2018-11-30

[Homey Bali] Perayaan Maulud Nabi Muhammad saw di Tanah Lot

Acara Maulud Nabi Muhammad saw di Tanah Lot 

Tanggal 24 November 2018 ini, Taman Pendidikan Alquran Al Hidayah, yang berada di desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, sekitar 10 menit dari Tanah Lot - Bali, ngadain acara peringatan maulud Nabi Muhammad saw. Sebenarnya acara dimulai setelah sholat isya, tapi santri-santri cilik yang berjumlah sekitar 117 ini sejak sore sudah ramai memenuhi TKP. Gemes aja sih ngeliat antusias mereka yang sedari sore sudah kece badai memakai baju gamis atau koko. Saya bisa dengan jelas melongok tingkah mereka karena posisi saya berada tepat di arah jam 12, dengan jarak hanya sepelemparan batu.
 
Sebagaimana kegiatan mauludan lainnya yang melibatkan TPQ_berikut pengasuhnya, acara dibuka dengan unjuk kebolehan para santri. Entah itu hafalan doa-doa, asmaul husna, bacaan sholat, bahkan ada hiburan hadroh. Khusus tim hadroh ini adalah kolaborasi usia - dari remaja hingga ABG (Angkatan Babe Gue).

Gemesin kan adik-adik santrinya? 

Sedangkan acara inti yakni tausyiyah, diisi oleh Ketua GP Ansor Tabanan sekaligus salah satu imam Masjid Kediri - Tabanan, ustadz Antoni. Dalam kesempatan itu, beliau mengajak para jamaah agar senantiasa bersyukur atas segala fasilitas yang Allah sediakan di dunia ini, semuanya untuk kemudahan terselenggaranya kehidupan manusia itu sendiri. Termasuk surga yang diciptakan sebagai apresiasi atas amal baik selama di dunia dan neraka untuk membersihkan amal buruk manusia sehingga bisa menikmati surga setelah proses "pembersihan" itu.

Meski kondisi ustadz sedang tidak fit tetapi totalitas dan profesionalisme beliau patut diacungi jempol.

Ustadz sedang bertausyiyah. 

Beberapa pernak pernik hiasan /dekorasi, terbuat dari bunga-bunga kertas yang ditancapkan pada pohon pisang, sebagiannya berisi door prize telur rebus & uang dua ribuan. Begitu acara selesai, para santri berebut hadiah itu. Lucu sekaligus geregetan dengan tingkah mereka, khas anak-anak banget.

Saya datang sudah sangat terlambat. Begitu "turun", saya balik ke mes dan melakukan "ritual", lalu ambil kamera & monopod, kemudian cuzzz ke TKP. Mendokumentasikan acara seperti ini membuat saya kembali ke masa-masa menjadi relawan... tuh kan jadi baper. Sayangnya ketika hendak membuat video hadroh, ada beberapa masalah yang membuat saya harus menunda. Insya Allah, next event, yessss.

Sebenarnya pengen bantuin be bersih sampai selesai tapi sudah telanjur kena doktrin "biar mas-mas saja yang membersihkan", ya sudah lah. Begitu pulang, saya langsung dibawain bontrot (nasi berkat), hahaha. Saya menerima tetapi saya letakkan kembali di meja agar dimakan oleh jamaah lain yang lebih membutuhkan. Biasanya, jam segitu saya usahakan tidak makan malam, takut gemuk perutnya doang ngokkk. Lagian, habis makan trus tidur itu bisa bikin asam lambung naik. Kalo besok sakit perut, kan saya sendiri yang repot. Begitu sih TEORI-nya.

Nyatanya, yang namanya rejeki, meski ditolak, bakal datang juga. Nasi berkat dari acara mauludan yang tidak saya bawa pulang, begitu sampai di halaman tempat kerja, yang kebetulan saat itu teman-teman shift malam tinggal nunggu scan sidik jari, saya malah dikasih Pak GM nasi berkat. Kata beliau, itu nasi miliknya dari acara mauludan yang tidak dimakan, beliau sudah kenyang. Busyet, dah. Nyatanya, ketika saya meninggalkan nasi saya di TKP, saya dapat nasi dari Pak GM.

BTW, saya sangat salut dengan kegiatan di TPQ tersebut.

FYI, itu bukan sekolahan atau bangunan yang bisa disebut sebuah madrasah tapi sebuah bengkel yang ketika sore/petang, "disulap" menjadi arena belajar agama. Jadi, komunitas muslim minoritas di sini masih punya "wadah" buat meningkatkan ilmu agama, khususnya anak-anak. Jangan tanya sama saya siapa pengasuhnya utamanya. Foto beliau yang sempat saya ambil pun blur. Saya hanya mengenal salah satunya, yang merupakan rekan kerja saya di sini, yang juga calon menantu dari pengasuh TPQ. Eaaakkk, fahimtiiiiii?

Tim hadroh. 

Saya merasa,  ketika bersinggungan dengan hal-hal begini, saya tidak merasa sedang merantau. Boleh saya bilang, di sinilah sebagai homey Bali.

***

0 comments:

Post a Comment