2015-02-28

[Curcol] Efek Foto: Kok Beda?

Efek Foto: Kok Beda?

Daku punya kawan pesbuk yang lumayan aktiv. Postingan tulisan atau foto-fotonya selalu ramai komentar dan jempol. Doksi lumayang ngerti potograpi dan tercatat sebagai super ngadimin di sebuah grup potograpi onlen. Selain itu, perempuan yang berasal dari 'kota gadis' Madiun ini juga jago nulis di sebuah blog keroyokan. Kedatangannya di Xiang Kang kali ini adalah seri kedua setelah istirahat di Endonesa beberapa bulan lamanya.

Tak hanya di dunia maya, daku pernah bertemu dengannya sebanyak dua kali di dunia nyata, di sekitaran Piktori. Meski tidak akrab banget, bila bertemu kita saling mengenali satu sama lain lantaran kita berdua memang orang terkenal (khusus kalimat ini tolong abaikan!), terkenal 'gila'nya gitchuuu.

Yang membuat daku menyunggingkan senyum atau tertawa dikulum (baca: ngempet ngguyu), adalah postingan kisah sehari-harinya yang dikemas dengan bahasa konyol_kadar kenthirnya memang kelebihan seons, yang mungkin bagi sebagian orang akan didramatisir hingga mewek-mewek nangis bawang bombai sambil meluk-meluk pohon. Daku akui, melihat multi-taskingnya itu doksi bisa disebut potograper yang penulis sekaligus penulis yang potograper. Keren, kan? Keren, dong.

Suatu waktu doksi pamer 'kemesraannya' dengan keluarga besar bosnya. Maklum, doksi ngurus manula sehingga kadang-kadang anak-anak dan menantu bos pulang menjenguk sepasang manula itu.
Hari itu ia mendapat 'protes' dari salah satu menantu bahwa foto biodata dari agen dulu ternyata berbeda dengan doksi ketika sampai di Hong Kong. Menurut hasil terawangan dan menganalisa foto biodata itu, kata si menantu, postur tubuh doksi lumayan montok berisi, berkulit bersih dan tinggi badannya rata-rata air. Dan ternyata ... ketika bertemu langsung, tubuh doksi lumayan seksi (kalo tidak mau dikatakan kurus), berkulit eksotik (ekstra gosong sitik) dan tergolong bongsor nan jangkung.

Doksi tentu mengelak semua 'tuduhan' dari si menantu. Gimana bisa montok kalo di PT makannya daun kangkung yang sudah menguning dan sedikit gizi? Gimana mau putih kalo daerah khatulistiwa memaparkan cahaya matahari terus-menerus sepanjang hari? Dan gimana nggak tinggi kalo kejangkungannya itu adalah faktor gen yang diturunkan ortu doksi. 

Lalu, apa dong penyebab perbedaan foto dan sosok nyatanya? Entahlah. Eh eh, jangan-jangan itu hanyalah efek teknologi foto yang dengan mudahnya diedit dan/atau dimanipulasi? Mari berspekulasi.

Sinna Hermanto (Suara, Februari 2015).

***

Artikel terkait.

0 comments:

Post a Comment