2016-05-31

[Fiksisme] Dee #6: Inisial D


Dee: Inisial D
_______________________________


Sebuah insial D, Dew Setyan, Sang Dew_pemilik mata jernih serupa embun_yang setia. Aku cemburu, Dee.

Enyahlah. Pergilah, membawa rasa yang kamu tinggalkan di sini, di hati ini. Bila perlu, belah saja dadaku, ambil hatinya sekalian biar ia tak baper melulu. Suer, Dee. Aku tuh nggak ngerti sama hati. Kenapa sih, dikit-dikit sok ngerasa, dikit-dikit kesinggung, dikit-dikit …asyudahlah.

Ingin sekali aku berbisik di telinga kananmu. "Ini semua karenamu, Dee."

Hati ini sudah nyaman dengan segala bekas goresan, sayatan, hunjaman dan pecahan-pecahan puzzle yang berserak. Kamu nggak perlu (pura-pura) peduli, mengumpulkan pecahannya, mencoba merangkai dan merekatkannya kembali bila akhirnya kamu hanya beralasan: BERCANDA.

Caramu bercandamu nggak lucu.

Sekarang kutanya padamu. Bekas luka di paha kananmu itu apakah masih ada meski sayatan itu terjadi bertahun-tahun lalu? Seperti itulah hatiku. Iya, luka fisik bisa saja meninggalkan bekas yang kasat mata, meninggalkan cerita kenakalan remaja. Tapi hati? Mengertikah bahwa luka di hati ini tak akan mampu kamu lihat. Mengertikah bahwa semuanya susah payah aku sembunyikan, susah payah aku sembuhkan?

What? You said you would help me? But you ruined everythings. Oh please! Donot say a word. Lemmie heal my self.

Tak perlu banyak bicara. Toh aku tak peduli lagi dengan alasanmu. Aku tak percaya lagi dengan kata-katamu. Kadang, aku tersiksa dengan … orang bilang sih … INSTING. Aku tak ingin memercayainya. Tidak, meskipun hanya sedikit. Aku hanya waspada, sepertimu wahai goldar A, yang senantiasa memerhitungkan segalanya. Aku belajar darimu, kok. Hanya saja … Dew … embun itu telah sukses menjawab keraguanku.

Yang mana … pada suatu hari… embun itu hinggap di ujung matamu, menawarkan penyejuk, yang tak mampu aku suguhkan di hadapanmu lantaran milikku telah menguap dalam belai angin yang berembus di antara jarak kita yang berhasta-hasta. Ini beneran, Dee, bukan berstand-up comedy.

Aku mikir, kenapa aku selalu berfikir bila fikiran itu dikit-dikit mikirin kamu. Klop banget sih sama hati yang … tetiba … nyemburuin kamu. Tapi aku akan tetap tertawa, minimal tersenyum agar ia menjadi obat penghambar.

Hampir saja cemburu ini membawaku mengikuti jalanmu. Pada senja itu … di tanggal yang cantik itu 16.5.16 … tabir di buka, menutup kisah sepasang malaikat yang menyaru jadi manusia, turun ke dunia fana, meninggalkan tingginya petala raya. Andai … iya, aku berandai-andai … embun itu muncul di hadapanku sekian waktu sebelumnya, aku kini tak lebih hanya sebuah … DATA.

Aku cemburu, cemburu yang terlambat.

***


End of may, 2016

Doc. Pri

0 comments:

Post a Comment