yang diadakan di Olympic Hse. Bagai kejatuhan durian runtuh, di wajahnya nampak segaris tawa. Sepertinya, ia sangat bahagia.

Nah, tablet yang masih gress keluar dari kardusnya itu segera ia belikan SIM card berikut external hard-disc sekian Gb untuk ruang tambahan aplikasi wajib sebagai makhluk sosial (dan sosialita) serta menunjang aktivitas komunikasinya. Aplikasi itu antara lain : wosap, pesbuk, instagaram, cuwiter, yucup, de-el-el.

Setelah sukses upgrade aplikasi, selang dua hari dari aktivasi SIM card, tiba-tiba ia menerima sebuah telefon dari nomor tak dikenal. Ia tak kaget. Yang namanya tablet baru, otomatis belum banyak nomor kontak yang disimpan dalam memori hape. Setelah dering beberapa kali untuk memastikan bahwa panggilan itu bukan sekedar miskol dari antah berantah, WHK segera mengusap layar tabletnya itu.

Tanpa salam pembuka, suara diseberang sana segera menodongnya dengan pertanyaan yang tidak punya ujung maupun pangkal.

"Balikin! Balikin hapeku. Kamu yang ngambil hapeku, kan?"

WHK jadi bingung setengah gendeng karena berondongan kalimat itu. Hape apa yang harus ia kembalikan, batinnya.

Setelah diselidik ala detektiv Conan, rupanya si penelefon telah kehilangan hape (berikut SIM cardnya) sekira 2 tahun lalu. Mungkin, ketika hari itu ia iseng mendial nomor hapenya yang dulu, ternyata nomornya aktiv. Ia mencak-mencak dan meminta WHK mengembalikan hapenya yang hilang.

WHK yang biasanya membuang barang yang tidak berguna, ndilalah hari itu ia belum membuang kerangka SIM card yang tidak terpakai. Ia pun mengajak si penelefon untuk menyelesaikan masalah ini dengan tatap muka untuk menunjukkan bukti otentik. Digituin, WHK malah ditantang akan dilaporkan polisi. Namun, WHK tidak takut. Bukti-bukti kepemilikan dan kuitansi pembelian dari toko Semar masih ada padanya.

Sayangnya, pada hari yang telah disepakati, kedua perempuan yang sama-sama berbahasa Hendonesah itu tidak jadi bertemu. Sepertinya si penelefon takut. Seharusnya ia sadar, bahwasanya nomor telefon dari suatu provider yang telah non aktiv dalam jangka waktu tertentu, bisa saja perusahaan pemilik provider mengangsurkan nomor itu kepada pelanggan barunya.

Nah!!!

Sinna Hermanto (Apakabar Plus, Feb 2015)

2015-02-17

[Curcol] Tiga Kata Hampa

Tiga Kata Hampa

Pesta ulang Tahun. Tiga kata ini pasti terdengar sangat menyenangkan. Dalam pikiran kita langsung tergambar kegembiraan, kebersamaan, tawa, makanan dan minuman yang nikmat, kue tart bertingkat, foto-foto, hadiah dan masih banyak lagi hal memikat. Namun, pesta ultah yang terjadi di dunia nyata dan alam pikiran kita tidaklah selalu sama. Sebagaimana yang dialami oleh Siti yang ngungyan di Polam, yang berada pada pesta dengan penuh rasa hampa.

Beberapa minggu sebelum hari besar itu dilaksanakan, bu bos Siti sudah berkali-kali menyinggung tiga kata itu di depan anak dan suaminya. Mulai dari menu yang ingin disajikan, hadiah hingga saudara dan teman-teman si anak yang hendak diundang untuk perayaan hari spesial yang hanya terjadi satu kali itu_menurut kalender tahun Masehi. Tetapi, jika si empunya hajat mengikuti kalender tahun Lunar, tahun Hijriyah, atau pun tahun Saka, maka bisa dipastikan pesta ultah akan terjadi berkali-kali.

Mula-mula, di depan Siti, bu bos mengatakan bahwa pesta ultah akan dilaksakan Minggu malam di sebuah resto muuuahal. Otomatis Siti TIDAK PERLU BANTU-BANTU (apalagi bantuin makan) dan ia dipersila untuk libur sepuasnya. Dalam hati Siti sih bilang 'aku rapapa'. Toh malah bisa pulang jam 11 malam, yang artinya jadwal kepulangannya bisa diperpanjang hingga dua jam ke belakang. Namun, ke-rapapa-an Siti menjadi sedikit terusik manakala bu bos meralat ucapannya beberapa hari kemudian.

Pesta yang rencananya akan dilaksanakan di resto itu harus dipindah di rumah dan bu bos meminta Siti untuk bantuin masak. Siti menjawab dengan jawaban diplomatis: lam ha sin aa (tek mikir ndisit mbok). Tapi bu bos segera mengiming-imingi dengan uang lembur sebesar 200 dolar. Kondisi keuangan Siti yang sedang kena kanker (kantong kering) membuatnya menganggukkan kepala tanda setuju. Deal.

Ketika hari H hampir tiba, bu bos mengingatkan Siti untuk memasak ini itu. Ya ga masalah lah yao, lah emang fungsi Siti di rumah emang untuk bentu-bantu. Tapi hal itu berubah total manakala bu bos mengatakan agar Siti mengganti hari liburnya pada Sabtu depan, bukan mengganti dengan uang lembur. Gondoklah Siti _ dengan menampilkan wajah ditekuk 12 kurang seons.

Siti mengadukan hal ini kepada agen yang alamatnya terletak di dekat kampung Jawanya Hong Kong (baca: Victoria Park). Agen bukannya membantu Siti, ia malah menyalahkan Siti yang seharusnya manut dengan bosnya. Agen mengatakan juga bahwa Siti adalah kungyan yang mujur karena bekerja di majikan baik, mau mengganti hari libur di hari lain. Padahal, aduan Siti adalah bu bos yang mblenjani janji, yang seharusnya mengganti hari lemburnya dengan uang ternyata malah mengganti libur di hari lain. Siti terpaksa menjelaskan ulang duduk persoalan yang terjadi pada staf agennya yang ngeyelan itu.

Akhirnya staf agen menelefon bu bos Siti. Siti pun dipanggil bu bos. Bu bos, dengan wajah mbesengut-nya, mengatakan bahwa ia hanya mau mengganti uang libur sebesar HKD 140 bukan HKD 200 sebagaimana perjanjian awal. Menurut bu bos, itu pun sudah kebanyakan bila di bandingkan gaji harian Siti (sebesar 130 dolar 7 sen, diperoleh dari HKD 3920:30 = HKD 130,67).
Lalu agen ganti berbicara pada Siti. Agen sanggup menggenapi uang lembur dr bu bos Siti menjadi HKD 200 sebagaimana janji awal. Ternyata bu Bos meminta agen agar mencarikan anak partime sehari di rumahnya demi pesta ultah itu. Aneh, kan? Punya kungyan kok masih nyari anak partime-an. Sampai menjelang hari H, agen tidak mampu menyediakan anak partime. Sehingga untuk win-win solution, agen menambahi total uang lembur yang menjadi hak Siti.

Namun, pada hari yang ditentukan untuk mengambil sisa uang di agen, staf sedang tidak ada di tempat. Hohoho ... modus, moduuuuuussss!!!

Sinna Hermanto

2015-02-07

[Curcol] Ternyata Ada Udang di Balik Batu

Ternyata Ada Udang di Balik Batu

Akhir tahun identik dengan pesta dan makan-makan. Hong Kong pun memiliki budaya seperti ini. Selain Sin Tang Cit dan San Nin, ada ko tung alias perayaan menyambut musim dingin dengan makan bun choi rame-rame dengan teman sejawat atau keluarga. Bahkan ko tung ini dijadikan ajang galang dana/fund rising sebagaimana yang diprakarsai oleh sebuah Rumah Sakit di Sha Tsui road, Tsuen Wan.

Namun, tidak demikian dengan saya. Penutup tahun 2014 ini saya lalui dengan luar biasa. Saya ditinggal di rumah sendirian. Tidak ada belanja, tidak ada masak-masak, tidak ada pesta, yang ada malah menunggu orang-orang serumah yang pulang kelewat tengah malam.

Bukan tidak ada alasan kenapa saya tidak diajak keluyuran. Sore itu, nyonya pulang ke rumah agak cepat. Ia bukan pulang dari kantor tetapi pulang dari exhibition di Cozwebe. Saya hanya kebagian beberes biskuit dan mie instan. Tiba-tiba nyonya menyodori saya sebuah kantong kertas berwarna merah tua. Di dalamnya ada sekotak beludru warna merah menyala. Itu hadiah Natal tahun ini, jelasnya.

Antara kaget dan penasaran, saya mengucap terimakasih dan senyum-senyum nggak jelas. Nyonya bilang kalo isinya adalah sesuatu yang sangat saya mau. Beughhh… amejing. Saya sendiri aja nggak tau apa yang saya mau, bisa-bisanya ia mengeklaim kalo ia tau yang saya mau! Setelah itu, ia masuk ke kamarnya kembali sambil berpesan agar ‘sesuatu’ itu dijaga baik-baik.

Saya bilang “hou aa” sambil mengangguk lalu menyelinap ke pojok dapur di sebelah kukas. Saya buka isi kotak beludru itu dengan rasa was-was. Daaaannn … omaigat! Isinya emas murni. Iya, emas murni, bukan emas Jono atau emas Joni. Tidak disangka-sangka, saya ketiban durian montong. 

Dalam pikiran saya langsung bermunculan ide. Salah satunya adalah melakukan selebrasi dengan memotret beludru berikut isinya lalu diunggah di jejaring sosial sebagaimana yang sering dilakukan oleh teman-teman maya saya. Mereka biasa mengupload uang gajian, uang bonus tahunan, laisi, rumah beserta kebunnya yang ada di Hendonesya sana, motor baru, atau barang-barang berharga lainnya. Entah apa modus mereka. Yang pasti, komen dan jempol membanjiri postingan itu.

Namun, hal tersebut segera saya urungkan. Selain malu dan terkesan norak bin 4L4Y, saya takut teman-teman maya saya menjadi iri atau dengki atau pun sakit hati atas keberuntungan saya hari itu. Akhirnya, yang saya lakukan adalah menyimpan kotak beludru itu berikut isinya ke tempat aman.

Begitu selesai, saya berpapasan lagi dengan nyonya. Ia sudah siap untuk bepergian lagi.

“Sinna, kami kan nggak pulang makan, kamu cuciin AC dan bersihin coretan di dinding kamar thole, ya. Ho wu co.”

Glodaaag!!! Ternyata ada udang di balik batu. Kawan, Anda tahu bagaimana rasanya? Rasanya memang seperti ketiban durian montong sekalian ama pohonnya. Bener-bener capeknya tuh di sini_sambil nunjuk tangan sendiri. 

Sinna Hermanto (SUARA, edisi Januari II, 2015)