2014-04-29

[Curcol] Terkunci di Dalam Makam

Oleh: Sinna Hermanto

Hari yang paling dinanti para pekerja migran sentero tlathah Bauhinia selain hari gajian adalah hari libur. Memang, hukum perburuhan di Hong Kong memberi waktu istirahat 1 hari dalam seminggu bagi pekerjanya. Bila beruntung, libur ini akan didapatkan tiap hari Minggu berikut hari libur nasional lainnya yang berjumlah 12 hari setahun. Dalam kenyataannya, banyak pekerja migran yang hanya mendapatkan libur 2x sebulan atau malah 1x sebulan.

Banyak faktor yang menyebabkan adanya kasus semacam ini. Entah karena perjanjian di awal kontrak kerja, ketidaktahuan hukum perburuhan, atau memang sebentuk pembodohan berjamaah antara segitiga maut antara lopan, agen dan PeTe. Bahkan pekerja itu sendiri yang hooh-hooh saja menerima keputusan itu demi pengiritan karena berfikir libur itu habis-habisin uang transport dan uang makan. Belum lagi sepulang libur capeknya ngudubillahdan kondisi tempat kerja yang mirip kapal pecah ketika ditinggal kungyan menikmati istirahat seharian. Ketika jelas-jelas hak liburnya disunat habis-habisan, sebagian mereka banyak yang mengeluh dengan sesamanya ketika berpapasan di pasar, di MTR, di jalan, atau paling keren … curhat di fesbuk.

Bagi pekerja yang beruntung, mereka bisa memanfaatkan hari liburnya dengan mengikuti pengajian, seminar/ workshop, kursus-kursus hingga sekolah dan kuliah. Segelintir pekerja yang beruntung itu adalah Asti yang saat ini menginjak tahun pertama di rumah majikan barunya di Sheung Wan.
Asti ini termasuk pekerja nekad_bukan naked. Hehehe, kalo naked kan syerem banget! Sosok anggun (anak Nggunung) yang hobi mendaki puncak-puncak tertingggi di Hong Kong dan kalungan kamera segede ember ini memang suka dengan foto-foto. Berbagai aliran fotografi ia coba. Namun yang paing sering dilakukannya adalah s-e-l-f-i-e, selfie.

Dalam perjalanan dari lapangan Piktori menuju salah satu makam di Hong Kong, bersama teman-temannya, ia membahas tema “generasi menunduk” yang menjangkiti manusia-manusia modern hari ini. Mereka menunduk bukan karena menaruh hormat atau takzim dan tunduk, tetapi ini adalah gambaran generasi yang terhipnotis dunia maya yang disediakan gratis oleh gadget canggih yang saat ini sangat menjamur di mana-mana. Dalam kondisi apapun, mereka akan fokus menunduk guna memelototi barang elektronik pipih nan slim itu. Meski ada teman di dekat, generasi ini lebih peduli dengan gadget canggih tersebut.

Nah, ketika sampai di makam, Asti segera melancarkan aksinya. Ia dan teman-temannya belajar memotret model bertema “beauty of spooky”. Hehehe, keren kan temanya? Padahal beberapa waktu sebelumnya, Asti sudah diwanti-wanti bakal kena usir juru kunci alias penjaga makam. Bukan Asti namanya kalo gampang menyerah. Dengan aksi berpura-pura cuek berikut ransel segede gaban yang nangkring di punggungnya, ia dan temannya memasuki makam. Mereka terus ke bagian dalam hingga mentok ke tempat yang agak tersembunyi guna menghindari petugas yang sewaktu-waktu bisa mengusir paksa para penyelundup asing ini.

Saking asyiknya jepret-jepret, jarum jam pada arloji Asri telah menunjukkan angka 6 dan 2. Wah, gawat, itu berarti sudah jam 6 lebih! Dari pojok kiri makam menuju pintu gerbang, mereka pun berjalan dengan tergesa. Ada rasa was-was. Susah payah teman Asti menyembunyikan kamera di balik baju kebesarannya (baju yang ukurannya terlalu besar dari postur tubuh). Bahkan, sempat keluar ide melompat pagar makam jika pintu gerbang dikunci.

Dan benar! Pintu gerbang telah digembok. Waduh, nggak lucu kan kalau para tukang foto dan modelnya bermalam di makam? Cilaka dua belas nih, batin Asti!

Untunglah kantor/ ruang penjaga yang berhadapan langsung dengan pintu gerbang yang berjarak sekitar 3 meter di bagian dalam makam itu belum kosong. Seorang penjaga keluar. Hati Asti yang semula ketar ketir terkiwir-kiwir menjadi sedikit lega. Sebelum disemprot penjaga, Asti pasang wajah innocent dan tersenyum paling manis sejagad raya. Ia pun mengucap maaf berkali-kali.

Pak penjaga akhirnya membuka gembok dan memersilakan asti dan teman-temannya keluar. Tak lupa Asti diperingatkan bahwa makam itu tutup pukul 6. Sambil mengucapkan maaf dan tersenyum sekali lagi, Asti dan teman-teman pun pergi. Suasana seram tetap membuntuti ketika gelap mulai menggerayangi terlebih masih harus melewati makam katolik dan makam muslim yang terletak berjajar. Membayangkan terkunci semalaman di dalam makam benar-benar membuat ngeri.

Hiii.

***

0 comments:

Post a Comment