2019-11-13

Bengkel Mobil Yang Berubah Menjadi TPQ

Team hadroh

“Emang ada ya TPQ di Tanah Lot?”

Kalimat di atas sering kali terdengar ketika saya mengatakan di dekat tempat kerja saya ada TPQ. Secara Tanah Lot dengan ikon Pura Luhur Tanah Lotnya sudah terkenal hingga penjuru dunia. Banyak yang tidak percaya bahwa kaum muslim minoritas memiliki komunitas dan ‘tempat’ untuk menimba ilmu agama atau acara peringatan hari besar Islam lainnya.

Sebuah bengkel di desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali, ini tidak ada bedanya dengan bengkel mobil pada umumnya. Namun, ketika matahari semakin condong ke barat dan aktivitas bengkel mulai berhenti, anak-anak usia SD dan SMP berdatangan. Sebagian besar dari mereka diantar orangtua, beberapa diantaranya datang sendiri mengendarai motor. Ya, bengkel bernama DOEL Auto ini berubah menjadi tempat mengaji bagi anak-anak Muslim yang berdomisili di sekitar area wisata Tanah Lot dengan nama Taman Pendidikan Quran (TPQ) Al Hidayah.

Memang, idealnya/ umumnya, sebuah tempat belajar mengaji menyatu dengan area mushola atau Masjid. Namun, terbatasnya jumlah masjid atau mushola di sekitar Tanah Lot tak membuat pengasuh sekaligus penanggung jawab TPQ, Mbah Doel, kehilangan akal untuk memanfaatkan bengkel miliknya untuk digunakan sebagai TPQ. Karena belajar bukan hanya tergantung tempatnya tetapi juga niat, semangat dan ragat para pelakunya.

Hingga saat ini, santri TPQ Al Hidayah berjumlah sekitar 150-an anak. Dengan jumlah sebanyak itu, Mbah Doel,  dibantu oleh dua ustadz dan seorang ustadzah. Jangan dibayangkan bagaimana kondisinya, yang mana sangat berbeda dengan ruang kelas TPQ modern pada umumnya. Saat proses belajar mengajar, setengah dari lantai bengkel akan ditutup dengan terpal atau banner bekas, kemudian atasnya dilapisi dengan karpet. Ada bangku-bangku memanjang yang berubah fungsi menjadi meja. Proses belajarnya dilakukan dengan lesehan. Sedangkan ustadznya mengajar dengan menggunakan blackboard yang digantung di tembok.

Kondisi seperti ini mengingatkan saya pada masa-masa awal saya belajar Iqra. Pun suasana mengaji dengan cara lesehan seperti ini melempar memori saya saat melihat langsung bagaimana anak-anak Muslim keturunan Pakistan mengisi Ramadan di masjid Jami’ Kowloon. Di mana, ketika Ramadan tiba, suasana ruang sholat wanita menjadi lebih ramai. Para WNI menggunakannya untuk kegiatan keagamaan, baik membaca al quran, hafalan, sholat, maupun pengajian. Sedangkan anak-anak, yang sebagian besar adalah keturunan Pakistan tadi, akan duduk menghadap bangku-bangku panjang di pinggir area sholat wanita sambil menghafal alquran yang dipandu oleh seorang ustadzah berwajah Asia Barat.


Suasana Sholat Tarawih di bengkel /TPQ

Sedangkan di sini, para santri TPQ Al Hidayah nampak begitu bersemangat, bahkan sejak satu jam sebelum belajar dimulai, beberapa di antaranya sudah datang. Mereka tidak hanya belajar membaca al quran tetapi juga mendapat pengetahuan keagamaan, akhlaq, kisah-kisah nabi, hingga hadrah .

Ketika bulan puasa tiba, kegiatan belajar tidak seintens ketika di luar Ramadan. Namun, beberapa santri tetap datang di TPQ. Adakalanya mereka membawa sendiri bekal berbuka puasanya atau berbuka dengan menu yang disediakan oleh TPQ. Dan … tidak menutup kemungkinan para wali santri ikut menyumbangkan makanan untuk berbuka bersama.

TPQ Al Hidayah pindah ke bengkel ‘Doel Auto’ yang sekarang sejak tahun 2013. Tahun-tahun sebelum itu, mengaji dilakukan di bengkel lama yang jaraknya tak jauh dari bengkel yang sekarang. Dari yang hanya mengajar mengaji untuk karyawan bengkel hingga gaungnya didengar oleh muslim minoritas di sekitarnya, kini banyak orangtua yang mempercayakan pelajaran mengaji bagi anak-anak mereka di TPQ ini.

“Kamu bantu dokumentasi, ya”. Begitu permintaan Mbah Doel, penggagas sekaligus pengajar di TPQ ini. Saat itu menjelang acara perayaan Isra Mi’raj, awal April 2018. Saya langsung mengiyakan karena saya memang sedang libur kerja. Itu momen pertama saya bersinggungan dengan TPQ ini. Selainnya hanya sekedar ikut sholat berjamaah bersama adik-adik TPQ.

Ada perkembangan luar biasa untuk grup hadrah TQP Al Hidayah. Hanya dalam waktu sekitar empat bulan, terhitung mulai bulan November 2018 lalu saat perayaan Maulud Nabi Muhammad saw, yang mana saat itu tim hadrah masih didominasi oleh orang-orang dewasa, kini grup hadrah sudah 90% beranggotakan anak-anak. Tentu masih dengan bimbingan ustadz atau pengajar TPQ, yakni: Mbah Doel, Pak Fauzi, Pak Zubair dan Bu Ani.


Buka bersama 

Mbah Doel menceritakan bagaimana dulu ketika awal-awal datang sebagai minoritas. Ketika mengadakan pengajian dengan kelompok minoritas muslim, ia sempat mendapat perlakuan kurang enak. Tidak heran memang karena masyarakat lokal masih trauma dengan kelompok teroris yang mengatasnamakan muslim terlebih setelah peristiwa bom Bali. Beberapa orang lokal yang sempat berbincang dengan saya mengaku saking traumanya, ketika mendengar ban motor meletus pun dikira suara bom.

Mbah Doel berharap, ada pihak-pihak berwenang yang peduli dengan keadaan TPQ ini. Sehingga TPQ Al Hidayah bisa berkembang semakin besar, baik berupa bantuan operasional maupun perluasan area belajar supaya TPQ ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama saja tetapi juga TPQ yang berbasis entrepreneur dengan memberikan pelatihan-pelatihan kerja sehingga pada waktunya, TPQ bisa menghidupi kegiatan intern secara mandiri. Dengan demikian, para santri bisa mandiri ketika dilepas/ kembali mengabdi ke masyarakat.


***

0 comments:

Post a Comment