2015-07-31

[Nekad Blusukan] Mui Wo: Pilih ke Air Terjun atau pantainya, ya ...

Libur t’lah tiba, libur t’lah tiba, hore… hore…
Demikian sepenggal lirik lagu yang dipopulerkan penyanyi cilik di era millennium, Tasya. Lagu ini cocok sekali mengiringi perjalanan kita untuk mengisi waktu libur di hari Minggu. Bulan Agustus memang menjadi puncak musim panas di belahan Utara bumi, termasuk Hong Kong. Dan bermain air adalah pilihan yang pas untuk merayakan musim penuh keringat ini.
Sebelumnya, siapkan kelengkapan liburan sesuai kondisi masing-masing: pakaian yang nyaman, bekal yang cukup terutama air minum, pakaian ganti, hingga sun block cream. Jangan salah, tidak semua dari kita kebal dengan paparan sinar UV matahari. Ada beberapa orang yang kulitnya menjadi melepuh kemerahan seperti tersiram air mendidih lalu terasa sakit/nyeri. Oleh karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan?
Kali ini, kita akan meluncur ke wilayah Timur Lantau Island. Di sana kita bisa mengunjungi dua tempat bermain air sekaligus dalam waktu satu hari. Jangan mengkhawatirkan curah hujan yang turun sangat deras akhir Juli ini. Hujan adalah kawan, hujan membawa berkah bersama turunnya titik-titik air. Kenapa? Dengan banyaknya curah hujan maka debit air juga akan lebih banyak. Belum lagi segerombolan awan putih-kelabu yang memenuhi langit biru akan memberi kesan dramatis. Langit menjadi lebih keren dan tidak nge-flat/datar-datar saja.

Silvermine Waterfall
Mui Wo 3 [risna okvitasari, apakabar plus]
Air terjun ini merupakan salah satu air terjun cantik di Hong Kong, yang bisa diakses dengan jalur yang lumayan gampang. Meski bukan aspal, kita bisa mengikuti jalur setapak yang mulus di pinggiran pantai menuju jembatan di depan pasar Mui Wo, lalu melewati rumah-rumah penduduk berlantai satu atau berlantai dua yang ditunggui oleh anjingnya di depan pintu. Kebun sayuran atau buah-buahan akan menggoda kita untuk memetiknya. Tapi jangan dipetik, ya! Itu milik penduduk sana. Kita bisa bermasalah bila mengambilnya tanpa ijin.
Sesekali kita akan berpapasan dengan pengguna sepeda. Di beberapa bagian, kita akan menemukan pohon besar dengan akar napas yang menjulur-julur selayaknya pohon beringin. Ada hutan bakau di pinggir aliran sungai. Sungai inilah yang bermuara di pantainya. Berada di sepanjang rute ini, kita akan langsung merasakan suasana kampung halaman.
Cukup berjalan sekitar 30 menit, kita akan menemukan air terjun, pavilion, dan barbeque (BBQ) area. Area ini lumayan ramai. Namun, bukan ini tujuan kita. Kita masih akan melanjutkan perjalanan melewati belukar dan hutan. Jangan takut tersesat karena banyak penanda jalan yang bisa kita jadikan acuan, meski beberapa diantaranya agak rusak atau tidak terawat. Sebagai pendaki, saya dan teman-teman mengandalkan penunjuk jalan dari pita yang diikat di reranting pohon bila kami memasuki area hutan. Dan ini sangat membantu.
Memang, untuk mencapai tempat yang indah, adakalanya kita memerlukan usaha atau pengorbanan ekstra. No pain no gain! Namun, semua lelah itu akan terbayar tunai saat kita mencapai destinasi. Kita bisa langsung bermain air, membuka bekal makanan, atau sekadar berfoto-foto dan merasakan “bisikan” sang air terjun.
Mui Wo 1 [risna okvitasari, apakabar plus]
Di sini kita akan disuguhi 3 tingkat air terjun. Masing-masing memiliki keunikannya. Airnya sengaja dibendung untuk area berenang atau berendam. Ada pipa paralon dengan diameter sebesar lengan orang dewasa yang ditanam di bagian bendungan kecil tadi. Saya sendiri tidak tahu fungsinya. Tetapi saat kita melewati jalur pendakian tadi, kita akan paham bahwa air ini dialirkan ke ladang penduduk, mengingat di dekat area air terjun paling bawah tadi ada pipa bocor. Airnya menyembur ke mana-mana.
Setelah puas bermain di air terjun, sekitar pukul 4 sore, kita bisa kembali ke pantai. Ada dua alternatif menuju ke sana. Pertama, kita kembali ke jalur keberangkatan yang tentunya sudah kita lewati tadi. Namun, saya menyarankan untuk memutar ke jalur lain dengan tetap mengikuti pita penanda jalan. Jalur ini pun lumayan gampang untuk ukuran kita-kita yang jarang naik gunung sekalipun. Di atas sana kita bisa melihat pemandangan Mui Wo dari ketinggian. Di sisi kiri dan kanan adalah puncak-puncak Lantau. Sedangkan bagian belakang adalah wilayah Ngong Ping, Big Buddha.
Mui Wo 4 [risna okvitasari, apakabar plus]
Angin sepoi-sepoi, hijaunya alam, birunya langit, dan gugusan awan adalah kombinasi sempurna. Terlebih, kita ke sana dengan sahabat-sahabat dekat. Amboi, nikmat dunia mana lagi yang kita dustakan?
Pada jalur turun, kita akan melewati undakan berkelok dengan handrail warna hijau di sisi kiri. Kita tidak usah heran lantaran sebagian besar jalur pendakian di Hong Kong memang sengaja dibangun berikut fasilitas untuk memberi kemudahan penduduknya. Seusai menuruni tangga, jalur bersambung dengan jalan setapak tempat kita berbelok ke hutan belukar saat berangkat tadi.
Mui Wo 5 [risna okvitasari, apakabar plus]
Bermain di alam terbuka adalah panggilan jiwa, meski sehari-hari kita berkutat di kota metropolis. Alam akan selalu menjadi tempat kembali karena ia adalah bagian dari pertumbuhan kita.

Silvermine Beach
Mui Wo 7 [risna okvitasari, apakabar plus]
Senja di pantai Silvermine adalah salah satu hal eksotik yang bisa kita coba di akhir pekan. Sinar matahari tak lagi segarang siang. Semburat oranye dari arah jam 6 membuat puncak ketinggian yang menjadi batas pantai menjadi berwana kuning keemasan.
Memasuki area pantai, kita akan disuguhi bendera umbul-umbul yang menjadi ciri khas area sembahyang Hong Kong. Namun, di sini kita tidak menjumpai area sembahyang itu. Kita malah menemukan area BBQ. Beberapa pengunjung mencari kerang atau ikan di wilayah pertemuan antara sungai dan pantai, di bawah jembatan yang berhias umbul-umbul tadi.
Mui Wo 6 [risna okvitasari, apakabar plus]
Di hamparan pasir itu, para pengunjung ada yang mendirikan tenda, berjemur, bermain voli pantai, atau games lainnya. Tak jarang dari mereka langsung nyebur ke air. Berenang di pantai ini sangat aman, meski airnya tidak terlalu jernih, mengingat banyaknya pasir yang bercampur gelombang yang datang dan pergi mendekat bibir pantai. Ada pembatas area aman berenang dengan pelampung warna oranye menyala, yang membentang dari kiri ke kanan. Penjaga pantai pun berpatroli dengan berjalan kaki atau menggunakan kayak khusus, memperingatkan pengunjung bandel yang berenang melewati pelampung.
Tidak banyak yang bisa saya nikmati di sini lantaran badan sudah capek. Belum lagi tipikal pantai di Hong Kong yang selalu ramai membuat kita kurang bisa ‘memiliki’ pantai itu secara utuh. Ketika jam menunjukkan pukul 6:45 sore, terdengar bunyi dari pengeras suara bahwa pantai akan ditutup 15 menit lagi. Saya pun bergegas pulang.
Ada yang aneh saat kembali ke stasiun bus. Ada segerombolan sapi yang dilepas secara liar di ujung pantai, tepat di arah jam 12 dari Silvermine Resort. Padahal, ketika saya tiba tadi, sapi-sapi itu tidak ada. Seorang teman saya nyeletuk, sapi-sapi itu mungkin dimanfaatkan untuk mengusir pengunjung yang membandel dan tidak mau pulang. Saya tertawa bersama senja yang kian pekat dan menua.
Mui Wo 8 [risna okvitasari, apakabar plus]
Untuk ke sana, kita bisa menggunakan kapal Ferry dari Central dan turun langsung di Mui Wo. Atau, kita bisa ke sana dari MTR Tung Chung dengan menggunakan bus nomor 3M dan turun di Mui Wo Market.
Selamat berakhir pekan! 

0 comments:

Post a Comment