2015-12-15

[Fiksisme] Ngegres

Ngegres




1. Hai, apa kabar?



Aku hanya ngegres aja kok. Kalo dibales ya syukur, enggak ya gapapa. Aslinya aku ini kesepian, butuh perhatian. Dan kamu … beugh, tetep aja ga jelas, absurd dan ga nyambung. Tapi itu yang bikin aku kangen kamu. Kamu perhatian banget samaku. Biasanya teman-temanku hanya bilang "GWS" aja. Jadinya aku butuh penyemangat sepertimu.



Kamu sih nggak ngaku. Ditanyain anu aja nggak jawab. Aku suka sih kamu berprinsip gitu. Bagus. Tapi gimana dengan balasanku? Kamu suka kan?



Ada hal-hal yang sebenarnya tidak masuk dalam logika. Banyak sekali yang tidak bisa kupercaya dari ucapanmu. Jujur. Aku ga tau apa-apa tentangmu. Yang kutahu kamu hanya pejalan yang suka motret. Bahkan, jika kamu cowok pun aku juga ga tau (kalo sedang kamu bohongi). Dan bila kamu bener lahir serta tumbuh berkembang di kota itu, kenapa nggak pernah sekalipun kamu menyinggung tempat asal usulmu? 



Lihat aku. Semua aku buka. Semua aku tunjukkan. Bahkan ID card pun aku kasih. Aku merasa asing denganmu. Kamu egois, pengen menang sendiri. Kamu tua, kan? Pasti udah usia senja, bau tanah pula. Hampir ketemu malaikat maut. Tapi kamu betah dengan kondisimu sekarang? Kenapa?



Aneh. Kamu manusia aneh.



2. Hai, apa kabar?



Aku rada sesak dengan segala tuduhanmu. Kamu mengerti makna sebuah privasi? Aku paham bila kamu masih banyak tanya. Makanya, mikir itu pakai otak. Jangan-jangan kamu lupa naruh di mana otakmu. Kalo aku sih emang udah jelas mikir pake otak, tepatnya makek otak udang (tapi udang kan ga punya otak?). Jadi?



Kamu paham nggak bila selama ini aku selalu menunjukkan jelekku di depanmu? Kamu paham nggak bahwa kamu orang yang aku percaya melihat kekuranganku meski selama ini aku mati-matian menyembunyikannya (menguranginya)? Kamu paham nggak meski kamu kalah start tapi aku tak pernah mempermasalahkannya termasuk bencana yang kamu alami sekarang?



Kamu menuduhku aku orang ga jelas. Aku bisa saja membalasnya bahwa file pertama yang kamu kirim itu palsu. Kamu bisa saja mencomotnya di internet. Seharusnya 'tuduhan' pertamaku padamu waktu itu bisa membuka fikiranmu bahwa kehati-hatianku ini demi keamanku sendiri. Kamu mengerti insting? Itulah senjata perempuan yang mungkin tak pernah kamu mengerti karena kamu lelaki.



Gampang saja mencari jati diriku di internet. Cukup masukkan berbagai percobaan kata sandi. Maka kamu akan menemukan artikel, gambar bahkan video tentangku tanpa harus kujawab satu-satu. Lain halnya denganmu. Tak satu pun kudapat informasi tentangmu. Yang jadi pertanyaan, yang sebenarnya sedang bermain-main itu siapa? Aku atau kamu?



Aku sudah sangat bersabar menghadapimu yang kekolokan. Aku cukup merasakan sesak sendirian dengan sebuah kamuflase joke-joke atau iconic senyum. Seandainya kamu di depanku, kamu gak hanya aku tampar, tapi aku tinju tepat di kakimu pakai golok biar kamu bisa naik mobil gratis (baca: mobil jenazah).



Bisa saja aku jadi penyemangat kesembuhanmu yang amat panjang. Tapi, wani piro? Bila apa yanga telah aku lakukan pakai hati dan 'susu tante' (suka-suka tanpa tekanan) saja masih kamu sangsikan? Itulah mengapa aku merasa tak perlu terbuka padamu. Kamu hanya jual omongan, kan? Kenapa? Aku orangnya nggak tegaan, gampang trenyuh, dan pastinya aku mudah percaya sama orang. Gampang percaya padamu juga.



Kamu bilang aku kepo dan cerewet parah. Emang kamu nggak kepo juga? Dan sebagai signal kekisruhan yang selalu terjadi, seharusnya kita sama-sama bercermin bahwa masing-masing kita punya privasi. Bukankah tidak semua pertanyaanku kamu jawab? Lalu, ketika hal itu aku terapkan pada pertanyaanmu, kenapa kamu dongkol? Ya ya, kadang memang superioritas lelaki terhadap perempuan itu minta dilanggengkan. Aku paham, sangat paham.



Memang, aku merasa sesak malam itu. Juga tentang '8 hal' yang kutahu saat aku masuk ke daerah teritorimu (atas seijinmu). Hanya itu yang mampu membuatku paham bahwa kita berada pada perahu yang sama. Meski kamu pura-pura pilon tapi aku bersyukur melihat topeng yang kamu gunakan. Sehingga keputusanku mengikuti instingku untuk tetap menjaga privasiku adalah hal benar.


Satu hal simpel saja tidak bisa kamu lakukan. Namaku Risma tetapi kamu memanggilku 'Risna'.

0 comments:

Post a Comment