2015-05-15

[Nekad Blusukan] Lei Yue Mun, Eksotisme Wisata Kampung Nelayan

By: Sinna Her
Musim semi telah mengubah suhu udara di Hong Kong menjadi lebih hangat. Matahari yang beberapa waktu lalu sedikit malu dan bersembunyi di balik kabut, kini mulai menampakkan sinarnya lagi. Bila cuaca cerah, tak ada salahnya kita menikmati indahnya wisata di kampung nelayan, Lei Yue Mun.

Tugu Selamat Datang

Lei Yue Mun terletak di distrik Yau Tong. Dua tugu ikan koi (lei yue) yang menjadi maskot daerah itu akan menyambut kedatangan kita. Dari namanya saja: kampung nelayan, tentu di sana banyak sampan dan perahu, baik yang ditambatkan atau yang hilir mudik. Aroma laut semakin menusuk hidung bersama udara yang kadang bercampur bau amis ikan. Hal ini semakin membuat wisata kita makin menarik.
Lalu, apa saja yang ada di sana? Begitu memasuki kampung nelayan, kita akan disuguhi model rumah-rumah berlantai satu atau dua. Kita bahkan bisa menjumpai rumah panggung, terutama yang berada di bibir daratan. Letaknya pun berhimpitan. Jalanannya tidak lebar, serupa gang tikus, dan agak kumuh.



Apabila kita masuk ke area yang lebih dalam, kita akan menemukan reruntuhan rumah panggung. Sampah pun menggunung di sini. Pemandangan ini terlihat sangat berbeda dengan kondisi barian apartemen di jantung kota Hong Kong.
Kiri dan kanan jalan dijejali kios penjual makanan ringan (snack) tradisional. Beberapa diantaranya: biskuit gulung, biskuit almond, kue kacang merah, permen kacang tanah/wijen, hingga daging asap-madu. Selain jajaran restoran seafood, ada beberapa lapak penjual buah, penjual hasil laut yang masih segar ataupun yang sudah dikeringkan, dan penjual wine.

Ada hal unik jika kita melakukan wisata kuliner di restoran di sini. Sebelum makan, kita harus membeli dulu hasil laut apa saja yang akan menjadi menu kita. Entah itu udang, ikan, atau kerang yang jenis maupun harganya sangat variatif dan relatif mahal.
Setelah urusan nego bahan makanan segar ini beres, barulah si penjual akan menyerahkannya kepada restoran tempat kita makan. Jangan takut bila kita tidak tahu cara masaknya. Nanti si penjual akan merekomendasikan menu yang tepat untuk bahan makanan yang telah kita beli.
Nah, restoran inilah yang menjual jasa/tenaga memasak hasil laut tadi. Citarasa masakan akan terpelihara lantaran berasal dari bahan makanan yang segar dan penyajian yang masih panas alias baru keluar dari dapur. Akan tetapi, bila kita memesan nasi atau sayur, maka perhitungannya pun lain. Kerjasama model begini tentunya saling menguntungkan antara pihak restoran dan pemilik kios seafood. Penikmat wisata kuliner pun akan puas dengan rasa yang benar-benar menggoyang lidah.
Selain menyediakan kuliner seafood, di perkampungan ini juga terdapat lapangan basket yang berpagar kawat nan menjulang tinggi, mengitari luas lapangannya. Ketika saya ke sana, lapangan itu sepi.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke kuil Tin Hau, kuil milik pemeluk agama Tao, dewa pelindung para nelayan. Bisa ditebak, di setiap kampung nelayan pasti ada kuil Tin Hau. Tepat di depan kuil bagian kanan, ada bebatuan besar dengan aksara china. Tulisan itu merupakan puisi yang isinya disesuaikan dengan lokasi. Asap dupa pun menyembul.
Selain itu, ada sebuah mercusuar yang berdiri megah. Bila hari mulai gelap, lampunya akan menyala sebagai sinyal bahwa pelabuhan Sam Ka Tsuen sudah dekat. Para pengunjung banyak yang memanfaatkannya untuk memancing di area ini. Beberapa pengunjung lain sibuk dengan kamera untuk mengabadikan pemadangan pelabuhan yang menawan, terlebih panormaa saat senja hingga warna-warni gemerlap lampu pada malam hari.

Tepat berada di tengah-tengah lokasi antara restoran seafood, kuil, dan mercusuar, berdiri kokoh sebuah “pohon harapan”. Sebagaimana adat masyarakat China bila Imlek tiba, mereka akan melakukan ritual permohonan dengan cara menuliskan permohonannya pada kertas (warna merah) kemudian mengikatnya pada tali dan jeruk, lalu melemparnya ke pohon itu hingga jeruknya tadi tersangkut pada cabang pohon. Konon, hal ini dipercaya, akan menghadirkan keberuntungan.

Untuk ke sana, kita bisa menggunakan Mass Transit Railway (MTR) dan turun di exit A2 Yau Tong, kemudian ikuti arah penunjuk jalan menuju kampung nelayan Lei Yiu Mun. Kita juga bisa menggunakan kapal ferry, lantaran di kampung ini juga terdapat pelabuhan Sam Ka Tsuen Ferry Pier.



0 comments:

Post a Comment