2015-04-23

[Curcol] Sabun Sirih Naik Pangkat

Sabun Sirih Naik Pangkat

Yang namanya wanita, dari usia anak-anak, remaja, dewasa hingga manula selalunya ingin terlihat memikat dan sempurna. Kemolekan wanita menjadi daya tarik tersendiri. Oleh karenanya, banyak sekali prodak kecantikan bertebaran selayaknya musim hujan yang penuh cendawan. Nah, prodak ini tidak hanya untuk perawatan tubuh bagian luar tetapi juga dari dalam. Entah itu berupa serbuk, pil, ataupun cairan.

Salah satu prodak kecantikan ini adalah untuk perawatan daerah kewanitaan, yakni sabun sirih. Sabun yang berbentuk cair ini mencantumkan gambar daun sirih dalam desain kemasan botol plastiknya. Bagi pekerja Indonesia (BMI) di Hong Kong yang cinta produk Indonesia - meski berada di luar Indonesia, sangat mudah mendapatkannya. Toh sabun lokal yang telah go international ini banyak dijual di toko Indonesia atau toko yang menyediakan prodak-prodak negara Asia Tenggara.

Demikian yang dialami Umi, kawan kita yang berasal dari kota Patria. BMI yang telah kenyang asam-garam-gula-cabe-bawang-lengkuas ketemu di belanga ini adalah sosok yang doyan banget dengan perawatan diri. Eit, bukan berarti doksi suka ngeluyur ke salon untuk tritmen pedikyur menikyur loh tapi doksi lebih memilih perawatan alami. Selain murah, doksi paham kalo toh harus menggunakan prodak pabrik, setidaknya prodak itu telah berstempel BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Keamanannya lebih terjamin, katanya.

Nah, hari itu ia sengaja membawa uang lebih saat belanja. Maklum, stok sabun sirih sudah habis sejak beberapa hari lalu. Ia segera menuntaskan niatnya saat menyisir sebuah pasar tradisional di ujung Hong Kong bagian utara. Tidak perlu berlama-lama berada di toko yang dimaksud. Ia sudah menyelesaikan tugas mai sungnya tanpa perlu perpanjangan waktu gingkai-gingkai atau ajojing goyang-goyang di 'diskotik' kelas dasar (maksudnya toko tersebut berada di lantai dasar dan menyediakan sewa ruangan karaoke).

Setelah sampai rumah, doksi beberes belanjaan. Tak lupa ia taruh sabun sirihnya di kamar mandi. Doksi memang suka kerapian (kebalikan banget dengan penulis yang suka ngasal_sambil nunjuk hidung sendiri).

Malam pun menjelang. Pak boss pulang duluan, mau ngajarin anaknya mengerjakan PR. Umi masih sibuk gerilya di dapur untuk sajian makan malam. Berhubung cuaca hari itu lumayan gerah, sampai di rumah, pak boss segera mandi. Tak lupa cuci-cuci dari ujung kepala hingga kaki. Umi masih belum peduli.

Hingga pak boss ke dapur untuk kros cek menu apa yang sedang diolah Cecenya itu. Umi menoleh. Dilihatnya rambut pak boss yang basah, baunya wangi sabun mandi. Umi sedikit familiar dengan aroma ini. Ia pun bertanya, apakah bu boss sudah beli sampo? Pak boss menjawab bahwa sudah ada botol baru di antara jejeran botol lama dan meng-klaim kalo itu adalah botol sampo. 

Umi segera berlari ke ji so, diangkatlah botol sabun sirihnya yang terasa lebih ringan, kira-kira hilang 1/5nya. Segelnya telah tiada.

"Pak, koen nggawe sampo sing botole ijo kae tah?" kira-kira begitu pertanyaan Umi setelah ditranslate dalam bahasa Jawa sekembalinya ia dari kamar mandi. Pak bos mengiyakan.

Umi menyunggingkan senyum, menahan tawa yang hanya mampu dilepaskan dalam otak saja. Mau jujur dengan mengatakan bahwa sampo yang digunakan itu adalah sabun untuk daerah kewanitaan, ia tak punya nyali, ia tak tega. Bisa-bisa di apartemen itu terjadi perang dunia ketiga. Ia hanya bisa memaklumi lantaran kemasan sabun sirih itu menyertakan gambar dedaunan plus memakai bahasa Indonesia. Otomatis pak bossnya tidak paham dengan kalimat yang tertera di sana.

Akhirnya ... Sabun sirih bisa naik pangkat, ya!

Sinna Hermanto

***

Artikel terkait.


0 comments:

Post a Comment